Evolusi, Sebuah Fakta atau Teori Belaka?

9 Juni 2017 7:22 WIB
Ilustrasi evolusi. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi evolusi. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah media internasional, Kamis (8/6), memberitakan penemuan fosil manusia modern tertua di dunia. Lokasi penemuan itu berada di Maroko, utara Afrika. Fosil Homo sapiens itu diperkirakan berusia 300.000 tahun.
ADVERTISEMENT
Chris Stringer dan Julia Galway-Witham dari Museum Sejarah Alam di London menulis, penemuan itu bisa membantu menjelaskan bagaimana spesies manusia berevolusi.
Sebelum membahas lebih jauh bagaimana spesies manusia berevolusi, ada baiknya mengetahui perkara evolusi makhluk hidup, terutama pada manusia.
Hingga kini, evolusi masih terus menjadi perdebatan, terutama bagi golongan orang yang menganggap teori ini bertentangan dengan dalil agama.
Banyak yang pro terhadap konsep evolusi, tak sedikit pula yang kontra.
Pertanyaan pun mencuat, apakah evolusi adalah sebuah fakta ataukah teori belaka?
Mari kita mencoba menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pandangan sains --ilmu pengetahuan.
Mengutip isi buku Science, Evolution, and Creationism yang disusun National Academy of Sciences and Institute of Medicine, jawaban untuk pertanyaan di atas adalah keduanya. Evolusi adalah teori sekaligus fakta.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk memahami jawaban itu, kita perlu melihat lebih dalam arti kata-kata “teori” dan “fakta”.
Dalam pemakaian percakapan sehari-hari, “teori” sering mengacu pada dugaan atau spekulasi. Ketika orang-orang mengatakan, “Saya memiliki sebuah teori tentang mengapa hal itu terjadi,” mereka sering menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang fragmentaris alias tak utuh, atau tidak meyakinkan.
Padahal dalam definisi ilmiah formal, arti teori sangat berbeda dengan makna sehari-hari tersebut. Teori dalam definisi ilmiah mengacu pada penjelasan komprehensif tentang beberapa aspek alam yang didukung oleh bukti kuat.
Banyak hal belum terungkap di semesta. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Banyak hal belum terungkap di semesta. (Foto: Thinkstock)
Banyak teori ilmiah yang amat mapan sehingga tidak ada bukti baru yang bisa mengubahnya secara substansial. Misalnya, tidak ada bukti baru yang menunjukkan bahwa Bumi tidak mengorbit mengelilingi matahari (teori heliosentris), makhluk hidup tidak terbentuk dari sel-sel (teori sel), materi tidak tersusun dari atom-atom, atau permukaan Bumi tidak terbagi ke dalam lempeng-lempeng padat yang telah bergerak melewati skala waktu geologi (teori lempeng tektonik).
ADVERTISEMENT
Seperti teori ilmiah dasar lainnya, teori evolusi didukung begitu banyak pengamatan dan eksperimen yang meyakinkan sehingga para ilmuwan yakin bahwa komponen dasar teori ini tidak akan dibatalkan oleh bukti baru.
Namun, seperti juga teori ilmiah lain, teori evolusi mengikuti penyempurnaan yang berlanjut ketika pengetahuan baru muncul, atau ketika teknologi baru memungkinkan untuk melakukan pengamatan dan eksperimen lebih dalam yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Salah satu ciri yang paling berguna dari sebuah teori ilmiah adalah ia dapat digunakan untuk memprediksi kejadian alam atau fenomena yang belum pernah diamati. Misalnya, teori gravitasi meramalkan perilaku benda di bulan dan planet lain, jauh sebelum aktivitas pesawat ruang angkasa dan astronot membenarkannya.
ADVERTISEMENT
Dalam teori evolusi, contohnya adalah ketika para ahli biologi evolusioner menemukan fosil Tiktaalik dalam sedimen berusia sekitar 375 juta tahun. Tiktaalik adalah genus ikan yang telah punah yang berusia sekitar 375 juta tahun.
Genus Tiktaalik disebut-sebut menguak adanya petunjuk baru seputar bagaimana nenek moyang ikan yang kita kenal sekarang, berevolusi menjadi makhluk darat.
Fosil Tiktaalik. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Fosil Tiktaalik. (Foto: Wikimedia Commons)
Sebelum menemukan fosil Tiktaalik, para ilmuwan itu telah lebih dulu meramalkan bahwa mereka akan menemukan fosil peralihan ikan dan hewan darat yang memiliki anggota tubuh seperti itu. Penemuan mereka kemudian mempertegas prediksi mereka sendiri yang dibuat berdasarkan teori evolusi.
Penegasan atau konfirmasi terhadap suatu prediksi, yang salah satunya berupa pengamatan atas penemuan, kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap teori tersebut.
Ilustrasi Tiktaalik. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tiktaalik. (Foto: Wikimedia Commons)
Dalam sains, sebuah “fakta” biasanya mengacu pada pengamatan, pengukuran, atau bentuk bukti lain yang dapat diperkirakan terjadi dengan cara sama dalam situasi serupa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para ilmuwan menggunakan istilah “fakta” untuk merujuk pada penjelasan ilmiah yang telah diuji dan dikonfirmasi berkali-kali sehingga tak ada lagi alasan kuat untuk terus mengujinya atau mencari contoh-contoh tambahan.
Dalam hal inilah, masa lalu dan terus terjadinya evolusi adalah sebuah fakta ilmiah. Bukti pendukung yang begitu kuat membuat para ilmuwan tak lagi mempertanyakan apakah evolusi biologis telah terjadi dan terus terjadi.
Itu sebabnya, dunia ilmiah tak lagi terlalu ribut membahas apakah teori evolusi benar atau tidak. Para ilmuwan telah beralih fokus mempertanyakan hal-hal lain yang bisa menjelaskan evolusi.
Mereka kini sibuk menyelidiki mekanisme evolusi, seberapa cepat evolusi dapat terjadi, dan hal-hal lain yang terkait dengannya.