Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Keberadaan hilal menjadi salah satu acuan bagi umat muslim untuk menentukan waktu berpuasa, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta Tahun Baru Islam. Sebenarnya apa sih hilal itu? Bagaimana deskripsi hilal jika dipandang dari sudut pandang ajaran agama Islam ataupun sains?
ADVERTISEMENT
Hilal dalam Ajaran Islam
Perkara hilal menjadi penting dalam kehidupan umat muslim karena ada ayat Alquran yang menyebut soal hilal. Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 189, misalnya, disebutkan, “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit). Katakanlah: ‘Bulan sabit itu adalah penentu waktu bagi manusia dan (bagi penentuan waktu ibadah) haji.’”
Tak hanya ayat Alquran, beberapa hadis juga menyebut tentang hilal dan kegunaannya sebagai acuan penentuan waktu-waktu tertentu. Dalam hadis riwayat Muslim, disebutkan, ”Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal (bulan sabit), dan jangan berbuka sampai melihatnya lagi. Jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakan bulan tersebut sampai tiga-puluh.”
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim juga disebutkan, “Berpuasalah karena kalian melihat bulan, dan berbukalah ketika kalian melihat bulan.”
ADVERTISEMENT
Hilal dalam Sains
Kepada kumparan, Rabu (17/5), Afif Budiyono, Deputi Bidang Sains Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menjelaskan hilal adalah bulan sabit muda yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan dalam kalender Islam.
Sederhananya, hilal merupakan bagian dari fase-fase penampakan bulan di langit. Fase bulan sabit muda atau yang disebut hilal itulah yang dijadikan acuan, jika terlihat, sebagai pertanda bergantinya bulan baru dalam kalender Islam.
Dalam pernyataan tertulisnya, Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menjelaskan: “Bentuk hilal itu sangat tipis. Lengkungannya mengarah ke arah matahari, karena hilal adalah bagian bulan yang tercahayai matahari.
“Bagian ujung (‘tanduk’) lebih tipis dari bagian tengahnya, seringkali tidak terlihat. Jadi, hilal bisa jadi tampak hanya seperti goresan cahaya yang sangat tipis. Sangat sulit dilihat, apalagi oleh pemula,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Thomas menuturkan dahulu orang melakukan pengamatan hilal (rukyat hilal) hanya dengan mata telanjang. Kemudian dengan seiring perkembangan teknologi, pengamatan visual hilal dengan teleskop dilakukan untuk memperkuat cahaya hilal yang tipis dan redup.
Saat ini, selain dengan teleskop, pengamatan hilal juga dapat dibantu dengan kamera digital yang citranya bisa diolah lagi untuk meningkatkan kontras antara hilal dan cahaya syafak atau senja. Alhasil, pengamatan hilal yang bagi umat muslim begitu penting untuk menentukan waktu-waktu beribadah semakin terbantu seriring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan.