Kata Peneliti LIPI Soal Babi Makan Bayi di NTT

13 Juni 2017 11:54 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi babi hutan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi babi hutan. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Seekor babi liar ditemukan warga tengah memakan jasad orok bayi. Kejadian tersebut diketahui pertama kali pada Minggu (11/6) pukul 10.00 WITA di tepian jalan kampung Kuimasi, Fatuleu, Kupang, Nusa Tengara Timur.
ADVERTISEMENT
"Bayinya ditemukan oleh warga, pertamanya warganya itu mengira ayam. Ternyata setelah didekati itu orok bayi," ungkap AKBP Jules Abraham Abast, Kabid Humas Polda NTT, kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (13/6).
Jules mengatakan ada dugaan orok bayi itu memang sengaja dibuang oleh keluarganya. Selain itu, dugaan sementara si bayi telah meninggal sebelum akhirnya dimakan oleh babi liar itu. Jadi, tubuh bayi itu telah lebih dulu menjadi mayat sebelum dimangsa oleh si babi hutan liar itu.
Menanggapi berita yang menggegerkan ini, Herjuno Ari Nugroho, seorang peneliti dari LIPI, menjelaskan pada hakekatnya babi hutan akan memakan bangkai apapun yang ia temukan.
“Jadi menurut saya bukan hal aneh apabila babi hutan tersebut memakan mayat bayi karena kebetulan ada mayat di hutan,” terang Herjuno ketika dikonfirmasi kumparan, Selasa (13/6).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Herjuno menekankan, “Dan babi hutan ini preferensi pakannya luas. Mulai dari serangga, umbi, bahkan bangkai. Apapun yang ditemukan.”
Sebagaimana yang telah diketahui bersama babi hutan adalah hewan omnivora, pemangsa segalanya, baik daging maupun tumbuh-tumbuhan.
Herjuno menyebut istilah tambahan, “Babi hutan adalah omnivora oportunis, pilihan makanan umumnya ya apa yang bisa ditemukan di tanah.”
Meski di NTT ditemukan babi hutan yang memakan jasad bayi, makanan utama mamalia yang kerap dianggap jorok oleh masyarakat itu bukanlah bayi manusia.
Hal itulah yang kembali Herjuno tegaskan dan terangkan, “Tapi tetap sebenarnya makanan utama (babi hutan) lebih ke akar, umbi, tunas, biji, dan hewan-hewan kecil.”
ADVERTISEMENT