Persebaran Jenis Katak di Indonesia

3 Mei 2017 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Persebaran jenis katak di Indonesia. (Foto: Dok. Darussalam, Amir Hamidy dan IPB)
Katak berukuran besar yang ditemukan di Enrekang merupakan spesies Limnonectes gruniens dan bukanlah termasuk hewan langka atau terancam punah. “Tapi yang berukuran sebesar itu memang jarang,” ujar Kepala Laboratorium Herpitologi Puslit Biologi LIPI Amir Hamidy kepada kumparan, Selasa (5/2) malam.
ADVERTISEMENT
Tidak semua katak dari spesies Limnonectes gruniens dapat tumbuh hingga berukuran sebesar 1,6 kilogram. Banyak dari spesies itu yang berukuran kecil seperti katak umum lainnya.
Yang membuat katak di Enrekang itu bisa berukuran jumbo, menurut Amir, adalah faktor lingkungan dan ketersediaan makanan bagi sang katak.
“Makanannya adalah umumnya serangga dan apa saja yang bergerak termasuk jenisnya sendiri,” jelas Amir. Ia menekankan semua katak adalah hewan karnivora.
Katak 'raksasa' dari Enrekang. (Foto: Dok. Darussalam)
Limnonectes gruniens sudah ditemukan sejak tahun 1801. Genus Limnonectes total ada 67 spesies, 25 di antaranya ada di Indonesia,” papar Amir.
Sampai saat ini belum ada amfibi di Indonesia yang termasuk ke dalam hewan yang dilindungi. “Kita punya 360an jenis amfibi. Yang critically endangered (kritis) baru kodok merah Leptpphryne cruentata. Ini juga baru diusulkan untuk dilindungi,” terang Amir.
ADVERTISEMENT
Leptpphryne cruentata hidup secara endemik di Jawa Barat. Ia hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kodok ini menyukai daerah dekat air yang mengalir deras di daerah ketinggian antara 1.000 – 2.000 meter di atas permukaan laut.
Kodok merah biasa juga disebut sebagai kodok darah. Kodok merah dalam bahasa Inggris disebut sebagai bleeding toad atau fire toad. Nama ilmiah Leptophryne cruentata pun dalam bahasa Latin kurang lebih berarti ‘berdarah’.
Perbedaan antara katak dan kodok dapat dilihat pada kulitnya. Katak memiliki kulit relatif licin, sedangkan kodok memiliki kulit berbintil-bintil.
Kodok merah. (Foto: Dok. IPB)
“Secara umum biogeografi katak indonesia sama dengan fauna lainnya, yakni grup Sundaland (Asia), Wallace, dan Papua-Australia,” jelas Amir melalui pesan singkat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan yang kerap tercantum pada buku-buku teks Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah-sekolah Indonesia, persebaran fauna di Indonesia pernah dikelompokan berdasarakan pengamatan dan garis persebaran yang dibuat oleh Wallace dan Weber.
Fauna wilayah Indonesia bagian barat memiliki ciri seperti fauna Asia sehingga disebut tipe fauna Asiatis. Fauna di wilayah Indonesia bagian timur memiliki ciri mirip dengan fauna yang hidup di Benua Australia sehingga disebut tipe fauna Australis. Adapun fauna di wilayah Indonesia bagian tengah disebut fauna peralihan.
Amir menuturkan karakteristik katak berbeda-beda berdasarkan jenis dan marganya. Perbedaan karakteristik itu pun tidak semata-mata ditentukan oleh perbedaan ketiga wilayah yang dibagi oleh garis Wallace dan Weber tersebut. “Beda pulau juga bisa beda jenis,” kata Amir.
ADVERTISEMENT
Di suatu pulau bisa terdapat beberapa jenis katak yang berbeda. Di sisi lain, suatu jenis katak bisa ditemukan di beberapa pulau berbeda.
Limnonectes gruniens misalnya, menurut penuturan Amir, banyak ditemukan di Sulawesi, Maluku dan Papua. Adapun menurut pembagian garis Weber, Sulawesi berada di wilayah Indonesia bagian tengah, sedangkan Maluku dan Papua termasuk wilayah Indonesia bagian timur.
Secara morfologi Amir menyebut karakteristik katak di tiap pulau di Indonesia beragam. Tidak bisa membedakan secara umum begitu saja. “Hanya bisa diclusterkan menurut diversitas jenisnya, suku mana yang dominan,” paparnya.
Amir mencontohkan, “Misalnya Sumatera banyak didominasi jenis-jenis katak pohon suku Rhacophoridae. Kalimantan kodok suku Bufonidae diversitas jenisnya lebih banyak. Papua didominasi katak suku mulut sempit atau Microhylidae.” (Baca juga: Profil Katak Mini di Indonesia)
Kodok-merah. (Foto: almendah.org)
Meski belum ada satu pun jenis amfibi di Indonesia yang pemerintah tetapkan ke dalam hewan yang dilindungi, Amir menyarankan agar spesies katak di Indonesia seperti katak ‘raksasa’ yang ditemukan di Enrekang tidak diperjualbelikan. Ia tidak mempermasalahkan katak tersebut dimakan oleh warga setempat. Namun ia berharap katak sejenis itu tidak menjadi hewan yang dikomersialisasikan sehingga bisa menyebabkan kepunahan.
ADVERTISEMENT
Amir menekankan pentingnya menjaga habitat katak di Indonesia. Ia berpesan agar hutan-hutan di tanah air tidak dibabat atau ditebang sembarangan. Kalau habitatnya sudah jarang, menurut Amir, tidak menutup kemungkinan jenis katak tertentu di Indonesia akan punah. (Simak juga: Temuan Katak ‘Raksasa’ Sampai Katak Mini di Indonesia)