Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
ROBOHNYA ATAP RUSUN: DRAMA SEHARIAN BERGELUT DENGAN KESABARAN
19 Juli 2020 21:20 WIB
Tulisan dari Uun Zahrotunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebulan sebelum Pandemi di Yogyakarta
Hari itu hujan gerimis tak kunjung berhenti, membuat setiap orang enggan beranjak dari kasur empuknya. Namun jam di layar smartphone ku sudah menunjukkan pukul 15.32 WIB tugas partime ku menunggu hingga pukul 16.00 WIB aku sudah harus siap ditempat kerjaku. Sembari duduk terkantuk – kantuk di atas kasur, ku tengok perempuan tepat dibawah ranjang tempat tidurku tetap berada di posisi yang sama dan masih setia dengan mukena kain balinya yang ia kenakan sedari Dzuhur sembari memainkan ponselnya. Setelah sekitar dua menit berlalu dalam kondisi duduk usai bangun tidur keyakinanku muncul untuk menuruni tangga tempat tidurku demi mencapai lantai dasar kamar.
ADVERTISEMENT
Kusambar handuk dan baju dengan secepat kilat, mengingat waktuku tidak sedikit untuk sampai ditempat kerja. Jam menunjukkan pukul 15.40 WIB, kuambil helm dan jas hujan bukan malah bergegas untuk memakainya malah aku heran pada diri sendiri yang terus menatapi langit yang sibuk meneteskan gumpalan – gumpalan awan berupa rintik hujan, “hujan akan berlangsung lama, ah sudahlah !” batinku.
Hujan gerimis yang lumayan deras sangsi untuk beristirahat sejenak, maunya masih sama, ingin menebarkan banyak berkah pada hari ini, seperti biasa aku tetap bersyukur setidaknya aku bisa bahagia hari ini. Pukul 16.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB dua jam yang cukup melelahkan untuk membantu belajar seorang anak laki- laki usia 12 tahun dalam memahamkan setiap materi pelajaran bahasa Inggris yang tidak satu persen pun ia sukai.
ADVERTISEMENT
Selepas kerja aku bergegas mandi lalu sholat setelah itu ku bergegas untuk menyelesaikan beberapa Deadline ku, hingga tak sadar waktu telah menunjukkan pukul 21.30 WIB tak biasanya rasa penat ku rasakan disekujur tubuhku hingga aku ingin mensegerakan diri untuk tidur lebih awal daripada biasanya, membaca satu ayat pun rasanya mata ini sudah tak sanggup. Kebiasanku sebelum memejamkan mata adalah menatapi atap – atap kamark yang berwarna putih dihiasi oleh 2 buah lampu LED, kurasa sampai saat ini kondisinya masih baik – baik saja. Namun beda ceritanya pada pukul 00. 43 tengah malam.
Kondisi plafon atap kamarku baik – baik saja, tidak pernah bocor kala hujan deras disertai angin kencang datang, namun tiba – tiba.... Brukkkkkk, Brukkkkkk, Bruuuuuuaaaakkkkk........... kepingan material plafon atap kamarku berjatuhan membentur apa saja yang ada di bawahnya, meja belajarku, laptop, dan segala perlengkapan alat- alat kuliah tertimbun pecahan material plafon disertai debu tebal beruntung plafon atap yang berada tepat diatasku tidak roboh sontak aku terperanjat dan tanpa berfikir panjang aku langsung menuruni ranjang tingkatku tanpa melewati anak tangga demi mencapai dasar lantai, ku pandangi Bella yang terbangun kaget dengan lompatan ninjaku, ku abaikan rasa sakit, aku dan Bella berlari sembari mengecek kondisi beberapa kamar, dan apa yang kami saksikan itu benar – benar nyata tak satu pun kamar memiliki kondisi yang sama, jadi intinya malam itu sedang tidak ada bencana alam apapun dan memang benar hanya kamarku yang mengalami kerusakan cukup serius dibagian plafon.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya pada hari Jum’at aku bergegas menemui pengelola rusun asrama putri tempat aku tinggal, dan beberapa jam kemudian pak tukang datang dan mulai mendeteksi bagian – bagian yang rusak, ku kemasi barang – barangku lalu ku bergegas meninggalkan kamarku dan beralih menuju kamar teman.
Sore harinya ketika aku akan pergi mengajar seperti biasa aku masih mengingat – ingat kapan terakhir aku pergi membawa motor, karena lupa meletakkan kunci merupakan sesuatu yang sudah biasa bagi seorang ceroboh sepertiku.
“Waduh, kok udah mepet banget ya, mana hujan juga lagi “ gerutuku melihat arlojiku sembari masih mencari – cari kunci motor.
Alhasil nihil, aku sama sekali tidak menemukan kunci motorku dan jam sudah menunjukkan pukul 15.12 WIB. Sudah kuduga untuk berkendara selama kurang lebih tiga puluh menit tidaklah cukup mulai bimbingan belajar pada pukul 15.30 WIB. Beruntung setelah itu ada salah satu temanku yang baik hati bersedia meminjamkan motornya padaku. Tragedi hilangnya kunci motor telah menambah penderitaanku selama sepekan ini karenanya aku harus menunggu motor yang sedang tidak terpakai untuk aku pinjam di sore hari, bolak- balik tong sampah untuk memastikan bahwa saat evakuasi barang-barangku menuju kamar lain aku tidak membuang kunci motor tersebut ke dalam tempat sampah dan bongkar lalu merapikan baju di almari untuk memastikan juga bahwa aku memang tidak salah meletakkan kunci motor, tapi disini aku belajar banyak hal mungkin ini memang cara Allah untuk menguatkan dan mendewasakan hamba-Nya, bentuk latihan mental yang langsung diberikan tanpa perantara siapa pun, bentuk rahmat yang masih Ia berikan kepada orang – orang tertentu sepertiku dan ya! Semua itu terjadi padaku dan tak ada siapa pun yang menemaniku berberes, merapikan, atau sekedar membersihkan sisa material yang berserakan karena teman sekamarku memilih pergi ke kosan teman sekolahnya dulu. Kekesalan seketika cepat mereda ketika aku ingat kata ibu untuk selalu sabar dalam perantauan. Disini aku merasa Allah sangat dekat denganku.
ADVERTISEMENT
Keikhlasan itu pun muncul perlahan, ku relakan kunci motor itu hilang entah kemana. Di tengah panas terik yang menyengat hari Sabtu dalam minggu yang sama ku bawa motor tersebut ke tempat ahli kunci perjalanan yang cukup panjang untuk sampai, hanya kubayangkan saja sebelum aku benar-benar memutuskan pergi, dengan mantap bismillah ku tuntun motor tersebut sampai kedepan gerbang asramaku, tak lama kemudian ada suara memanggil berasal dari dalam markas resimen mahasiwa.
“Mba, mau kemana, kenapa motornya dituntun ?” suara seorang pria yang kudengar dari arah belakangku lantas kuabaikan saja karena kupikir hanya iseng menggoda, malas aku menanggapinya dan ku lanjutkan kembali menuntun motor yang ada di sebelah kananku ini.
ADVERTISEMENT
“Mba, berhenti dulu, ada apa?, sini saya bantu” tukas pria tersebut berusaha menawarkan kebaikkannya.
“Mau ke tukang kunci mas, kunci saya hilang” jawabku kemudian sembari menatap pria tersebut
“Tunggu ya, saya mau ambil motor saya dulu, nanti saya dorong dari belakang” bergegaslah ia mengambil motor supra yang ia parkir didepan kantor menwa (resimen mahasiswa)
Sepanjang jalan menuju ke tukang ahli kunci pria tersebut menanyaiku perihal hilangnya kunci motor dan beberapa hal. Sesampainya disana ia masih saja menawariku untuk pulang bersamanya, namun aku menolak bukan tanpa beralasan akan tetapi aku hanya sanksi ketika harus diantarkan oleh pria itu karena aku tidak terbiasa dengan orang yang baru saja aku kenal, walaupun baik dan sekalipun tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia orang yang tidak baik, tetap saja aku tidak bisa. Selang tiga puluh menit kunci motor berhasil diduplikasi, syukur kupanjatkan dan sebagai ucapan terimakasihku, satu kotak snack pisang coklat keju ku belikan untuk pria yang sudah menolongku tadi sebagai tanda terimakasih.
ADVERTISEMENT
Mendengar kondisiku rasa prihatin pun keluar dari mulut teman-temanku, tak jarang mereka mengatakan, “kok bisa sih?, kok kamu kuat ?,” atau “kalau aku jadi kamu aku udah nangis deh nggak tau lagi harus kaya gimana”. Beberapa saat aku berpikir untuk hal ini, merenungi, mencerna kembali.
“Bahkan sebesar apapun cobaan dari Allah, sampai membuatmu benar-benar sedih dan sedangkan kala itu kamu masih bisa tersenyum dan bersyukur tanpa ada sedih yang membuatmu rapuh, apakah ini bukannya rahmat dari Allah ?. Ingatlah Ia tidak membiarkanmu begitu saja pun ketika kesulitan datang pasti ada kemudahan dikemudian hari, mungkin Allah mengujimu agar kamu berpikir, sekaligus memaknai keislaman yang ada didalam diri. Allahu’alam, kalau sudah sampai dititik ini langkah selanjutnya adalah mengembalikan segalanya kepada Allah dan ambil hikmahnya”
ADVERTISEMENT
Sampai disini apa yang sudah aku dapat adalah sebuah ketenangan dan kebahagiaan. Mungkin untuk seseorang yang belum pernah memaknai apa itu ikhlas dan sabar berserah diri atas ujian yang telah Allah turunkan belum sepenuhnya bisa merasakan apa yang aku rasakan, namun fase untuk mendapatkan hal semacam ini atau mungkin lebih berat tentu ada waktunya masing-masing, so siapkan diri kalian wahai saudara, dan ingat jikalau ada cobaan datang bertubi-tubi kepadamu yakinlah sesungguhnya saat itu rahmat Allah SWT sedang datang kepadamu.