Passion Meet Up Ceritakan Kebangkitan Disko Indonesia

Konten dari Pengguna
2 November 2019 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uwan Urwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang-orang di mana-mana ngomongin soal passion. Kayak gampang banget buat ngomong, “Passion”. Aku sempet diskusi dengan beberapa orang mengenai passion. Apa sih passion? Passion itu semangat, spirit, nafsu yang menurutku menggebu-gebu. Passion itu dilakukan secara terus-menerus, bikin lupa sama hal lain karena kita sangat suka dan ada tujuannya. Tujuannya jelas.
Passionku adalah punya duit, hahah. Enggak salah tapi menurutku uang adalah efek sampingnya. Passion utamaku adalah jadi manusia yang punya karakter, yang orang langsung paham dan bisa menjelaskan dengan singkat kalau mendengar namaku. Kebetulan fokus saya saat ini masih terpecah, di blog dan seni. Meskipun saya bahagia menjalankan keduanya.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, kekurangannya saya tidak bisa fokus mau di bawa ke mana arahnya. Dan saya masih seperti buta kalau ditanya sana sini tentang apa yang kukerjakan itu. Pekerjaanku seolah jadi random. Eh, oke, menurutku sudah cukup ngomongin tentang aku. Sebenernya aku mau cerita tentang MLD PASSION MEET UP, dengan topik Indonesia Disco Revival.
Tempat berkumpulnya orang-orang sehobi
#PassionMeetUp yang kedua ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang punya hobi sama. Kalau tema kali ini tentang disko, artinya yang datang adalah orang-orang yang memang senang musik disko atau senang pergi ke club yang musiknya musik disko Indonesia. Artinya musiknya gak pakai lagu barat tapi lagu Indonesia yang bisa dipakai buat goyangkan kepala, pundak, lutut, kaki.
ADVERTISEMENT
#MLDSpotPassion dan Kumparan menghadirkan Ajis dari Pemuda Sinarmas dan Merdi Simanjutak dari Diskoria. Saya kira awalnya Pemuda Sinarmas adalah perwakilan dari orang-orang di perusahaan Sinarmas. Hehe. Ajis adalah cassette Jockey (CJ). Ih, aku baru tahu loh. Kupikir Cuma ada Disk Jockey (DJ) dan Video Jockey (VJ). Kalau mendengar vije, aku selalu terbayang MTv yang memang menayangkan lagu-lagu saja. Sementara itu Merdi memang seorang DJ yang menggunakan lagu-lagu Indonesia untuk penampilannya dan menghibur pendengar.
Workshop yang dilaksanakan di The Moon, Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta Selatan (25 Oktober 2019) terbagi dua sesi, sesi kedua kemudian bergantian Adib Hidayat dan David Karto. Adib Hidayat sendiri adalah pengamat musik ternama di Indonesia. Namanya sudah dikenal oleh masyarakat dan memberi banyak gambaran mengenai musik kita. Sementara itu David Karto adalah salah satu perintis De Majors Independent Music Industry (DIMI). David Karto yang juga sebagai penggagas Festival Industry Synchronuze Festival menjelaskan bahwa event tersebut menjadi tempat berkumpulnya ratusan musisi yang unjuk gigi. Event itu juga memperkenalkan semua genre
Mengenai musik disko yang dulu memang heboh, saat ini justru sudah jadi tren. Tidak di semua tempat bisa mendengarkan lagu lama, apalagi didiskokan. Yang saya paham, meski gak pernah beneran dugem, lagu-lagu yang dipakai untuk dugem adalah lagu-lagu populer, terkini, dan kebanyakan lagu barat.
ADVERTISEMENT
Kalau dibandingkan dua tahun sebelum ini, musik dansa elektronik atau dikenal electronic dance music (EDM) digandrugi sebagai lagu penutup di sebuah acara, kini berubah. Genre musik ini memang dibuat untuk klub malam, rave, dan festival-festival. Biasanya EDM diproduksi untuk diputar oleh DJ. Sekarang, di setiap event musik, event gaul, dan festival musik, pasti ada orang-orang yang passionnya di genre disko bermain, seperti Pemuda Sinarmas, Diskoria, Diskopantera, dan lain-lain yang memang membangkitkan lagu-lagu lama, jadi terdengar lucu lagi.
Nge-DJ Pakai kaset keliatan ribet, tapi menantang
Jadi CJ itu seperti namanya, memakai kaset untuk membuat playlist. Memang harus diganti-ganti di deck kalau mau transisi ke lagu-lagu berikutnya, keliatan ribet, tapi justru unik. Ajis tampil setelah sesi workshop berakhir. Penampilannya menggugah, mengalunkan lagu-lagu lama (80-90-an) yang bsa dinyanyikan semua orang yang memang familiar pada zamannya (seperti saya). Ajis memang suka dengan lagu lawas. Lewat passionnya, ia memang berniat agar lagu lawas tetap diingat meski zaman berganti.
ADVERTISEMENT
Dengan jaket kebesaran warna-warni, merah, kuning, biru, hijau, dan menggunakan headset tentu saja sudah menarik perhatian. Aku akhirnya browsing lagi, eh ternyata pria bernama asli Fardin Tio ini sempat mengutarakan bahwa nama Pemuda Sinarmas sempat disensor karena namanya terkait dengan perusahaan swasta yang kusebutkan di atas.
Meski ribet, Azis tampil luwes saat mengganti lagu satu dengan lainnya. Dari situ dia mengenal nada, tempo, dan unsur musik lainnya. Semua dipelajari secara otodidak. Ajis harus paham pita kasetnya ada di lagu apa dan menit ke berapa.
Karena passionnya di kaset untuk nge-DJ, ia tentu tidak main-main dalam belajar. Aku juga yakin kalau belajarnya tidak hanya satu tahun dua tahun. Tak heran kalau ia mengoleksi lebih dari 3000 kaset sampai memperkenalkannya pada Transs, Utha Likumuhuwa, dan Arie Wibowo. Aku dan teman-teman bergoyang bersama mengikuti alunan musik yang ia mainkan. Seperti mendapatkan energi baru karena bisa teriak-teriak, apalagi begitu sampai ke lagu Bento-nya Iwan Fals. Hehe.. seru abis. Meski lagu lama, dikemas dengan cara yang unik, aku jadi bahagia. Mungkin benar, musik disko jadi Indonesia banget sekarang.
ADVERTISEMENT