Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengenalan Permainan Tradisional Dakon Atau Congklak Dari Mahasiswa PMM UMM
11 September 2022 11:09 WIB
Diperbarui 7 Desember 2022 14:40 WIB
Tulisan dari Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiwa (PMM) ini merupakan kegiatan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang diwajibkan dalam Universitas Muhammadiyah Malang.
ADVERTISEMENT
Kelompok 102 PMM yang terdiri dari Cindana Dewi Kusuma, Sela Dwi Erina Sari, Elok Siwi Kusumaningtias, Alvian Khoiri, dan Putri Vabilla Verdyani. Kami melakukan kegiatan PMM yaitu Pengenalan Permainan Tradisional bersama adik-adik SDN 2 Saptorenggo yang berlokasi di Jl. Saptoraya, Gg. H. Toyib No. 175, Boro Jambangan, Saptorenggo, Kec. Pakis, Kab. Malang Jawa Timur. Program PMM ini didampingi oleh Ibu Delora Jantung Amelia, M.Pd. selaku dosen pembimbing lapang.
Di masa new normal seperti saat ini banyak anak anak yang lebih bermain dengan gadget nya dari pada bermain keluar rumah dengan teman temannya. Ini dikarenakan kebiasaan saat pandemi yang mengharuskannya lebih banyak memegang gadget dan berdiam di rumah.
Ada yang menyebut permainan ini dengan sebutan “Dakon” ada pula yang menyebutnya “Congklak”. Permaina tradisional merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang populer pada zaman dahulu. Menggunakan papan kayu yang terdiri dari 16 lubang (2 lubang besar sebagai lumbung dan 14 lubang kecil). Meskipun masih ada juga yang masih menggunkan kayu, tetapi saat ini banyak kita jumpai di toko permainan yang menggunakan papan dengan bahan plastik. Terdapat 7 seperti biji (kuwuk) di masing masing lubang yang kecil.
ADVERTISEMENT
Permainan ini dimainkan oleh dua pemain. Meskipun demikian biasanya ada lebih dari dua orang yang ikut menyaksikan temannya yang sedang bermain. Ada juga yang menunggu giliran untuk nantinya menggantikan untuk ikut juga dalam permainan. Tetapi sayangnya pada zaman sekarang sudah jarang menjumpai anak anak yang memainkan permainan tradisional ini.
Oleh karena itu kami mahasiswa PMM (Pengabdian pada Masyarakat oleh Mahasiswa) mitra dosen dari kelompok 102 Universitas Muhammadiyah Malang memiliki program kerja dimana kami akan mengenalkan kembali permainan tradisional “Dakon atau Congklak” di SDN 2 Saptorenggo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang agar tetap lestari. Disini kami mengusung judul proposal kami yaitu “Pendampingan Literasi Budaya Melalui Permainan Tradisional di SDN Saptorenggo 2 Kabupaten Malang”.
Adapun tata cara bermain congklak atau dakon yaitu :
ADVERTISEMENT
1. Pemain saling berhadapan, di masing masing lubang kecil diisi dengan 7 butir kuwuk.
2. Menentukan siapa yang main pertama dengan cara suit.
3. Untuk memulai permainan, pemain yang sedang mendapat giliran pertama mengambil 7 butir kuwuk dari 1 lubang diantara 7 lubang yang menjadi haknya. Kemudian memasukkan kuwuk yang digenggamnya satu per satu ke dalam 14 lubang dan 1 lubang lubang besar (lumbung) miliknya searah jarum jam, dan lumbung lawan tidak boleh dimasuki. Jika kuwuk terakhir berhenti di lumbung miliknya, maka dia masih mempunyai kesempatan untuk melanjutkan permainan. Sementara, jika kuwuk terakhir berhenti di lubang yang berisi kuwuk, maka pemain tersebut dapat mengambil semua kuwuk yang ada di lubang terakhir, dan terus melanjutkan permainan. Jika kuwuk terakhir berhenti di lubang yang kosong, maka dia mati. Maka dari itu, lawan akan mendapat giliran bermain dengan ketentuan yang sama seperti pemain pertama.
ADVERTISEMENT
4. Permainan akan berakhir sampai salah satu pemain tidak dapat bermain lagi karena jumlah kuwuknya kurang atau sudah habis. Jadi yang dinyatakan sebagai pemenang adalah dia yang mendapatkan jumlah butir kuwuk paling banyak banyak yang ada di lumbungnya.
Permainan sangat seru dan butuh strategi dalam memainkannya. Harapannya permainan ini tetap dimainkan oleh siswa siswi di SDN 2 Saptorenggo. Serta seluruh masyarakat di Indonesia, dari anak anak sampai orang dewasa. Agar permainan ini tetap lestari dan dapat dinikmati oleh anak cucu kita nanti.
Mari lestarikan permainan tradisional, karena permainan tradisional tidak kalah seru dari permainan di gadged. Ada banyak manfaatnya dan melatih berinteraksi dengan real human.