Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tantangan Haiti dalam Mengatasi Krisis Kemanusiaan
22 Juni 2024 9:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Valvalinda Aryantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Haiti adalah sebuah negara yang terletak di benua Amerika Utara tepatnya di sub kawasan Karibia yang memiliki Ibu Kota di Port-au-Prince. Haiti merupakan negara kedua di benua Amerika yang mendapatkan kemerdekaan atas kekuasaan kolonial pada tahun 1804 yang mereka peroleh dari Prancis setelah kemerdekaan Amerika Serikat. Mayoritas penduduk Haiti adalah keturuan Afrika dan sebagaian kecil memiliki keturunan campuran Eropa dan biasanya merupakan kaum elit kaya yang memiliki kuasa. Sepanjang sejarah Haiti terus mengalami berbagai dinamika dinegaranya mulai dari kekerasan, pemberontakan, krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, ketidakstabilan politik hingga bencana alam.
ADVERTISEMENT
Berbagai krisis dialami oleh para penduduk negara Republik Haiti sehingga membuat tidak ada stabilitas keamanan di negara ini. Kemiskinan, kelaparan dan kekerasan terus meluas hingga krisis kemanusian berada ditingkat yang sangat tinggi. Kondisi tersebut diperparah dengan benca alam yang sering terjadi di Haiti seperti banjir dan gempa bumi. Banyak korban benca alam di Haiti tidak mendapat perawatan yang seharusnya mulai dari obat-batan medis, air bersih, makanan, tempat tinggal bahkah dukungan psikologis yang layak pun tidak. Kerawanan pangan di Haiti mencapai tingkat darurat dimana 5 juta orang berjuang untuk makan setiap harinya. Kelaparan yang terjadi berdapak terhadap anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami kekurangan gizi dan sangat rentan terkena kolera , pada tahun 2023 menigkat menjadi 30% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Gejolak politik di Haiti membuat kondisi negara itu semakin buruk, seperti banyak terjadi korupsi bertahun-tahun, kerusuhan politik, protes anti pemerintah dan kudeta membuat negara tersebut dikuasai oleh kelopok geng yang melakukan berbagai kekerasan hingga menyebabkan ribuan orang tewas sehingga warga Haiti tidak dapat beraktivitas dengan normal karena keselamatan mereka terancam. Kondisi politik yang tidak stabil semakin diperparah sejak terbunuhnya Presiden Jovenel Morse pada Juli 2021, kelompok geng bersenjata semakin meluas hingga 80% wilayah ibu kota Haiti dikuasai oleh mereka karena kekosongan pemerintahan dan tidak adanya hukum yang jelas bagi pemimpin berikutnya.
Untuk menganalisis studi kasus tersebut penuis menggunakan teori Human Security. Teori human security telah berkembang yang awalnya hanya berfokus pada konflik militer saja, saat ini telah bergeser menjadi lebih luas seperti human traffficking, global warming, kelaparan, terorisme, kemiskinan, penyebaran penyakit. Ancaman terhadap manusia berasal dari 2 hal utama pertama, rasa aman dari ancaman-ancaman bahaya kronis seperti kelaparan, kekurangan gizi, penyakit, represi. Kedua, perlindungan dari gangguan kekacauan tak terduga dan menyakitkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di tempat kerja, maupun dalam sebuah komunitas.
ADVERTISEMENT
selanjutnya penulis juga menggunakan teori Hak Asasi Manusia untuk menganalisis kasus diatas. Untuk melindungi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) sebuah negara harus memiliki prinsip hukum agar ada instrumen yang mengawasi dan mengadili jika terjadi pelanggaran HAM.
Hingga saat ini Repubik Haiti terus berjuang untuk melawan krisis ynag terjadi baik krisis kemanusiaan, politik dan ekonomi. Kerusuhan yang terjadi di negara ini tidak aman dan membutuhkan intervensi kemanusiaan atau bantuan pihak lain. Namun karena banyaknya polemik di negara itu dimana masyarakat Haiti tidak suka adanya campur tangan asing, membuat tidak ada kejelasan pihak mana yang ingin membantu padahal kondisi negera tersebut semakin darurat. Padahal krisis kemanusiaan ini membutuhkan tanggapan dan bantuan dari pihak lain atau komunitas internasional agar tidak semakin memburuk.
ADVERTISEMENT