Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Formula One sebagai Strategi Diversifikasi Ekonomi Arab Saudi
9 Maret 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Vania Azarine tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tahun 2025 telah menjadi tahun yang dinantikan para penggemar motosport salah satunya adalah olahraga Formula One atau Formula 1 (F1) Tahun 2025 sangat dinantikan oleh para penggemar Formula 1 karena perubahan besar dalam susunan tim dan pembalap Salah satu perubahan paling mencolok adalah kepindahan Lewis Hamilton ke Ferrari setelah 12 musim bersama Mercedes. Kepindahan ini menyebabkan Carlos Sainz harus meninggalkan Ferrari, dan bergabung dengan Williams dengan kontrak jangka panjang Sainz akan bermitra dengan Alex Albon di Williams.
ADVERTISEMENT
Formula One atau F1 adalah ajang balap mobil kursi tunggal kelas tertinggi di dunia yang diatur oleh Federation Internationale de l'Automobile (FIA), terdapat 10 tim dan 20 Formula One’s drivers dalam satu pertandingan balap Formula 1. Formula 1 dinilai sebagai olahraga yang mahal karena menggunakan mobil balap kursi tunggal yang menggunakan teknologi yang sangat canggih, selalu didorong oleh inovasi, dan menarik jutaan penggemar di seluruh dunia. Salah satu tim yang paling bergengsi dan memiliki banyak penggemar tak lain lagi adalah, Scuderia Ferrari, dengan grid baru mereka, bersama Charles Leclerc dan sang juara dunia tujuh kali, Lewis Hamilton.
Formula 1 sebagai ajang balapan mobil paling bergengsi di dunia, tidak hanya menawarkan hiburan dan teknologi canggih, tetapi juga memiliki potensi besar dalam membentuk citra negara yang menjadi tuan rumahnya, salah satunya Arab Saudi. Arab Saudi, yang sebelumnya dikenal dunia sebagai negara penghasil minyak terbesar, kini tengah berupaya mengubah wajahnya melalui Saudi Vision 2030, sebuah rencana ambisius untuk mendiversifikasi ekonominya dan mengurangi ketergantungan pada minyak. Salah satu strategi yang diterapkan oleh Arab Saudi adalah melalui penyelenggaraan F1 Olahraga bergengsi tersebut diharapkan tidak hanya bertujuan untuk mendatangkan manfaat ekonomi, tetapi juga untuk memperbaiki citra negara di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Arab Saudi adalah negara di kawasan Timur Tengah dengan pemerintahakan monarki absolut. Negara monarki absolut adalah negara dimana raja atau ratu yang memerintah memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dalam pemerintahannya. Hal ini menyebabkan beberapa hak masyarakat dibatasi dan terkadang menimbulkan dampak yang kurang mengenakan seperti munculnya aturan-aturan yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Seperti, hak-hak perempuan yang dibatasi, pembungkaman terhadap masyarakat yang berani mengkritik pemerintah, bahkan berlakunya hukuman mati di negaranya. Hal-hal tersebut yang membuat dunia mengenal negara-negara di kawasan Timur Tengah termasuk Arab Saudi kental akan isu HAM. Namun, terlepas dari isu HAM yang kental, negara Arab Saudi adalah negara yang menjadi tujuan utama masyarakat muslim di seluruh dunia. Mekah, tempat Ka'bah berada, merupakan kiblat umat Islam dan pusat ibadah haji dan umrah.
ADVERTISEMENT
Sejak pertama kali menggelar Grand Prix F1 di Jeddah (Jeddah Corniche Circuit) pada tahun 2021, Arab Saudi memanfaatkan olahraga ini sebagai sarana untuk mencapai berbagai tujuan seperti memperkenalkan Arab Saudi sebagai destinasi pariwisata baru yang penuh inovasi. Melalui sportwashing, penyelenggaraan F1 juga berfungsi sebagai bagian dari upaya besar negara tersebut untuk memperbaiki citra internasional yang selama ini tercoreng oleh isu-isu hak asasi manusia. Arab Saudi dapat mengembangkan sektor non-minyak dan infrastruktur, serta menarik investasi global, untuk mempercantik citranya di mata global. Dengan menyelenggarakan Formula 1, tentu saja diharapkan dapat menarik perhatian publik di skala internasional. Arab Saudi tidak hanya ingin menonjolkan diri sebagai tuan rumah, tetapi juga memanfaatkan F1 sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju tujuan besar mereka dalam Saudi Vision 2030 . Saudi Vision 2030 adalah rencana strategis ambisius yang diluncurkan oleh Arab Saudi pada tahun 2016 di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Tujuan utamanya adalah untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, yaitu mengurangi ketergantungan pada minyak, dan mengembangkan sektor-sektor publik, salah satunya melalui sektor olahraga. Dalam hal ini, F1 bukan hanya sebuah ajang balapan, tetapi juga simbol dari perubahan ekonomi dan sosial Arab Saudi, yang berusaha menjadikan negara ini sebagai tujuan dunia dalam berbagai aspek seperti pariwisata, olahraga, dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Formula One dan Isu HAM di Arab Saudi
F1 pertama kali menggelar balapan di Arab Saudi pada tahun 2021. Grand Prix Arab Saudi diadakan di Sirkuit Corniche Jeddah, sebuah sirkuit jalan raya yang terletak di sepanjang pantai Laut Merah di kota Jeddah. Sebelumnya, Human Rights Watch (HRW) mengambil sikap tegas terhadap rencana F1 untuk menggelar Grand Prix di Arab Saudi. HRW mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kemitraan F1 dengan negara yang memiliki catatan pelanggaran HAM. HRW mendesak F1 untuk tidak hanya mempertimbangkan aspek bisnis, tetapi juga menggunakan pengaruhnya untuk mendorong perubahan positif di Arab Saudi. HRW menyoroti kasus para aktivis hak-hak perempuan yang masih ditahan di penjara Arab Saudi, termasuk nama-nama seperti Loujain al-Hathloul, Samar Badawi, Nassima al-Sadah, dan Nouf Abdulaziz. HRW menuntut F1 untuk mensyaratkan pembebasan para aktivis ini dan penghentian tuduhan terhadap mereka sebelum balapan digelar. Organisasi ini juga mengkritik keras F1 yang tidak menyinggung isu HAM saat mengumumkan kemitraan mereka dengan Arab Saudi pada 5 November 2020. HRW juga menegaskan bahwa keterlibatan F1 di Arab Saudi berpotensi menjadi bentuk "sportswashing", yaitu sebuah strategi yang digunakan oleh negara-negara dengan catatan HAM buruk untuk mengalihkan perhatian dunia melalui acara olahraga besar
ADVERTISEMENT
Sang juara dunia tujuh kali, Lewis Hamilton ikut serta dalam menyoroti isu HAM di Arab Saudi dan mengungkapkan ketidaknyamanannya dalam mengikuti balapan di Arab Saudi karena isu pelanggaran HAM. Dalam konferensi pers menjelang Grand Prix Arab Saudi pada 2 Desember 2021, Hamilton menyatakan bahwa meskipun ia menerima sambutan hangat, ia merasa tidak nyaman berada di sana. Saat itu, Hamilton yang masin menjadi driver Mercedes, menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran akan masalah HAM di negara-negara yang menjadi tuan rumah balapan F1. Hamilton menunjukkan sikapnya dengan mengenakan helm berdesain pelangi di Qatar untuk mendukung komunitas LGBTQ+. Saat itu, ia juga berencana mengenakan helm tersebut lagi di Arab Saudi dan balapan berikutnya. Hamilton juga menyoroti fakta bahwa meskipun undang-undang Arab Saudi telah diubah pada 2018 untuk mengizinkan wanita mengemudi, nyatanya masih ada beberapa aktivis yang dipenjara.
ADVERTISEMENT
Dari sorotan HRW dan Lewis Hamilton yang secara tidak langsung memberikan peringatan terhadap negara Arab Saudi, Arab Saudi harus benar-benar punya ambisi untuk memperbaiki citra negaranya di mata dunia. Tentu saja, tak hanya berfokus pada hakikatnya sebagai tujuan utama wisatawan muslim, Arab Saudi juga harus fokus pada wisatawan secara global.
Formula One sebagai Strategi Diversifikasi Ekonomi dalam mencapai Saudi Vision 2030
Dalam rangka mencapai Saudi Vision 2030, melalui sportwashing bisa menjadi salah satu solusinya. Arab Saudi sudah menggencarkan beberapa bidang olahraga yang berhasil menarik mata dunia seperti mendatangkan pemain kelas dunia Christiano Ronaldo ke klub bola Al-Nassr. Tentu saja, hal itu berhasil mengundang perhatian dunia terutama penggemar CR7.
Sama halnya dengan F1, penyelenggaraan F1 di Arab Saudi telah membuka negara tersebut di mata dunia khususnya penggemar setia F1. Liputan media global yang intens selama event F1 memberikan kesempatan bagi Arab Saudi untuk menampilkan kemajuan infrastrukturnya, khususnya dalam bidang olahraga dan pariwisata. Hal ini sejalan dengan upaya Arab Saudi untuk mengubah pandangan lama tentang negaranya dan memposisikan diri sebagai destinasi modern yang terbuka bagi dunia.
ADVERTISEMENT
Arab Saudi telah melakukan langkah besar dalam diversifikasi ekonominya melalui pariwisata dan pengembangan infrastruktur, dengan F1 menjadi salah satu pilar utama strategi ini. Pada tahun 2023, Arab Saudi berhasil menarik lebih dari 100 juta wisatawan, melampaui target mereka 7 tahun lebih cepat dari yang direncanakan. Pencapaian ini menghasilkan pemasukan lebih dari USD 37 miliar dan menciptakan 925.500 lapangan kerja baru di sektor pariwisata. Investasi besar-besaran Arab Saudi dalam F1 terlihat dari kesepakatan sponsorship antara Aramco, perusahaan minyak nasional Saudi, dengan F1 senilai sekitar USD 450 juta selama 10 tahun. Grand Prix Arab Saudi pertama kali diadakan pada November 2021 di Jeddah, menandai komitmen negara tersebut terhadap olahraga motorsport internasional. Sebagai bagian dari Saudi Vision 2030, Arab Saudi juga mengembangkan proyek-proyek infrastruktur besar seperti NEOM New City senilai USD 500 miliar dan Qiddiya Entertainment City senilai USD 4 miliar. Qiddiya, yang terletak sekitar 30 menit dari Riyadh, diproyeksikan akan menarik sekitar 48 juta kunjungan per tahun dan menciptakan lebih dari 325.000 lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Meskipun upaya diversifikasi ekonomi ini mendapat pujian, beberapa pihak mengkritik penggunaan olahraga, termasuk F1, sebagai alat untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu hak asasi manusia di negara tersebut. Namun, Arab Saudi tidak boleh goyah dan harus tetap pada rencananya, melihat F1 dan pengembangan infrastruktur terkait sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan membangun citra baru sebagai destinasi pariwisata dan hiburan global. Tentu saja, perjalanan menuju Saudi Vision 2030 masih panjang. Namun, langkah-langkah yang telah diambil menunjukkan bahwa Arab Saudi berada di jalur yang tepat. Dengan memanfaatkan olahraga dan pariwisata, negara ini tidak hanya berhasil menarik perhatian dunia, tetapi juga mulai menunjukkan hasil nyata dalam bentuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Harapan Saudi Vision 2030, Arab Saudi akan Menjadi Tujuan Dunia.
Salah satu tujuan Saudi Vision 2030 adalah Arab Saudi akan menjadi tujuan dunia. Melalui olahraga dan hiburan, diharapkan Arab Saudi bisa menarik perhatian masyarakat secara global. Namun, untuk mencapai masyarakat yang dinamis, Arab Saudi berfokus juga pada rakyatnya dan masyarakat muslim. Hal ini akan terwujud melalui tujuannya yaitu meningkatkan jumlah jamaah umrah dari 8 juta menjadi 30 juta per-tahun.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim, Indonesia pun ikut berperan dalam mempromosikan umrah. Salah satunya dengan menawarkan paket umrah untuk musim libur Lebaran 2025. Beberapa travel menawarkan pengalaman unik bagi para pencari spiritual dan penggemar F1, dengan program Umrah Libur Lebaran yang menggabungkan ziarah suci dengan menonton langsung Formula One di Jeddah. Paket perjalanan ini, menggunakan Saudia Airlines dan mendarat di Madinah, memungkinkan peserta memulai perjalanan spiritual mereka di Makkah dan Madinah. Selain akomodasi di hotel-hotel berkualitas, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan aksi balapan F1 di Sirkuit Jeddah. Dengan harga yang terjangkau, program ini menjadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin menggabungkan ibadah dan hiburan dalam satu perjalanan.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari Saudi Vision 2030, walaupun diterpa beberapa kritikan karena isu-isu HAM yang masih kental, Arab Saudi tetap teguh dalam perubahan ekonominya untuk memperbaiki citranya. Kini, Arab Saudi tengah melakukan transformasi ekonomi yang signifikan untuk mengurangi ketergantungannya pada sektor minyak. Formula One (F1) menjadi salah satu kunci dalam strategi ini, bukan hanya sebagai ajang olahraga bergengsi, tetapi juga untuk mengembangkan sektor pariwisata dan menarik investasi global. Penyelenggaraan Grand Prix di Jeddah merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menampilkan Arab Saudi sebagai destinasi modern yang terbuka untuk wisatawan dari mana saja, dengan infrastruktur yang berkelas dan berbagai atraksi wisata.
Dalam hal ini, umrah juga memiliki peran penting dalam strategi diversifikasi ekonomi Arab Saudi. Dengan menargetkan peningkatan jumlah jamaah umrah hingga 30 juta per-tahun, Arab Saudi berupaya memaksimalkan potensi pariwisata religinya. Dengan adanya promosi tersebut, secara tidak langsung, Arab Saudi berhasil memanfaatkan F1 untuk memperbaiki citranya di mata global. Meskipun peran Indonesia mungkin tidak disebutkan secara langsung, partisipasi dan dukungan Indonesia dalam mempromosikan paket umrah yang cukup unik seperti itu, telah menjadi bentuk kontribusi pada upaya yang lebih luas untuk memperbaiki citra negara Arab Saudi di mata dunia internasional. Arab Saudi diharapkan bisa mencapai tujuannya untuk menjadi pusat pariwisata global yang menarik dan punya keberagaman.
ADVERTISEMENT