Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Meretas Keadilan Melalui Sastra: Ketimpangan dalam Perspektif Sosiologi Sastra
28 Oktober 2024 13:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Vania Indriani Puspita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karya sastra memiliki peran penting dalam menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan sosial, karena mampu menggambarkan realitas sosial secara kritis dan empatik. Melalui narasi, karakter, dan konflik, karya sastra dapat membuka mata pembaca terhadap isu-isu sosial yang mungkin tidak terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sastra sering kali mengangkat tema ketidakadilan seperti kemiskinan, diskriminasi, eksploitasi tenaga kerja, dan marginalisasi kelompok tertentu. Dengan memberikan gambaran yang jelas tentang penderitaan dan permasalahan yang dialami tokoh, sastra dapat membangkitkan kesadaran pembaca akan ketimpangan sosial yang ada di sekitar mereka.
Banyak karya sastra yang menempatkan tokoh dari kalangan tertindas sebagai pusat cerita, memungkinkan mereka untuk "bersuara" dan menyampaikan pengalaman serta pandangan mereka. Ini dapat berupa kisah dari sudut pandang pekerja, perempuan, anak-anak, atau kelompok minoritas, sehingga pembaca dapat memahami dan merasakan sudut pandang yang mungkin jarang didengar. Dengan menunjukkan dampak buruk ketidakadilan, karya sastra sering kali menginspirasi pembaca untuk berpikir kritis terhadap sistem sosial dan bahkan mengambil tindakan nyata. Banyak pembaca merasa tergugah untuk mendukung gerakan sosial atau terlibat dalam upaya pemberdayaan masyarakat setelah membaca karya yang mengandung kritik sosial.
Karya sastra memungkinkan pembaca dari latar belakang yang berbeda untuk memahami situasi dan kondisi yang dialami oleh orang lain, terutama mereka yang berada dalam kondisi yang lebih kurang beruntung. Dengan cara ini, sastra membantu memperkuat empati dan solidaritas, yang dapat mendorong upaya kolektif untuk memperjuangkan keadilan sosial. Dalam masyarakat yang represif, karya sastra sering kali digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial secara terselubung. Melalui simbolisme, alegori, atau cerita yang berlatar fiksi, pengarang dapat menyampaikan pesan tanpa menimbulkan konfrontasi langsung, sehingga kritik terhadap ketidakadilan tetap dapat tersampaikan.
Sastra dapat menjadi rekaman sejarah sosial yang merekam kondisi ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi pada masa tertentu. Dengan demikian, karya sastra bukan hanya berfungsi sebagai medium kritik saat itu, tetapi juga sebagai pengingat bagi generasi mendatang untuk belajar dari pengalaman dan berusaha menciptakan masyarakat yang lebih adil. Karya sastra tidak hanya berperan sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai alat yang kuat dalam menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan sosial, membuka dialog publik, serta menggerakkan perubahan.
ADVERTISEMENT