Konten dari Pengguna

Meretas Keadilan Melalui Sastra: Ketimpangan dalam Perspektif Sosiologi Sastra

Vania Indriani Puspita
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang
28 Oktober 2024 13:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vania Indriani Puspita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Photo by Shutterstock: https://www.shutterstock.com/id/image-photo/female-hand-pulling-book-bookshelf-public-2458178547
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Shutterstock: https://www.shutterstock.com/id/image-photo/female-hand-pulling-book-bookshelf-public-2458178547
Sastra adalah studi tentang bagaimana karya sastra mencerminkan, memengaruhi, dan membentuk masyarakat. Dalam pendekatan sosiologi sastra, sastra dianggap tidak hanya sebagai karya estetis, tetapi juga sebagai cermin kehidupan sosial yang memuat pesan, kritik, atau penggambaran tentang kondisi masyarakat pada masa tertentu. Sastra memiliki kekuatan untuk membangkitkan kesadaran sosial di kalangan pembaca. Dengan menyajikan cerita yang relevan dengan kehidupan nyata, sastra membantu pembaca memahami permasalahan yang dialami oleh masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya, novel yang menggambarkan kehidupan kaum miskin atau perjuangan perempuan dapat menumbuhkan rasa empati dan solidaritas, serta mendorong pembaca untuk terlibat dalam perubahan sosial. Banyak karya sastra mencerminkan realitas sosial yang ada di masyarakat. Pengarang, sebagai bagian dari masyarakat, sering kali menyerap dan mencatat berbagai fenomena sosial di sekitarnya, seperti permasalahan kelas sosial, budaya, konflik antargolongan, dan dinamika politik. Melalui tokoh dan alur cerita, sastra mampu menggambarkan dan mengkritik ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan isu-isu penting lainnya. Kondisi sosial, budaya, dan politik pengarang sering kali memengaruhi tema dan pandangan yang diusung dalam karyanya. Seorang pengarang yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang terpinggirkan mungkin akan menciptakan karya yang memuat kritik sosial terhadap sistem atau struktur yang menindas. Dengan demikian, karya sastra bisa menjadi “suara” bagi kelompok-kelompok yang kurang terwakili. Sastra memiliki kekuatan untuk membangkitkan kesadaran sosial di kalangan pembaca. Dengan menyajikan cerita yang relevan dengan kehidupan nyata, sastra membantu pembaca memahami permasalahan yang dialami oleh masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya, novel yang menggambarkan kehidupan kaum miskin atau perjuangan perempuan dapat menumbuhkan rasa empati dan solidaritas, serta mendorong pembaca untuk terlibat dalam perubahan sosial. Dalam banyak kasus, sastra digunakan untuk mengkritik struktur dan norma sosial yang dianggap tidak adil atau korup. Melalui cerita, pengarang bisa mengajukan pertanyaan tentang kekuasaan, hierarki sosial, norma budaya, dan ketidakadilan sistemik. Hal ini bisa dilihat dalam karya-karya yang menyoroti isu seperti penindasan kelas pekerja, ketimpangan ekonomi, atau diskriminasi gender.
ADVERTISEMENT
Karya sastra memiliki peran penting dalam menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan sosial, karena mampu menggambarkan realitas sosial secara kritis dan empatik. Melalui narasi, karakter, dan konflik, karya sastra dapat membuka mata pembaca terhadap isu-isu sosial yang mungkin tidak terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sastra sering kali mengangkat tema ketidakadilan seperti kemiskinan, diskriminasi, eksploitasi tenaga kerja, dan marginalisasi kelompok tertentu. Dengan memberikan gambaran yang jelas tentang penderitaan dan permasalahan yang dialami tokoh, sastra dapat membangkitkan kesadaran pembaca akan ketimpangan sosial yang ada di sekitar mereka. Banyak karya sastra yang menempatkan tokoh dari kalangan tertindas sebagai pusat cerita, memungkinkan mereka untuk "bersuara" dan menyampaikan pengalaman serta pandangan mereka. Ini dapat berupa kisah dari sudut pandang pekerja, perempuan, anak-anak, atau kelompok minoritas, sehingga pembaca dapat memahami dan merasakan sudut pandang yang mungkin jarang didengar. Dengan menunjukkan dampak buruk ketidakadilan, karya sastra sering kali menginspirasi pembaca untuk berpikir kritis terhadap sistem sosial dan bahkan mengambil tindakan nyata. Banyak pembaca merasa tergugah untuk mendukung gerakan sosial atau terlibat dalam upaya pemberdayaan masyarakat setelah membaca karya yang mengandung kritik sosial. Karya sastra memungkinkan pembaca dari latar belakang yang berbeda untuk memahami situasi dan kondisi yang dialami oleh orang lain, terutama mereka yang berada dalam kondisi yang lebih kurang beruntung. Dengan cara ini, sastra membantu memperkuat empati dan solidaritas, yang dapat mendorong upaya kolektif untuk memperjuangkan keadilan sosial. Dalam masyarakat yang represif, karya sastra sering kali digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial secara terselubung. Melalui simbolisme, alegori, atau cerita yang berlatar fiksi, pengarang dapat menyampaikan pesan tanpa menimbulkan konfrontasi langsung, sehingga kritik terhadap ketidakadilan tetap dapat tersampaikan. Sastra dapat menjadi rekaman sejarah sosial yang merekam kondisi ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi pada masa tertentu. Dengan demikian, karya sastra bukan hanya berfungsi sebagai medium kritik saat itu, tetapi juga sebagai pengingat bagi generasi mendatang untuk belajar dari pengalaman dan berusaha menciptakan masyarakat yang lebih adil. Karya sastra tidak hanya berperan sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai alat yang kuat dalam menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan sosial, membuka dialog publik, serta menggerakkan perubahan.
ADVERTISEMENT