Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ibu dan Nasihat Terbaiknya
18 Juni 2020 11:44 WIB
Tulisan dari vania widyadari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wanita super yang ada dihidupku itu bernama Sasi. Seperti superhero lainnya, ia bisa menjadi berbagai sosok yang dapat membantu orang disekitarnya. Ibuku bisa menjadi koki, fotografer, bendahara bahkan tukang pijat.
Ibuku adalah wanita karier yang bekerja setiap hari. Berangkat pukul 05.00 dan sampai dirumah pukul 16.00. Hampir seharian penuh beliau bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Walaupun ibuku sibuk dengan tugas kantornya, ia tetap menjalannan perannya dengan baik.
Cintanya yang selalu ada untukku. Kasih sayangnya yang tak pernah berubah, selalu memelukku disaat aku rapuh.
Ibuku, beliau bagaikan malaikat yang tak bersayap. Dirinya pernah berpesan padaku, "mba coba liat sekeliling. Jika kamu menemukan orang yang dirasa butuh uluran tanganmu, bantulah dia" begitu katanya.
ADVERTISEMENT
"Membantu itu tidak membuat harta kita berkurang. Allah menyukai orang yang gemar membantu sesamanya" ia kembali melanjutkan. Nasihat ibulah yang akhirnya membuatku sadar. Kita sesama manusia tidak boleh egois. Cobalah lihat, mungkin saudara atau tetangga membutuhkan kita.
Ibu banyak sekali menggajarkanku arti dari kehidupan. Pentingnya pendidikan yang harus diutamakan lebih. Ibu juga pernah berkata. "Pendidikan merupakan warisan yang bisa Ibu dan Bapak diberikan kepadamu. Kelak kamu akan menjadi orang sukses dengan ilmu yang kamu punya."
Ibu tidak pernah menuntut anaknya untuk menjadi nomer satu. Yang terpenting menurutnya kita sudah berusaha sekeras mungkin. Memperjuangkan imipian kita masing-masing. Hasilnya dikembalikan kepada Allah. Tak ada usaha yang sia-sia. Tidak ada hasil yang mengkhianati prosesnya.
ADVERTISEMENT
Namun jika ternyata hasil yang diperoleh anaknya tidak sesuai, ia akan tetap berkata “gapapa Mba, yang penting udah usaha. Besok dicoba lagi ya.” Kalimat yang keluar dari mulutnya selalu menyejukan siapapun yang mendengarnya.
Ah ibu, rasanya tak ada kata yang bisa mewakilkan pentingnya dirimu di hatiku.
Aku bisa berdiri tegak didunia ini karna hadirmu. Kamu bagaikan nafas yang selalu aku butuhkan. Aku berharap bisa selalu membuatmu bangga. Aku sayang Ibu.
(Vania Widyadari/PNJ)