Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Museum Dr. Soetomo Tempat Wisata dan Saksi Sejarah Indonesia
30 Agustus 2024 18:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari vaniafalah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jawa Timur telah banyak mencatat sejarah dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satu kota di Jawa Timur yang menjadi tempat berasalnya para pahlawan, yaitu Kota Surabaya. Kota yang dijuluki Kota Pahlawan ternyata masih terdapat beberapa bangunan tua peninggalan zaman sebelum Indonesia merdeka.
ADVERTISEMENT
Salah satunya terdapat sebuah bangunan tua yang berdiri di Jalan Bubutan nomor 85-87, Surabaya. Bangunan tersebut bernama Gedung Nasional Indonesia (GNI) yang dibangun tanggal 11 Juli 1930. Pada Komplek Gedung Nasional Indonesia (GNI) didirikan Museum Dr. Soetomo, di sampingnya juga terdapat Makam Dr. Soetomo. Pendopo GNI dan paviliun yang sekarang menjadi Museum Dr. Soetomo didirikan oleh Dr. Soetomo dan organisasinya yang bernama Indonesische Study Club (ISC) tahun 1930-an.
“Dibangunnya gedung ini bertujuan untuk mengadakan rapat-rapat organisasi yang saat itu belum dimiliki oleh rakyat Surabaya. Selain untuk rapat organisasi, Pendopo GNI juga digunakan sebagai gedung kesenian,” ujar Agata Wira Yudha, karyawan pengelola Museum Dr. Soetomo.
Wali Kota Surabaya pada saat itu, Tri Risma Harini meresmikan salah satu bangunan di GNI sebagai Museum Dr. Soetomo pada tanggal 29 November 2017. Bangunan berbentuk rumah tua dua lantai berwarna putih kecokelatan itu masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik hingga saat ini. Sebelum masuk ke dalam Museum Dr. Soetomo, pengunjung harus memesan tiket secara daring di situs web resmi tiket wisata Surabaya.
ADVERTISEMENT
Lantai pertama museum terdapat riwayat hidup dan foto dokumentasi Dr. Soetomo mulai lahir hingga beliau bekerja di Rumah Sakit Central Burgelijke Ziekeninrichting (CBZ) Simpang Soerabaia.
Berikutnya di lantai dua terdapat beberapa foto dan barang-barang milik Dr. Soetomo, seperti meja, kursi asli yang dahulunya ada di rumah Dr. Soetomo, dan foto dengan kisah keluarga. Serta terdapat replika ruang kerja Dr. Soetomo yang dibuat sedemikian rupa saat beliau bekerja menjadi dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin di Rumah Sakit Central Burgelijke Ziekeninrichting (CBZ) Simpang Soerabaia.
“Dibuatkan ruangan semirip mungkin dengan foto dokumentasi itu dan barang yang tidak kami temukan dengan yang aslinya digantikan dengan replikanya. Namun, barang seperti mikroskop, kateter logam, tas kerja, dan buku karangan Dr. Soetomo tentang penyakit lepra itu semuanya asli,” lanjut Agata.
Lantai yang berada di dalam museum ini terlihat tua, tetapi masih terawat dengan baik. Begitu juga beberapa jendela tua yang banyak menghiasi dinding berwarna krem bangunan itu makin menambah kesan klasik. Bangunan museum ini merupakan bangunan lama yang mulai berdiri sekitar tahun 30-an, sehingga sekarang menjadi salah satu cagar budaya yang dimiliki oleh Kota Surabaya. Museum ini juga berada di bawah naungan Dinas Pariwisata Kota Surabaya, oleh karena itu bangunan ini sangat terurus dengan baik.
ADVERTISEMENT
“Jadi bangunan ini (museum) sama pendopo itu masih asli dari dahulu. Mulai dari lantai, jendela, pintu, dan atap-atapnya ini keasliannya masih dijaga. Jadi kalau ada kerusakan pada bangunan museum ini boleh diperbaiki, tetapi tidak boleh mengubah bentuk aslinya,” tambah Agata.
Wasiat Dr. Soetomo yaitu, beliau ingin dimakamkan di Komplek GNI. Tujuannya agar beliau masih bisa dekat dengan rakyat walaupun telah meninggal. Kata Dr. Soetomo, beliau tidak ingin diistimewakan, beliau ingin tetap dapat membaur dengan warga. Jadi setiap saat ada warga atau masyarakat yang ingin berziarah bisa dengan mudah karena lokasinya tidak diistimewakan dan dapat dijangkau oleh semua orang. Dengan adanya Komplek Gedung Nasional Indonesia (GNI) kita mengetahui peran penting Dr. Soetomo dalam pergerakan Indonesia.
ADVERTISEMENT