Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Gangguan Tidur pada Lansia Berbahaya? Mitos atau Fakta?
1 Desember 2022 22:03 WIB
Tulisan dari vaniarrazani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo sobat kumparan! Apakah kalian mengetahui kalau ada insomnia itu kesulitan tidur. Benar tidak ya kalau insomnia yang terjadi pada lansia dapat membahayakan kesehatan. Nah, daripada sobat kumparan bertanya-tanya, mari kita simak penjelasan berikut ini!
Perubahan fisiologis saat usia menua akan terjadi pada setiap individu dimulai sejak lahir dan umum dialami pada seluruh makhluk hidup dalam daur hidupnya. Setiap individu yang menua atau biasa disebut lansia akan mengalami perubahan kondisi fisik yang menurun. Lansia yang memiliki penyakit kronis seperti hipertensi, strok, penyakit jantung, diabetes melitus, dan kanker sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang jika dibandingkan dengan lansia yang sehat.
ADVERTISEMENT
Tetapi, tidak memungkiri lansia yang sehat juga mengalami kesulitan tidur. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena kurangnya aktivitas yang dilakukan. Kurangnya aktivitas harian dan kegiatan-kegiatan yang kurang terstruktur menjadi faktor yang mempengaruhi kurangnya waktu dan kualitas tidur pada lansia.
Apakah Tidur Penting Untuk Kesehatan?
Tidur merupakan salah satu istirahat terbaik bagi tubuh yang dapat mengembalikan energi sehingga seseorang siap menjalankan aktivitas pada keesokan harinya. Kualitas tidur adalah kondisi dimana tidur yang dijalani individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat bangun dari tidurnya. Maka ketika seseorang yang kurang tidur atau kualitas tidurnya tidak baik pasti akan berdampak pada keseharian juga kesehatannya.
Kualitas tidur mencakup aspek subjektif, seperti tidur nyenyak dan istirahat serta aspek kuantitatif dari tidur seperti durasi tidur dan retensi tidur. Perubahan tidur normal pada lansia terdapat pada Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4, lansia hampir tidak mengalami stadium 4 atau tidur nyenyak.
ADVERTISEMENT
Apa saja Ganguan Tidur yang Dialami Lansia?
Banyak masyarakat yang belum begitu mengenal tentang gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan jika merasa tidurnya terganggu. Pendapat yang menyatakan bahwa belum ada orang yang meninggal karena tidak tidur. Beberapa gangguan tidur yang dialami lansia dan dapat mengancam jiwa baik secara langsung, misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan fatal serta apnea tidur obstruktif atau secara tidak langsung kecelakaan akibat gangguan tidur, kesulitan untuk memulai tidur (sleep onset problems) serta kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem).
Faktanya, insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup. Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor status kesehatan, pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan, stress psikologis, gaya hidup Insomnia pada usia lanjut dihubungkan dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan kinerja fungsional. Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Jika Gangguan Tidur yang Dialami Lansia Tidak Segera Ditangani?
Apabila gangguan tidur pada lansia tidak segera ditangani dapat berdampak serius untuk kesehatan dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan gangguan memori, sering terjatuh karena tubuh yang lemas, dan penurunan kualitas hidup.
Tidur juga dapat terganggu pada stadium awal penyakit neurologis contohnya, penyakit Parkinson dan Alzheimer. Kondisi ini dan keadaan potensial lainnya yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada lanjut usia harus dieksklusi sebelum memikirkan perubahan intrinsik pada mekanisme sirkadian pengaturan tidur yang menjadi penyebab angka kematian serta angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.
Penanganan yang Bisa Dilakukan untuk Penanganan Ganguan Tidur pada Lansia
ADVERTISEMENT
Melihat efek gangguan tidur yang terjadi pada lansia di atas sangat diperlukan penanganan atau sikap yang tepat untuk mengatasinya dengan tindakan non-farmakologis, seperti menghindari dan mengurangi penggunaan minum kopi, teh, soda, dan merokok yang dapat mengganggu kualitas tidur lansia, hindari tidur siang terutama setelah pukul 14.00 WIB, tidur saja saat mengantuk, pertahankan suhu, cahaya, dan suasana yang nyaman di kamar tidur.
Lansia juga sangat sensitif terhadap stimulus lingkungannya. Penggunaan tutup telinga dan tutup mata dapat mengurangi pengaruh buruk lingkungan. Selain itu, lansia harus membuat kontak sosial dan aktivitas fisik secara teratur di siang hari. Lansia juga harus dibantu untuk menghilangkan kecemasannya yang dapat menimbulkan stress.
Membaca sampai mengantuk serta mendengarkan lagu-lagu juga merupakan salah satu cara untuk membantu menghilangkan kecemasan yang akan mengganggu tidur pada lansia.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Jadi, kurangnya aktivitas yang dilakukan lansia berpengaruh terhadap pola tidur lansia. Gangguan tidur yang dialami lansia dapat mengancam kesehatan jiwa, baik secara langsung atau tidak langsung. Apabila gangguan tidur itu diabaikan dan tidak segera ditangani bisa menjadi gangguan tidur yang kronis. Maka dari itu, lansia yang mengalami gangguan tidur harus segera diberikan tindakan agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
Penulis: Vania Fitriah Razani
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
Referensi:
Muttaqin, D. (Januari-April 2002), Gangguan Tidur pada Lansia, Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol. 21, No. 1, https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/33552267/Prayitno-with-cover-page-v2.pdf?Expires=1669518381&Signature=AVe-EvkXDAXJuPvA688KpWezKkIuYznD4SPeEVgbALmwPE~QkNSKFqiNnWpY1lsM9gvLOJz5nA3uZ3QNITVNR9LbKzN57e2BosAeNUAQGQFfrhKopMplPKJtRzdDfdQuOAuUkw0xMpqLOaizPhkwe4~t-4yVipbVVjIjiQbMxCaOcjIntttJa5CaLiaoNyXeFgl-4kFDRj4RdLPz9CGL0n7JyM94cvc1GQHPkBvinipDo6v7AAqIV6C~HQ4R7BzKwYqqLbvp6TqWKeCyi7BgKYiJskpVznycco5Cy6jCMGOrZyHYnWPU~vFi-91YcKlLL6QCmYW~Bna9WHH8C6YFSA__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
Ammir, N. (2007), Gangguan Tidur: Diagnosis Dan Penatalaksaannya, Cermin dunia kedokteran, https://www.itokindo.org/download/kesehatan/orang_tua-_dimensia,_parkinson,_osteoporosis/Gangguan%20Tidur%20pd%20Lansia%20-%20CDK%20Kalbe.pdf