Konten dari Pengguna

Workaholic si Gila Kerja?

vaniarrazani
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
1 Desember 2022 22:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari vaniarrazani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.istockphoto.com/id/foto/karyawan-kantor-asia-yang-terlalu-banyak-bekerja-menggunakan-komputer-laptop-untuk-gm1413937269-462835864
zoom-in-whitePerbesar
https://www.istockphoto.com/id/foto/karyawan-kantor-asia-yang-terlalu-banyak-bekerja-menggunakan-komputer-laptop-untuk-gm1413937269-462835864
ADVERTISEMENT
Workaholic si Gila Kerja?
Apakah kamu pernah mendengar istilah workaholic?
ADVERTISEMENT
Apa Sebenarnya Definisi Workaholic?
Seringkali kita mendengar istilah workaholic yang cenderung memiliki arti negatif di masyarakat. Workaholic diartikan sebagai “pecandu kerja” atau “penggila kerja” keadaan tidak diinginkan yang menyerupai kecanduan yang dikarakteristikan sebagai pekerja dengan jam kerja yang lama secara sukarela. Meskipun pekerja workaholic melakukan pekerjaan tersebut secara sukarela, jika kecenderungan dapat menghasilkan isu-isu yang berpengaruh pada kesehatan dan well-being individu, hal ini dapat mengganggu hasil dan kinerja pekerja tersebut.
Saat ini, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa workaholic adalah sebutan untuk orang yang suka bekerja saja. Padahal, dilansir dari American Psychology Association, workaholic adalah kondisi di mana seseorang merasakan paksaan atau kebutuhan dari dalam diri untuk terus bekerja dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi tersebut membuat individu yang menderitanya merasa sangat cemas bila tidak menyelesaikan semua pekerjaan sekaligus. Kebiasaan workaholic dapat berupa datang di awal waktu untuk bekerja dan pulang di akhir waktu. Biasanya, individu seperti ini terlalu ambisius dan perfeksionis. Mereka tidak mempertimbangkan risiko kegagalan yang akan dialami dan hanya memikirkan keberhasilan yang harus diraih.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti ini banyak dialami oleh para pekerja di kota-kota besar. Penderita workaholic menjadikan hal ini sebagai pelarian dari masalah yang sedang dihadapi. Mereka akan menyibukkan diri dengan segudang pekerjaan sehingga mereka lupa bahwasanya hidup tidak hanya perihal bekerja.
Banyak orang yang menyamakan workaholic dengan kerja keras. Akan tetapi, kedua hal tersebut sangat berbeda. Hal yang membedakan workaholic dengan kerja keras adalah perasaan. Ketika melakukannya, para pekerja keras menikmati waktu yang mereka habiskan untuk bekerja karena mereka senang melakukannya, serta apa yang akan dihasilkannya. Sedangkan workaholic cenderung tidak menikmati apa yang dilakukannya karena ada faktor dorongan dari dalam diri mereka seakan mereka harus terus menerus bekerja dan mencapai target dengan tergesa-gesa. Orang workacholic cenderung akan mengabaikan aspek-aspek kehidupan lainnya di luar pekerjaan terutama kesehatan diri, sedangkan orang yang bekerja keras ia memiliki alasan untuk bekerja dengan beban tanggung jawab kehidupan yang dipikulnya dan tidak melupakan peran serta kewajibannya di luar pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Jadi, Apa Saja Sih Ciri Dari Workaholic Itu?
Ciri-ciri bagi seseorang yang mengalami workaholic adalah mereka akan terus bekerja tanpa kenal waktu. Bagi mereka yang terikat dengan perusahaan, mereka akan terus bekerja walaupun jam kerja yang ditentukan telah habis. Mereka akan terus melakukannya di manapun dan kapanpun untuk menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga. Walaupun mereka telah berada di rumah untuk beristirahat, tetapi tidak jarang dari mereka yang memakai waktu istirahat untuk terus bekerja. Saat liburan pun orang yang mengalami workaholic akan terus teringat dengan pekerjaannya sehingga membuat mereka tidak menikmati waktu liburan. Jika orang lain akan menunggu momen liburan unuk mengurangi stress dari padatnya kegiatan sehari-hari, bagi workaholic liburan adalah suatu hal yang membuang waktu. Mereka tidak akan menikmati momen tersebut karena akan terus teringat dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Workaholic merupakan individu yang mandiri. Karena hal ini, tidak sedikit dari mereka yang susah untuk bekerja dalam tim. Mereka akan merasa hanya mereka sendirilah yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Mereka selalu ingin mengerjakan dan mengontrol pekerjaan tersebut dengan diri mereka sendiri dan ragu jika dilakukan oleh orang lain.
Penyebab workaholic adalah:
Workaholic dilain sisi juga dapat membawa dampak yang buruk bagi individu itu sendiri. individu workaholic yang ambisius akan terus membuat dirinya melakukan sebuah pekerjaan, mereka akan lupa waktu bahkan lupa makan jika telah melakukan hal tesebut. Karena inilah workaholic dapat memicu berbagai penyakit. Terlalu banyak mengurung diri sendirian dan selalu merasakan harus menyelesaikan pekerjaan ini juga dapat menimbulkan stress. Setiap orang pasti memiliki segudang pekerjaan dan beban yang berbeda-beda. Tetapi, semua itu kembali ke masing masing individu. Pilihan mana yang akan diambil untuk menyikapi pekerjaannya. Bekerja secara workaholic tanpa mementingkan kesehatan atau bekerja secara cerdas dengan mengutamakan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Nah, setelah mengetahui apa itu perbedaan workaholic dan pekerja keras, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sekeras apapun usaha kita dalam menyelesaikan target pekerjaan, jangan sampai kita termasuk workaholic yang merugikan. Semua memiliki porsi masing-masing serta kita harus pandai dalam menempatkannya.
Kesimpulan

Workaholic ini merupakan hal yang dapat merugikan diri sendiri serta orang lain. Seperti yang telah dijelaskan, workaholic dapat menimbulkan banyak kenegatifan dalam diri. Workaholic juga akan merugikan orang lain. Jika memerlukan kerja sama tim, workaholic tidak dapat melakukannya dan hanya akan mengacaukannya saja. workaholic juga merupakan sikap yang tidak dapat menempatkan diri dan tidak dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dengan begitu, tidak jarang membuat hal satu dengan hal lainnya menjadi rancu.

Banyak hal lain yang dapat dilakukan selain menjadi workaholic, salah satunya menempatkan serta melakukan pekerjaan sesuai porsi dan kemampuan masing-masing. Workaholic juga bukan pilihan yang tepat untuk melarikan diri dari sebuah masalah.
ADVERTISEMENT
Penulis: Vania Fitriah Razani
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya