Konten dari Pengguna

Perawatan Paliatif HIV AIDS : Manfaat Perawatan Paliatif bagi Penderita HIV AIDS

Vani Dekasari
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember
22 Oktober 2024 19:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vani Dekasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tanggal 1 desember diperingati sebagai hari HIV AIDS sedunia (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Tanggal 1 desember diperingati sebagai hari HIV AIDS sedunia (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Apa itu perawatan paliatif?
Perawatan paliatif merupakan sebuah pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit terminal atau kronis. Menurut WHO (World Health Organitation) perawatan paliatif adalah suatu pendekatan atau pelayanan yang diberikan kepada semua kalangan untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien dan keluarga dengan penyakit kronis dan mengancam nyawa. Pelayanan paliatif ini diberikan saat pasien hidup sampai dengan pasien meninggal.
ADVERTISEMENT
Pelayanan yang diberikan pada perawatan paliatif mencakup dari semua aspek baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Perawatan paliatif ini akan sangat membantu pasien dengan penyakit terminal. Hal tersebut karena pada dasarnya fokus dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan dan kesakitan yang dialami oleh pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien, keluarga, dan pengasuhnya. Selain itu, perawatan ini lebih difokuskan untuk mengurangi gejala dan kondisi psikologis yang buruk (stress) yang dirasakan oleh pasien akibat penyakitnya.(Shatri et al, 2022)
Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pelayanan paliatif dalam penerapannya antara lain (Sudarsa, 2020) :
1. Kehidupan yang baik (good life)
Dalam poin ini pasien dengan penyakit terminal diharapkan masih bisa memaknai hidupnya dengan baik. Selain itu, pasien dengan penyakit terminal juga dapat hidup seaktif mungkin.
ADVERTISEMENT
2. Kematian yang baik (good death)
Kunci perawatan paliatif adalah merawat pasien dengan baik sampai ajal menjemput. Perawatan ini memandang kematian merupakan proses yang normal, sehingga menghantarkan pasien meninggal dengan damai merupakan tujuan dari perawatan paliatif
3. Proses berduka yang baik ( goof grief)
Berduka merupakan proses yang pasti dilewati oleh keluarga yang ditinggalkan. Dalam hal ini perawatan paliatif meiliki tugas untuk mengelola emosi dan perasaan berduka dari keluarga yang ditinggalkan, sehingga proses berduka dapat dilalui dengan baik.
Perawatan paliatif ini bersifat interdisipliner dimana artinya perawatan ini melibatkan banyak tenaga medis (seperti, dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, psikolog dan lain sebagainya) yang ahli dalam bidangnya dalam memberikan pelayanan. Perawatan ini juga dimaksudkan untuk menurunkan gejala yang dirasakan oleh pasien. Gejala atau keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien dengan penyakit terminal dan membutuhkan bantuan perawatan paliatif adalah nyeri dan sesak napas. Oleh karena itu, perawatan paliatif ini bisa diberikan sejak setelah pasien didiagnosa penyakit kronis atau terminal.(Tatum & Mills, 2020)
ADVERTISEMENT
Dilansir World Health Organitation (2020) diperkirakan 56, 8 juta orang membutuhkan perawatan paliatif di setiap tahunnya. Perawatan palitif ini diperlukan pasien dengan penyakit kronis. Beberapa penyakit kronis yang membutuhkan perawatan paliatif antara lain penyakit kardiovaskular sebanyak 38,5%; Kanker (34%), PPOK (10,3%), HIV AIDS (5,7%), dan diabetes (4,6%).
Apa sih HIV AIDS itu?
HIV (human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sistem imun tubuh (seperti limfosit CD4) sehingga menyebabkan tubuh mengalami penurunan dalam melawan infeksi. Sedangkan AIDS (cquired immunodeficiency syndrome) merupakan sekumpulan gejala yang yang disebabkan karena infeksi HIV yang sudah merusak kekebalan tubuh hingga parah. (Permenkes RI, 2022).
Virus HIV ini dapat masuk ke dalam tubuh individu dapat melalui 3 cara antara lain melalui hubungan seksual yang tidak aman, kontak antar darah seperti transfusi dan penggunaan jarum suntik yang digunakan berulang kali (secara horizontal), dan penularan dari ibu ke anak (secara vertikal). (Sutrasno et al, 2022)
ADVERTISEMENT
HIV AIDS ini tidak hanya menyerang orang dewasa saja namun juga menyerang anak-anak. Pergaulan yang semakin tidak terkendali menyebabkan kasus HIV AIDS ini meningkat. Kurangnya pengetahuan mengenai HIV AIDS dapat meningkatkan perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik yang tidak aman dan hubungan seksual tanpa kondom Pada tahun 2019 United Nations on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa terdapat 1,7 juta kasus baru dan 690 ribu jiwa yang meninggal. Indonesia menempati posisi ketiga stelah China sebagai negara dengan jumlah kasus HIV baru terbanyak. (Sutrasno et al, 2022)
Mengapa HIV AIDS membutuhkan perawatan paliatif?
HIV AIDS membutuhkan perawatan paliatif dikarenakan penyakit ini merupakan penyakit kronis dengan beberapa gejala yang dapat menurunkan kualiatas hidup penderitanya. Dilansir WHO, beberapa tanda gejala yang muncul pada beberapa bulan pertama HIV AIDS tidak terlalu parah dan seperti tanda gejala influenza seperti demam, ruam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Namun, tanda gejala ini akan menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring melemahnya sistem kekebalan tubuh. Tanda dan gejala yang muncul pada fase ini biasanya demam, diare, penurunan berat badan, dan pembengkakan kelejenjar getah bening. HIV AIDS ini juga dapat menyebabkan infeksi opportunistic seperti tuberculosis (TBC), meningitis kriptokokus, kanker seperti limfoma dan sarcoma, dan hepatitis.
ADVERTISEMENT
Dari tanda gejala yang muncul menjadikan penderita HIV AIDS sangat membutuhkan pelayanan paliatif dan perhatian khusus. Beberapa alasan mengapa pasien dengan HIV AIDS membutuhkan perawatan paliatif antara lain:
1. Dengan perawatan paliatif akan membantu pasien HIV AIDS mengurangi dan mengendalikan gejala yang dirasakan pasien baik fisik, psikologis, mapupun sosialnya.
2. Meningkatkan kualitas hidup pasien HIV AIDS
3. Mengurang keluhan umum yang sering dirasakan pada pasien HIV AIDS yitu mual, nyeri, dan sesak napas.
4. Memberi support kepada keluarga dan pengasuh untuk mengurangi stress yang dirasakan akibat penyakit yang diderita oleh pasien dan tekanan lingkungan.
5. Membantu pasien tetap melakukan kegiatan dengan aktif dan positif di tengah penyakit yang dideritanya.
6. Membantu keluarga dan pasien untuk mengambil kepetusan dengan cepat dan tepat
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Tatum, P. E., & Mills, S. S. (2020). Hospice and palliative care: an overview. Medical Clinics, 104(3), 359-373.
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced directives pada perawatan paliatif. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia| Vol, 7(2).
Sudarsa, I. W. (Ed.). (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Airlangga University Press.
WHO. 2022. Paliative Care. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/palliative-care. Diakses pada 8 Oktober 2024
Sutrasno, M. A., Yulia, N., Rumana, N. A., & Fannya, P. (2022). Literature review gambaran karakteristik pasien HIV/AIDS di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan, 5(1).
Anggraini, Y., Situmorang, I., Lufianti, A., Sinulingga, E., Prasetyowati, C. D., Alfiani, N., & Saputri, A. (2024). Keperawatan HIV-AIDS. Pradina Pustaka.
ADVERTISEMENT
Merlins JS, Tucker RO, Saag MS, Selwyn PA. The role of palliative care in the current HIV treatment era in developed countries. Top Antivir Med. 2013 Feb-Mar;21(1):20-6. PMID: 23596275; PMCID: PMC6148889.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus, Acquired Immunodeficiency Syndrome, Dan Infeksi Menular Seksual. Permenkes RI, 69(555), 1–53. https://www.bing.com/search?pglt=41&q=PERATURAN+MENTERI+KESEHATAN+REPUBLIK+INDONESIA+NOMOR+23+TAHUN+2022+TENTANG+PENANGGULANGAN+HUMAN+IMMUNODEFICIENCY+VIRUS%2C+ACQUIRED+IMMUNO-+DEFICIENCY+SYNDROME%2C+DAN+INFEKSI+MENULAR+SEKSUAL&cvid=74754ff9ec074257a166a6
Hasibuan, A., Maulana, M. F. Z., & Mauliah, S. (2024). Melonjaknya Kasus HIV Dikalangan Remaja Indonesia. Amsir Community Service Journal, 2(1), 1-8.