Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Wasteful Buying dalam Fenomena Jastip : Ketika Tren Belanja Jadi Kebiasaan Boros
9 Januari 2025 13:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Vanisha Cahya Kamila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pasti Anda semua sudah tidak asing lagi dengan fenomena jastip atau jasa titip di kalangan masyarakat terutama sejak pandemi Covid-19 melanda. Jastip muncul sebagai dampak dari penurunan tajam sektor ekonomi, khususnya ritel baik di dalam negeri maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
Pembatasan jam operasional mall dan pusat perbelanjaan serta penutupan beberapa toko ini mengurangi pendapatan yang cukup signifikan sehingga memaksa toko-toko untuk mencari strategi agar tetap bertahan.
Jastip menjadi strategi menawarkan promosi menarik di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, WhatsApp dan media lainnya. Jastip ini tidak hanya berhenti pada masa pandemi saja tetapi hingga saat ini masih banyak dimanfaatkan oleh penjual dan agen dalam memasarkan produkya secara daring. Dengan biaya jastip mulai dari Rp.10.000 hingga Rp.50.000.
Jastip juga menyediakan barang seperti sepatu, tas, baju, pakaian, hingga makanan siap saji. Maka tidak heran, strategi tersebut terbukti efektif dalam menjaga hubungan toko dengan pelanggan. Ditambah dengan minat generasi kini yang mencari efisiensi waktu dan tenaga, jastip menjadi solusi praktis dalam memenuhi kebutuhan tanpa harus keluar rumah ataupun kantor.
Banyak para customer atau pelanggan yang memilih jastip terpercaya dikenal laris dan aman. Tidak hanya itu jastiper juga banyak berlomba-lomba mencari pelanggan dengan menawarkan harga yang terjangkau. Biasanya jastip untuk menghubungi pelanggan secara langsung diberikan grup baik di WhatsApp ataupun Telegram. Semakin bervariasi produk yang ditawarkan oleh jastiper maka semakin banyak customer yang bergabung dengan akun jastip tersebut.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pelanggan juga melihat respon dari penjual dalam melayani pelanggan yang dilihat dari kecepatan merespon dan ketulusan melayani tidak heran banyak customer juga yang sering merekomendasikan kepada kolega maupun orang lain untuk mengikuti akun jastip yang dipercaya tersebut sehingga membuat pelanggan melakukan repeat order secara terus-menerus.
Fenomena jastip atau jasa titip yang marak ini memang menggiurkan dan menawarkan kemudahan bagi konsumen tetapi jika tidak dikelola dengan bijak ini dapat berujung pada kebiasaan boros atau wasteful buying.
Awalnya, jasa titip hadir sebagai solusi praktis untuk membeli barang-barang yang sulit ditemukan di pasar lokal, namun seiring berjalan waktu, layanan ini menjadi lebih dari sekadar kebutuhan, melainkan sebuah tren konsumsi.
Kebiasaan membeli barang secara impulsif melalui jasa titip dapat mendorong wasteful buying, di mana konsumen membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka perlukan hanya karena tergoda dengan promosi menarik atau karena kemudahan akses yang ditawarkan seperti harga murah kualitas terjamin.
ADVERTISEMENT
Ongkos tambahan untuk jastip seringkali dianggap kecil bagi konsumen, namun jika dilakukan berulang kali dapat menambah pengeluaran yang tidak direncanakan. Akibatnya, konsumen membeli barang berdasarkan impuls atau keinginan sesaat bukan kebutuhan yang sesungguhnya.
Meskipun jastip memungkinkan konsumen untuk memperoleh barang yang diinginkan konsumen, kebiasaan ini berpotensi memperburuk pola konsumtif yang tidak terkendali. Hal ini membuat konsumen cenderung menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak diperlukan.
Maka dari itu, tanpa pengelolaan yang bijak, jastip bisa mendorong perilaku wasteful buying yang pada gilirannya dapat merugikan kondisi keuangan Anda.