Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bangladesh Ingin Meningkatkan Perdagangan dengan Indonesia
22 Oktober 2022 11:07 WIB
Tulisan dari Veeramalla Anjaiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Veeramalla Anjaiah
Dengan jumlah penduduk 280,15 juta dan produk domestik bruto (PDB) sebesar AS$1,26 triliun, Indonesia merupakan negara penting yang berpotensi untuk menjadi 10 besar ekonomi dunia dalam beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
Bangladesh ingin meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonominya dengan Indonesia.
“Kami ingin lebih banyak berdagang dengan Indonesia. Kami harus menjual produk unggulan kami di pasar Indonesia yang menarik. Kami sudah membeli banyak produk dari Indonesia,” kata Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Marsekal Udara Mohammad Mostafizur Rahman di Business Forum di BSD City, Tangerang, Kamis (20/10).
Forum ini diselenggarakan bersama oleh KBRI Dhaka dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia-Bangladesh (IBCCI) pada Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 di International Convention Exhibition (ICE) di BSD City, Tangerang.
Bangladesh adalah salah satu pengekspor garmen terbesar di dunia. Selama dekade terakhir, Bangladesh telah menjadi salah satu dari 10 ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
“Kelas menengah kami meningkat. Selain garmen, industri farmasi kami telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kami telah mengekspor obat-obatan kami ke 140 negara. Sektor IT kami juga berkembang dengan sangat pesat,” ujar Dubes Mostafizur.
ADVERTISEMENT
Menurut Mostafizur, Bangladesh adalah negara yang ramah investor.
“Pemerintah kami siap memberikan segala kemudahan bagi investor asing. Kami memiliki sekitar 100 Kawasan Ekonomi Khusus [KEK], di mana investor merasa lebih nyaman dan menerima semua fasilitas. Biaya tenaga kerja kami sangat kompetitif,” ungkap Mostafizur.
KEK telah memantapkan diri sebagai batu loncatan untuk kemakmuran ekonomi dan landasan dalam skema yang lebih besar dari agenda pembangunan Bangladesh.
Dengan 168,53 juta penduduk dan produk domestik bruto (PDB) sebesar $451,67 miliar, Bangladesh merupakan negara yang menarik dalam hal perdagangan dan investasi.
Asian Development Bank (ADB) memprediksi ekonomi Bangladesh akan tumbuh 7,2 persen pada 2022. Pada tahun 2021, ekonomi Bangladesh tumbuh 6,94 persen. Tahun lalu, ekspor Bangladesh mencapai $52,08 miliar sementara impornya mencapai $82,49 miliar.
ADVERTISEMENT
Banyak perusahaan Bangladesh ingin membeli lebih banyak produk Indonesia seperti minyak sawit, batu bara, kertas, kopi, jahe, pinang dan menjual produk mereka seperti garmen, produk farmasi, unggas, goni, barang kulit, alas kaki dan beberapa produk pertanian ke Indonesia.
Delegasi bisnis besar dari Bangladesh berada di Indonesia untuk mengikuti TEI ke-37.
Perwakilan dari Always Trade Consulting, Armo Export Import, Biswas Construction, Eminent Trading Co. Limited, Enam Motors, Essil Bangladesh, Hotel Agrabad di Chittagong, International Business Point, Intraco Group, Kallol Group of Companies, Logigate Supply Chain Solutions Limited, Meghna Group of Industries (MGI), NOVO Group, Penguin, Ice & Fish Processing (Pvt) Ltd., Powerpac Solution, Progressive Apparels Ind Ltd., Progressive Apparels Ind Ltd. Islam & Son, Prudent Globexim , SAARC Trade International, SAJ Engineering & Trading Perusahaan, Samcita Business Link, Trans Trade International, Trusty Trade Syndicate, UKASIA dan Unique Distribution dari Bangladesh hadir di Business Forum tersebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari mereka juga mengikuti Business Matching dengan rekan-rekan mereka di Indonesia setelah Business Forum.
Dubes RI untuk Bangladesh dan Nepal Heru Hartanto Subolo menyambut baik peserta dari Bangladesh, Nepal dan Indonesia.
“Kita memiliki hubungan yang baik dan bersahabat dengan Bangladesh. Tahun ini, kita merayakan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Bangladesh menawarkan banyak peluang bagi Indonesia,” tutur Dubes Heru dalam sambutannya.
“Mari kita jelajahi, mari kita hubungkan dan mari kita bekerja sama,” ajak Heru kepada para pengusaha dari Bangladesh dan Indonesia.
Bangladesh merupakan tujuan ekspor penting bagi Indonesia.
Perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Bangladesh adalah $3,03 miliar pada tahun 2021. Indonesia mengekspor barang senilai $2,92 miliar ke Bangladesh pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Ada potensi besar untuk pertumbuhan lebih lanjut dalam perdagangan bilateral di masa depan.
Presiden IBCCI Mohammad Riyadh Ali mengatakan bahwa kedua negara memiliki potensi besar untuk mengembangkan perdagangannya lebih jauh.
“Indonesia bisa membeli tembakau dari Bangladesh. Kami dapat menyediakan mereka tembakau berkualitas tinggi dengan harga yang lebih rendah. TI kami juga berkembang sangat cepat. Kedua negara dapat bekerja sama di sektor ini,” papar Riyadh.
“Bangladesh bisa belajar dari Indonesia tentang transportasi online Gojek.”
Deepak Samtani, Ketua Komite Bilateral untuk Bangladesh dan Sri Lanka dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), mengapresiasi kerja Dubes RI untuk Bangladesh dan Dubes Bangladesh untuk Indonesia yang telah membantu para pebisnis untuk menjalankan bisnisnya dengan lancar. Ia menawarkan bantuan organisasinya untuk pengusaha Bangladesh.
ADVERTISEMENT
TEI ke-37 ini diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada 19 Oktober dan akan berlangsung hingga tanggal 23 Oktober. Perwakilan bisnis dari lebih dari 100 negara berpartisipasi dalam TEI ke-37 tersebut.
Bertepatan dengan Kepresidenan G20 Indonesia, tema Trade Expo Indonesia tahun ini adalah “Penguatan Perdagangan Global untuk Pemulihan yang Lebih Kuat”.
Tercatat transaksi senilai $6,06 miliar selama TEI 2021 dan 32.030 orang mengunjungi stan yang dipamerkan oleh 834 peserta pameran. Kementerian Perdagangan Indonesia menargetkan transaksi $10 miliar selama TEI tahun ini.
Penulis adalah Senior Research Fellow di Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Indonesia dan jurnalis senior yang berbasis di Jakarta.
Salman Fariz, jurnalis lepas dari Bekasi, juga berkontribusi dalam artikel ini.
ADVERTISEMENT