Dampak Asian Games 2018 terhadap Perekonomian Palembang

Konten dari Pengguna
5 Mei 2017 12:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vanny Dwi Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kereta LRT Palembang. (Foto: Dok. PT KAI)
Palembang adalah salah satu dari dua kota tuan rumah Asian Games 2018. Ajang Asian Games merupakan pesta akbar olahraga dengan peserta negara-negara yang berada di Asia. Di Palembang sendiri nantinya akan ada 10 cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Jakabaring Sport City, meliputi sepakbola wanita, tenis, voli pantai, kano/kayak, basket, menembak, triatlon, dayung, sepak takraw dan panjat tebing.
ADVERTISEMENT
Selama berlangsungnya event olahraga akbar se-Asia ini, negara atau kota tuan rumah selalu mengalami peningkatan yang positif mulai dari pembangunan infrastruktur, industri pariwisata, hingga tingkat pengangguran. Berbagai persiapan pun tengah dilaksanakan untuk menyambut acara ini.
Pemerintah melalui Pemkot Palembang dan Jakarta telah melakukan sensus ekonomi penduduk di mana tujuan dari sensus ekonomi ini mengetahui bagaimana ekonomi masyarakat yang ada di Kota Palembang maupun Jakarta khususnya sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018 dimulai dan nantinya akan dibandingkan setelah Asian Games 2018. Menurut data BPS Februari 2017, ada peningkatan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 20,91 persen dibandingkan bulan Januari 2017 di kota Palembang. Peningkatan ini disebabkan karena makin terkenalnya Palembang di negara asing karena akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Wisatawan mancanegara yang datang ke Palembang kebanyakan berasal dari Malaysia dan Singapura yang di mana mereka adalah negara paling dekat dengan kota Palembang dan juga peserta dari Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Asian Games yang tinggal setahun itu juga berpotensi untuk mendatangkan keuntungan. Sumbernya bisa berasal dari sponsorship, hak siar televisi, maupun penjualan merchandise seperti kaos dan maskot hingga suvenir. Industri pariwisata pun diprediksi akan bergairah dengan event tersebut. Apalagi perilaku wisatawan Asia berbeda dengan Eropa. Wisatawan Asia dikenal mau mencoba apa pun, berani makan di pinggir jalan, hingga dikenal sangat gila belanja. Oleh karena itu, para pelancong diprediksi tidak hanya ingin menghabiskan waktu di arena pertandingan, tapi juga berkeinginan menjajal wisata belanja dan wisata kuliner, hingga wisata sejarah.
Berbeda dengan wisatawan asal Eropa yang terkadang lebih suka berdiam di hotel dan membaca buku. Selain itu, pelaksanaan Asian Games juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja part time (sukarelawan). Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyebutkan dibutuhkan sebanyak 35 ribu sukarelawan yang akan ditempatkan di Jakarta, Palembang dan kota pendukung lainnya. Para sukarelawan ini nantinya akan diberi uang saku harian selama pelaksanaan Asian Games. Berkaca dari pengalaman selama ini, ajang sebesar Asian Games potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Menengok penyelenggaraan Asian Games sebelumnya, ada keuntungan ekonomis yang bakal diperoleh tuan rumah. Sebenarnya ini bukan pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah Event olahraga level Asia. Pada tahun 1962, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Saat itu, karena infrastruktur masih minim pengeluaran terbesar digunakan untuk membangun sarana dan prasarana. Warisannya pun dapat dilihat sampai sekarang seperti kompleks Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Pertumbuhan Ekonomi dalam kaitannya dengan Asian Games diperkirakan akan meningkat di atas 10 persen, dan membuat pasar modal Indonesia menjadi semakin baik, selain itu seiring berjalannya waktu Asian Games akan mempengaruhi menguatnya rupiah. Hal ini juga akan membawa dampak baik bagi perekonomian Indonesia.
Pemrov Sumatera Selatan pun turut berbenah menyambut Asian Games 2018. Belanja modal sebesar Rp 20 triliun disiapkan pemerintah pusat untuk membangun sarana prasarana venue yang ada di kawasan Jakabaring Spor City (JSC) serta infrastruktur pendukung lainnya di kota Palembang. Infrastruktur tersebut antara lain pembangunan jalan tol Palembang-Inderalaya (Palindera) dan Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapalbetung), pembangunan flyover dan Jembatan Musi IV serta VI, serta Light rail transit (LRT). Belanja modal yang dikucurkan untuk pembangunan infrastruktur tersebut memang tidak akan mencapai titik impas saat event Asian Games usai, tetapi manfaatnya dapat digunakan oleh masyarakat dalam jangka panjang. Seperti wisma atlet yang nantinya akan digunakan sebagai apartemen.
ADVERTISEMENT
Kini, tinggal semua pihak harus tanggap memanfaatkan potensi yang sudah di depan mata.
Vanny Dwi Purnama