Konten dari Pengguna

Basis Konseptual Sensasi-Persepsi dan Aplikasinya pada ROI

Vanya Putri Andesta
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya angkatan 2024
25 November 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vanya Putri Andesta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar yang menggambarkan konsep sensasi-persepsi secara abstrak. Gambar dihasilkan dengan bantuan AI melalui platform OpenAI DALL·E
zoom-in-whitePerbesar
Gambar yang menggambarkan konsep sensasi-persepsi secara abstrak. Gambar dihasilkan dengan bantuan AI melalui platform OpenAI DALL·E
ADVERTISEMENT
Basis Konseptual Sensasi-Persepsi dan Aplikasinya pada ROI merupakan sebuah eksplorasi mendalam tentang bagaimana proses kognitif dasar, yaitu sensasi dan persepsi, secara signifikan mempengaruhi perilaku konsumen dan, pada akhirnya, Return on Investment (ROI) suatu bisnis. Sensasi, sebagai proses awal dalam interaksi manusia dengan lingkungan, merujuk pada penerimaan informasi sensorik melalui organ-organ. Intensitas, durasi, dan pola stimulasi ini menentukan kekuatan dan kualitas sensasi yang dirasakan, membentuk landasan bagi persepsi individu. Persepsi, proses yang lebih kompleks, melibatkan interpretasi dan pengorganisasian informasi sensorik yang diterima otak.
ADVERTISEMENT

1. Basis Konseptual Sensasi-Persepsi

Sensasi dan persepsi merupakan dua proses kognitif yang saling berkaitan erat dalam memahami dunia di sekitar kita. Sensasi merupakan tahap awal, di mana organ sensorik kita mendeteksi dan menerima rangsangan dari lingkungan (Nevid & Chozim, 2021). Rangsangan fisik ini, seperti cahaya, suara, tekanan, bau, dan rasa. Proses ini bersifat fisiologis dan objektif, bergantung pada kemampuan organ sensorik dan intensitas rangsangan. Ambang absolut, yaitu intensitas minimum rangsangan yang dapat dideteksi oleh organ sensorik, serta ambang diferensial, yaitu perbedaan minimum intensitas rangsangan yang dapat dibedakan, menentukan batas kemampuan sensasi kita. Misalnya, ambang absolut pendengaran menentukan seberapa pelan suara dapat didengar, sementara ambang diferensial menentukan seberapa besar perbedaan volume suara yang dapat kita bedakan. Proses sensasi ini bersifat pasif, hanya menerima dan meneruskan informasi tanpa interpretasi. Persepsi, di sisi lain, merupakan proses kognitif yang lebih kompleks dan subjektif. Setelah sinyal saraf mencapai otak, informasi sensori diproses, diinterpretasi, dan diberi makna. Proses ini dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seperti pengalaman masa lalu, ekspektasi, motivasi, konteks, dan bahkan budaya (Rosalina dkk, 2024). Persepsi melibatkan pengorganisasian dan penginterpretasian sensasi mentah menjadi gambaran yang koheren dan bermakna tentang dunia. Gestalt psychology, misalnya, menekankan pentingnya prinsip-prinsip organisasi persepsi seperti kesamaan, kedekatan, kesinambungan, dan penutupan, dalam membentuk persepsi kita terhadap objek. Kita cenderung mengelompokkan objek yang serupa, yang berdekatan, atau yang membentuk pola yang berkesinambungan. Prinsip penutupan menjelaskan kecenderungan kita untuk melengkapi informasi yang hilang, membentuk persepsi yang utuh meskipun informasi sensori tidak lengkap.
ADVERTISEMENT
Interaksi antara sensasi dan persepsi terlihat jelas dalam fenomena ilusi. Ilusi terjadi ketika persepsi kita menyimpang dari realitas fisik. Ilusi optik, misalnya, menunjukkan bagaimana otak dapat salah menginterpretasikan informasi visual, menghasilkan persepsi yang berbeda dari objek yang sebenarnya. Selain itu, persepsi juga dipengaruhi oleh proses bottom-up dan top-down. Proses bottom-up melibatkan pengolahan informasi sensori dari rangsangan fisik ke otak, secara bertahap membangun persepsi yang kompleks. Sebaliknya, proses top-down melibatkan penggunaan pengetahuan, pengalaman, dan ekspektasi untuk memandu interpretasi informasi sensori. Kedua proses ini bekerja bersamaan dan saling melengkapi dalam membentuk persepsi kita. Misalnya, saat membaca sebuah kalimat, proses bottom-up memungkinkan kita untuk mengenali huruf-huruf individual, sementara proses top-down memungkinkan kita untuk memahami makna kalimat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT

2. ROI Terkait Konsep Sensasi-Persepsi

Return on Investment (ROI) dalam konteks sensasi dan persepsi merujuk pada efektivitas strategi yang dirancang untuk mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu produk atau merek, diukur dari peningkatan penjualan, loyalitas merek, atau metrik bisnis lainnya (Agnes dkk, 2024). Berbeda dengan ROI dalam konteks keuangan yang mudah diukur, ROI dalam ranah sensori-persepsi lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan holistik. Suatu strategi yang dirancang dengan baik akan memicu respons sensori yang positif, yang kemudian diterjemahkan menjadi persepsi positif terhadap produk atau merek, akhirnya berujung pada peningkatan ROI. Namun, mengukur efektivitas strategi ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana sensasi dan persepsi bekerja, serta bagaimana mereka dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan bisnis.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting dalam memaksimalkan ROI sensori-persepsi adalah pemilihan strategi yang tepat. Strategi ini dapat melibatkan berbagai indera, seperti penglihatan (desain kemasan, visualisasi produk), pendengaran (musik latar, suara produk), penciuman (aroma produk, wewangian toko), peraba (tekstur produk, kemasan), dan pengecapan (rasa produk). Strategi yang efektif akan menciptakan pengalaman sensori yang konsisten dan berkesan, yang selaras dengan citra merek dan target pasar. Contohnya, sebuah merek kopi premium mungkin memilih untuk menggunakan kemasan yang elegan, aroma kopi yang kuat, dan musik latar yang menenangkan untuk menciptakan pengalaman sensori yang mewah dan eksklusif. Strategi ini bertujuan untuk membangun persepsi kualitas dan kemewahan, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga jual dan loyalitas pelanggan.
ADVERTISEMENT
Namun, penggunaan strategi sensori-persepsi tidak selalu menjamin ROI yang tinggi. Faktor-faktor lain, seperti kualitas produk itu sendiri, harga, dan strategi pemasaran secara keseluruhan, juga berperan penting. Strategi sensori yang buruk bahkan dapat berdampak negatif terhadap persepsi merek. Misalnya, penggunaan aroma yang terlalu kuat atau musik yang mengganggu dapat menimbulkan kesan negatif pada konsumen. Oleh karena itu, penting untuk melakukan riset pasar yang mendalam untuk memahami preferensi sensori target pasar dan memastikan bahwa strategi yang dipilih selaras dengan nilai-nilai merek dan ekspektasi konsumen.
Daftar Pustaka :
• Agnes Alvionita, S. E., Mala, I. K., & Wibowo, H. A. H. E. (2024). Strategi Pemasaran Media Sosial: Membangun Keterlibatan dan Jangkauan. Takaza Innovatix Labs.
ADVERTISEMENT
• Nevid, J. S., & Chozim, M. (2021). Sensasi dan Persepsi: Konsepsi dan Aplikasi Psikologi. Nusamedia.
• Rosalina, I. F., Shovmayanti, N. A., Citrayomie, A. G., Yoman, M., Harsari, R. N., Fatimah, F., ... & Rahmadiana, R. (2024). Buku Ajar Psikologi Komunikasi. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.