Konten dari Pengguna

Mengenal Bahayanya Liberalisme Dalam Lingkup Pesantren

Ahmad Varis Farhan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Juni 2024 10:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Varis Farhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi budaya, foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi budaya, foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Munculnya liberalisme bermula pada abad ke-17, yang merupakan reaksi terhadap penindasan oleh bangsawan dan agamawan selama feodalisme. Berkembang pesat pada abad ke-18 dan 19 khususnya di perancis dan inggris, liberalisme muncul sebagai perlawanan terhadap kekuasaan absolut raja, bangsawan, dan gereja. Liberalisme adalah sebuah pemahaman terkait kebebasan dan persamaan tiap individu untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dengan ciri kebebasan berfikir yang menekankan pentingnya kebebasan dan hak individu.
ADVERTISEMENT
Kemudian Liberalisme sendiri semula digunakan dalam ranah politik, yang biasanya dikaitkan dengan kata demokrasi liberal. Liberalisme memiliki makna prinsip atau paham yang mengagungkan kebebasan dan reformasi. Adapun liberalisme agama sendiri muncul sebagai reaksi agama-agama dalam menyikapi perubahan yang diakibatkan oleh modernisasi. Dikarenakan modernisasi ini sangat mempengaruhi tatanan kemasyarakatan serta menjauhkan para pemeluk agama dari ajaran agama yang telah ada yang biasa kita sebut dengan (Sekularisasi). Selain hal ini modernisasi juga mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan munculnya gerakan liberalisme agama yang lebih progresif terhadap modernitas serta memaksa untuk mempertanyakan kembali keyakinan apa yang iya yakini selama ini yang dianggap sebagai wahyu tuhan.
Di era dewasa ini pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang cukup populer khususnya di daerah jawa. Pesantren merupakan tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama islam, pendidikan, dakwah, serta tak lupa juga mempelajari ilmu-ilmu umum. Dunia pesantren tentunya sangat erat kaitannya dengan ajaran agama islam, santri didalamnya dididik dan dibekali oleh kiyainya dan guru-guru di dalamnya dengan ilmu agama yang lurus tidak melenceng dari ketentuan syariat, akan tetapi pondok pesantren juga ada yang terkontaminasi dan dipengaruhi oleh peradaban, budaya, bahkan ideologi yang seharusnya dijauhkan dari ranahnya pesantren.
ADVERTISEMENT
Berbicara pondok pesantren yang dipengaruhi oleh peradaban, budaya, dan ideologi, penulis kali ini sederhananya akan mengulas sedikit terkait “Bahayanya Liberalisme Dalam Lingkup Pesantren”, Sebab liberalisme ini sangat berbahaya sekali apabila masuk di lingkungan pesantren dan bahkan diterapkan di kehidupan pesantren.
Bahayanya liberalisme dalam lingkup pesantren tentunya sangat erat kaitannya dengan pesantren liberal, pesantren liberal sendiri iyalah pesantren yang didalamnya menerapkan prinsip dan etika cara berfikir yang dilakukan oleh kalangan yang mengatasnamakan dirinya liberal. Pesantren liberal tidak dapat diidentifikasi dari segi fisik, kurikulum, maupun sistemnya. Tetapi dilihat dari segi cara berfikir yang dikembangkan di dalamnya serta karya-karyanya oleh pendiri, pengajar, dan para santrinya.
Adapun cara berfikir liberal yang dikembangkan di pesantren liberal antara lain tentang kebebasan berfikir, toleransi yang berlebihan, kesetaraan gender, feminisme, sekulerisme, pluralisme, multikulturalisme, dan demokrasi. Lihat dalam Budi Muawar Rahman, Islam dan Liberalisme, Jakarta: Friedrich Naumann Stiffung, 2011 hal. 69.
ADVERTISEMENT
Menurut kalangan liberal mereka juga mempunyai prinsip-prinsip etis dan metodis dalam berfikir, yang didasarkan pada etika keadilan, kemaslahatan, pembebasan, kebebasan persaudaraan, perdamaian, dan kasih sayang.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Nur Hidayat (2013) pemikiran liberal di pesantren memiliki beberapa saluran dan strategi masuknya pemikiran liberal ke lembaga pesantren diantaranya adalah sebagai berikut:
Yang pertama melalui pimpinan pesantren, model kepemimpinan pesantren sangatlah dominan karena mereka tidak dipilih melalui tatacara yang lazim dilakukan seperti pemilihan ketua RW dan RT atau pemilihan DKM Masjid. Kepemimpinan di pesantren dipilih secara langsung oleh pemilik pesantren dan disepakati oleh seluruh kalangan internal pesantren, tanpa perlu persetujuan dari pihak lain di luar pesantren. Pimpinan atau kiyai di pesantren dipilih bukan hanya berdasarkan unsur senioritas, keilmuan, dan keturunan semata, tetapi lebih dari itu terkadang hanya berdasarkan wasiat, hasil terawangan, dan penilaian yang sulit diamati dari pemimpin pesantren sebelumnya, sehingga bisa berbeda dengan prediksi dan harapan sebagian masyarakat. Tetapi yang unik apa yang telah dipilih dan ditetapkan oleh pihak internal pesantren untuk memimpin pesantren benar benar terbukti dan mampu memimpin pesantren dengan baik, bahkan lebih berkembang dari sebelumnya. Biasanya kiyai yang memimpin di pesantren dipandang baik dan segala yang diperintahkan dituruti oleh para santrinya karena dianggap itulah yang paling benar. Maka tidak menutup kemungkinan jika kiyainya terkena virus pemikiran liberal maka akan sangat mudah menyebar dan diikuti oleh semua santri yang ada di dalamnya sehingga pesantrennya bisa menjadi pesantren liberal.
ADVERTISEMENT
Yang kedua melalui program pembinaan dari lembaga-lembaga donor, saat ini ada beberapa LSM dan lembaga donor yang sangat intens memberikan bantuan dan pemeberdayaan terhadap pesantren baik dari dalam maupun luar negeri. Menurut banyak fakta dan data di lapangan, Negara-negara yang paling antusias memberikan bantuan ke pesantren adalah Australia, Amerika serikat, dan Inggris. Penulis memandang Dalam penggelontoran bantuan dana ini ke pesantren tidaklah gratis dan secara Cuma-Cuma melainkan ada tujuan politik, yaitu dengan memberi bantuan dana mereka dapat memasukkan ajaran-ajaran atau paham liberalisme ke podok pesantren bahkan bisa merombak kurikulum yang ada.
Yang ketiga melalui proses imitasi dan pembelajaran, masuknya pemikiran liberal ke Indonesia ialah dilakukan melalui proses imitasi (peniruan) dan pembelajaran. Hal ini dapat kita lihat mengenai ide-ide liberalisme islam di Indonesia hampir tidak ada yang asli melainkan sudah pernah dimunculkan oleh para pemikir sebelumnya di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Yang keempat melalui pembiaran oleh kalangan pesantren, masuknya liberalisme ke pesantren juga tidak lepas dari pembiaran oleh kalangan pesantren terhadap adanya gejolak pemikiran yang dilakukan oleh para santrinya, atau bahkan mendapatk dukungan dari para kiyainya.
Inilah bahayanya liberalisme dalam lingkungan pesantren seperti yang penulis sebutkan diatas, dengan mengetahui hal ini hemat penulis kita sebagai generasi bangsa sudah seharusnya menjaga kesucian pesantren serta kita wajib menjaga pesantren dari pengaruh pihak luar dan tidak bisa diintervensi oleh siapapun baik dari lembaga-lembaga bantuan donor, LSM, dan lembaga-lembaga lainnya yang membahayakan pesantren bahkan terkena oleh virus liberalisme.