Konten dari Pengguna

Apa itu “Brainrot” dan Dampaknya pada Generasi Baru

Varo Lansky Tirtawidjaja
Siswa kelas 12 di PENABUR Secondary Kelapa Gading.
30 November 2024 17:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Varo Lansky Tirtawidjaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah "brainrot" mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, terutama bagi generasi tua, tetapi di kalangan generasi muda, khususnya di era digital, istilah ini kerap digunakan untuk menggambarkan obsesi yang mendalam terhadap sesuatu seperti fandom, konten media, atau tren tertentu. Secara harfiah, "brainrot" merujuk pada fenomena di mana pikiran seseorang terus-menerus terpaku pada hal tertentu, hingga mempengaruhi keseharian mereka. Fenomena ini, meski sering dianggap remeh atau bahkan lucu, sebenarnya memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan generasi baru.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Brainrot di Budaya Pop dan Media Digital
Kita hidup di era dimana akses terhadap informasi dan hiburan yang sangat mudah. Platform seperti TikTok, Instagram, hingga forum daring seperti Reddit dan , menjadi pusat dari tren global. Brainrot sering kali muncul dari paparan terus-menerus terhadap konten-konten ini. Misalnya, anak-anak yang terobsesi dengan serial televisi populer seperti “Skibidi Toilet” atau tren lain yang terkenal mungkin menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton video, membaca teori penggemar, atau membuat konten terkait yang tidak bakal berakhir.
Dampaknya tidak hanya pada konsumsi waktu, tetapi juga pada cara pandang mereka terhadap realitas. Fokus berlebihan pada dunia virtual dapat mengalihkan perhatian mereka dari tanggung jawab akademik, hubungan sosial di dunia nyata, hingga pengembangan diri.
ADVERTISEMENT
Dampaknya Brainrot pada Kesehatan Mental dan Sosial
Brainrot juga memiliki implikasi terhadap kesehatan mental. Ketika seseorang terlalu terikat pada satu hal, mereka mungkin merasa terisolasi jika tidak menemukan orang lain yang memiliki minat serupa. Selain itu, obsesi yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan emosional, terutama ketika seseorang merasa harus mengikuti standar tertentu dalam komunitas penggemar.
Di sisi lain, komunitas-komunitas ini juga dapat menjadi ruang yang positif jika dikelola dengan baik. Mereka menawarkan tempat bagi orang-orang untuk berbagi minat dan menemukan dukungan emosional. Komunitas seperti ini biasanya diadakan di aplikasi seperti Reddit atau Twitter, tetapi lebih umum di Discord. Namun, tanpa keseimbangan, efek negatif dari brainrot, seperti ketergantungan emosional pada hal yang diidolakan, dapat lebih mendominasi.
Gambar ini dibuat dengan bantuan program AI yang dihasilkan dari instruksi saya, Varo Lansky Tirtawidjaja.
Bagaimanakah Kita Bisa Menghadapi Brainrot?.
ADVERTISEMENT
Generasi muda perlu diajarkan pentingnya keseimbangan. Obsesi bukanlah hal yang sepenuhnya buruk jika diarahkan ke arah yang produktif, seperti menyalurkan minat ke dalam karya seni, tulisan, atau pembelajaran. Selain itu, orang tua, pendidik, dan komunitas harus aktif memberikan panduan tentang cara menggunakan media secara sehat.
Cara untuk mengurangi intensitas paparan terhadap konten yang memicu brainrot bisa dimulai dengan langkah sederhana, seperti menetapkan batas waktu penggunaan media sosial atau mendorong aktivitas di dunia nyata. Dengan begitu, generasi baru dapat memanfaatkan manfaat dari kemajuan digital tanpa terjebak dalam sisi gelapnya.
Brainrot mencerminkan era kita yang serba cepat dan penuh rangsangan. Tantangannya adalah bagaimana mengelola fenomena ini agar menjadi sarana eksplorasi, bukan perangkap bagi perkembangan generasi baru. Kita harus menciptakan ruang di mana anak muda dapat menemukan inspirasi tanpa kehilangan pegangan pada realitas.
ADVERTISEMENT