Konten dari Pengguna

Perdebatan Larangan Musik AI dalam Grammy Awards

Vatmaya Mutiara
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Grafika Penerbitan.
16 Juli 2023 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vatmaya Mutiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: theglassdesk, Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: theglassdesk, Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri musik selalu berada dalam alur yang dinamis, senantiasa beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Salah satu isu yang tengah menjadi sorotan adalah partisipasi musik yang diproduksi menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam ajang penghargaan musik bergengsi, Grammy Awards.
ADVERTISEMENT
Keputusan baru yang diberlakukan oleh Grammy Awards untuk melarang musik AI sebagai nominasi pada ajang Grammy Awards 2024 telah memicu perdebatan di kalangan pelaku industri musik, penggemar, dan pengamat seni.
Laporan dari The Music menyatakan bahwa musik yang diciptakan tanpa keterlibatan manusia tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam nominasi Grammy Awards.
Peraturan lebih rinci juga mengatur bahwa kreator musik, termasuk artis dan produser, harus berkontribusi minimal 20 persen dalam seluruh proses pengerjaan karya musik.
Penyelenggara Grammy Awards, yang diwakili oleh CEO Recording Academy, Harvey Mason Jr, menyatakan bahwa meskipun musik dengan unsur AI dapat ikut serta dalam nominasi, hanya kreator manusia yang bekerja dengan kreativitas yang layak mendapatkan penghargaan Grammy Awards.
ADVERTISEMENT
"Jika terdapat suara AI yang menyanyikan lagu atau instrumen AI, kami akan mempertimbangkannya (untuk ikut nominasi). Tapi pada kategori penulis lagu, itu (lagu) sebagian besar harus ditulis oleh seorang manusia. Hal tersebut juga berlaku pada kategori penampilan, hanya penampil manusia yang bisa dipertimbangkan untuk mendapatkan Grammy," kata CEO Recording Academy, Harvey Mason Jr, selaku penyelenggara Grammy Awards.
Keputusan ini telah membagi pandangan para pelaku industri musik dan penggemar. Di satu sisi, beberapa pendukung keputusan ini berpendapat bahwa penghargaan Grammy Awards haruslah diberikan kepada para seniman yang benar-benar berkontribusi secara kreatif dalam proses menciptakan musik.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Mereka berpendapat bahwa musik AI mungkin kurang memiliki esensi dan emosi yang hanya dapat dicapai oleh kecerdasan manusia. Menurut pandangan ini, Grammy Awards seharusnya menjadi bentuk apresiasi atas kreativitas manusia yang tak tertandingi dan penghargaan bagi para seniman yang dengan dedikasi menciptakan musik yang orisinal dan mendalam.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, para pendukung penggunaan AI dalam musik berpendapat bahwa teknologi ini dapat membuka peluang baru dalam eksplorasi seni musik. Penggunaan teknologi AI dalam produksi musik memungkinkan kolaborasi yang menarik antara manusia dan mesin.
Musik AI dapat mengeksplorasi berbagai genre dan gaya musik yang belum pernah dijelajahi sebelumnya, menciptakan pengalaman mendengar yang unik bagi pendengar.
Dalam era di mana teknologi semakin berkembang pesat, para pendukung ini berpendapat bahwa musik AI adalah bagian dari inovasi yang mengarah pada perkembangan seni musik di masa mendatang.
Penggunaan teknologi AI dalam musik telah menghadirkan beragam hasil yang menarik. Beberapa artis dan produser menggunakan AI untuk memperluas kreativitas mereka, menciptakan harmoni yang menakjubkan antara suara manusia dan musik yang dihasilkan oleh mesin.
ADVERTISEMENT
Musik AI juga telah digunakan untuk membangkitkan kembali dan merekonstruksi karya musisi yang telah tiada, memberikan pengalaman mendengar yang mendalam bagi generasi baru.
Namun, tak dapat disangkal bahwa penggunaan musik AI juga menimbulkan perdebatan etika tentang hak cipta dan keaslian karya seni.
Ilustrasi Robot AI buat musik. Foto: Iaremenko Sergii/Shutterstock
Jika musik AI dapat meniru suara dan karya seniman lain dengan sangat akurat, apakah ini berarti mengorbankan identitas dan integritas kreatif seniman yang sesungguhnya? Bagaimana batasan diatur untuk memastikan bahwa musik AI tidak menggantikan peran dan keunikan seniman?
Dalam menghadapi perdebatan ini, perlu dicari keseimbangan antara menghargai perkembangan teknologi yang inovatif dengan menghormati keunikan dan kreativitas manusia dalam menciptakan karya seni.
Penggunaan AI dalam musik tidak harus dianggap sebagai pengganti, melainkan sebagai alat yang dapat meningkatkan eksplorasi kreativitas. Menghadapi perkembangan teknologi, musik harus tetap menjadi wadah bagi eksperimen dan kolaborasi yang berdampak positif bagi masa depan seni musik.
ADVERTISEMENT
Sebagai ajang penghargaan bergengsi di industri musik, Grammy Awards memiliki tanggung jawab untuk mencerminkan dinamika seni musik dan mencatat inovasi yang terjadi.
Penyesuaian aturan dengan perkembangan teknologi adalah langkah yang wajar, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan pertimbangan yang matang. Kemajuan teknologi haruslah dipandang sebagai peluang, bukan ancaman bagi keberagaman dan keunikan karya musik.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi para pengambil keputusan di industri musik untuk melibatkan berbagai pihak, termasuk seniman, produser, akademisi, dan penggemar, dalam proses perumusan aturan dan kebijakan.
Dengan mengedepankan diskusi dan kolaborasi, kita dapat mencapai keseimbangan antara kreativitas manusia dan perkembangan teknologi dalam dunia musik.
Grammy Awards harus tetap menjadi wadah untuk menghargai dan merayakan keberagaman serta keunikan seni musik, sekaligus memperkuat komitmen untuk terus menghadirkan inovasi yang menginspirasi dan membawa industri musik menuju masa depan yang lebih cemerlang.
ADVERTISEMENT