news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Efisiensi Produksi Padi Terhadap Alih Fungsi Lahan

VDST IAAS Indonesia
International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) merupakan organisasi terbesar di dunia dalam bidang pertanian dan ilmu terkait. IAAS Indonesia memiliki 11 Local Committees di seluruh kota Indonesia.
4 September 2021 5:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari VDST IAAS Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah mendengar temanmu makan mie dengan nasi? Atau bahkan kamu sendiri melakukan hal tersebut? Yang seperti ini memang sudah sangat wajar di Indonesia. Malah, ada anggapan jika makan tidak pakai nasi maka bukan ‘makan’ namanya. Namun, jika kamu bertamu ke negara-negara luar, hal ini tidak lazim adanya - terutama ke negara-negara di benua Eropa dan Amerika yang makanan pokok sehari-harinya bukan nasi. Diperkirakan, jumlah yang mengonsumsi beras sebagai konsumsi primer sampai dengan 98% dari total jumlah penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Bahkan, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai konsumen beras tertinggi di dunia setelah Tiongkok, India, dan Bangladesh pada tahun 2019-2020 menurut data dari United States Department of Agriculture (2021).
ADVERTISEMENT
Konsumsi beras yang tinggi di Indonesia membuat permintaan beras juga meningkat. Hal ini menyebabkan pemerintah menetapkan kebijakan pengelolaan berencana pada komoditi beras demi memenuhi ketahanan pangan di Indonesia, baik kebijakan produksi beras maupun kebijakan impor. Regulasi terkait beras juga mengalami perubahan yang signifikan menyebabkan pengadaan beras berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat Indonesia (Rahmasuciana, et al., 2016). Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan beras di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2018) di Kecamatan Asparaga, Gorontalo, kenaikan jumlah penduduk berbanding positif dengan kebutuhan beras, sehingga pertambahan penduduk di Indonesia juga akan meningkatkan konsumsi beras masyarakat Indonesia.
Pertambahan penduduk juga meningkatkan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, seperti : perumahan, pabrik, pertokoan, dan sarana lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Prabowo, dkk (2020) yang menyatakan bahwa kompetisi antara penggunaan sektor pertanian untuk sektor non pertanian disebabkan oleh tiga fenomena ekonomi sosial. Ketiga faktor tersebut antara lain keterbatasan sumber daya alam, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, jika konversi lahan pertanian terus terjadi, produksi beras dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan penduduk yang berdampak pada ketahanan pangan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Badan Pusat Statistika tahun 2020, produksi padi di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2020 diperkirakan sekitar 45,45 juta ton GKG (Gabah Kering Giling), atau mengalami penurunan sekitar 1,49 juta ton (3,17 %) dibandingkan produksi di 2019 yang sebesar 46,94 juta ton GKG. Sementara itu, potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 9,71 juta ton GKG. Dengan demikian, total potensi produksi padi pada 2020 diperkirakan mencapai 55,16 juta ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 556,51 ribu ton (1,02 persen) dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.
Jika masyarakat terus menjadikan beras sebagai makanan pokok yang sulit didiversifikasi, maka akan berimplikasi pada sisi permintaan. Permintaan yang tinggi setidaknya menuntut pemerintah menerapkan kebijakan harga beras murah. Harga beras nasional dikendalikan untuk melindungi konsumen beras, khususnya masyarakat berpendapatan rendah. Kebijakan harga beras murah memang menguntungkan konsumen, namun merugikan bagi petani produsen padi. Pada gilirannya, harga beras murah akan menekan bahkan menghilangkan insentif ekonomi bagi petani produsen padi dan tidak menutup kemungkinan bagi petani untuk beralih ke non padi.
ADVERTISEMENT
Kondisi produktivitas seperti ini dapat ditingkatkan melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi. Upaya ini lebih memungkinkan mengingat peningkatan produksi melalui ekstensifikasi atau perluasan lahan sawah semakin tidak efisien. Keterbatasan anggaran pemerintah untuk pembukaan lahan irigasi dan tingginya kompetisi penggunaan lahan untuk kegiatan nonpertanian, berdampak pada peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan sawah menjadi semakin mahal. Alternatif yang perlu dipikirkan adalah meningkatkan produktivitas lahan melalui efisiensi.
Konsep efisiensi yang digunakan dalam tulisan ini mengacu kepada efisiensi yang dikemukakan oleh Farrell (1957) dan Coelli et al. (1998). Efisiensi digolongkan menjadi tiga, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis memperlihatkan kemampuan relatif dari perusahaan (Usahatani) untuk memperoleh output tertentu dengan menggunakan jumlah input tertentu pada tingkat teknologi tertentu. Efisiensi alokatif memperlihatkan kemampuan relatif dari usahatani untuk menggunakan input untuk menghasilkan output pada kondisi biaya minimal atau keuntungan maksimal pada tingkat teknologi tertentu. Efisiensi alokatif bisa diperoleh pada kondisi usahatani yang efisien secara teknis. Jika efisiensi alokatif diperoleh pada kondisi efisien secara teknis usahatani tersebut berada pada kondisi efisiensi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Upaya-upaya peningkatan produksi beras nasional melalui jalur ekstensifikasi tampaknya semakin sulit karena terbatasnya penyediaan lahan pertanian produktif dan konversi lahan dari pertanian ke non pertanian sulit dibendung karena berbagai alasan. Upaya peningkatan produksi beras melalui efisiensi teknis menjadi pilihan yang tepat. Efisiensi teknis usahatani padi di Indonesia diduga masih dapat ditingkatkan karena tingkat efisiensi teknis usahatani padi menurut penelitian sebelumnya berkisar 50-90 %.
Peningkatan IP (Intensitas Pertanaman) merupakan langkah kebijakan dan program yang strategis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang tersedia. Strategi ini merupakan kompensasi dari konversi lahan, mengingat kondisi keuangan negara tidak memungkinkan membuka sawah baru dengan fasilitas irigasinya. Potensi dan peluang lain adalah meningkatkan mutu intensifikasi melalui penggunaan varietas unggul dan teknik budidaya yang sudah maju dengan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). Upaya terakhir ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi per satuan luas lahan. Strategi peningkatan produksi melalui peningkatan IP dan penerapan teknologi PTT pada lahan sawah yang ada memerlukan dukungan berbagai kebijakan, antara lain : perbaikan infrastruktur berupa jaringan irigasi, jalan usahatani, dan jalan desa. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan membuka akses pasar, baik pasar input maupun pasar hasil pertanian. Selain itu, juga diperlukan pengadaan dan penyaluran kredit lunak yang mudah diakses sebagai sumber modal petani. Dengan pendekatan dan dukungan kebijakan ini, diharapkan produksi padi masih tetap tumbuh bahkan mampu mencapai dan mempertahankan swasembada beras.
ADVERTISEMENT
Written by: Alfa Putri Lathifa dan Nur Baetikha Janah - IAAS LC UNDIP
References:
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. “Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2020 (Angka Sementara)” diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 3 Mei 2021 pada jam 22.45 WIB.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. “Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2020 (Angka Tetap)” diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 3 Mei 2021 pada jam 23.10 WIB.
Ismail, I. 2018. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Beras di Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review. 1(1) : 74-85.
Kusnadi, N., N. Tinaprilla, S. H. Susilowati, dan A. Purwoto. 2016. Analisis efisiensi usahatani padi di beberapa sentra produksi padi di Indonesia. Repository Kementerian Pertanian.
ADVERTISEMENT
Noer, S. R., W. A. Zakaria, dan K. Murniati. 2020. Analisis efisiensi produksi usahatani padi ladang di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. J. Ilmu Ilmu Agribisnis : Journal of Agribusiness Science. 6 (1) : 17-24.
Prabowo, R., A. Z. N. Bambang. dan Sudarno. 2020. Pertumbuhan Penduduk dan Alih Fungsi Lahan Pertanian. Mediagro. 16 (2) : 26-36.
Rahmasuciana, D.Y., Mulyo, D.H. and MASY, M. 2016. Pengaruh Pengadaan Beras dan Operasi Pasar terhadap Harga Beras dalam Negeri. Agro Ekonomi. 26(2) : 129-138.
Riyadi DM. 2002. Permasalahan dan Agenda Pengembangan Ketahanan Pangan: Tekanan penduduk, degradasi Lingkungan dan Ketahanan Pangan. Pusat Dalam: Prosiding Studi Pembangunan dan Proyek Koordinasi Kelembagaan Ketahan Pangan.
United States Department of Agriculture. 2021. Rice. URL: https://apps.fas.usda.gov/psdonline/circulars/grain-rice.pdf. Diakses pada tanggal 13 Februari 2021.
ADVERTISEMENT