Apa Polutan Utama di Laut?

Venny Marianty
Civil Engineering Student at Parahyangan Catholic University
Konten dari Pengguna
13 September 2021 10:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Venny Marianty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah studi memperkirakan bahwa 80% pencemaran di laut berasal dari darat, dan persentase ini dapat meningkat secara signifikan pada tahun 2050 jika populasi pesisir berlipat ganda seperti yang diproyeksikan. 80-90% limbah perkotaan dibuang ke lautan tanpa pengolahan. Hal tersebut seringkali melebihi kemampuan ekosistem pesisir untuk mengurangi limbah. Misalnya garis pantai di Cina, tertutup oleh ganggang yang tumbuh dari nutrisi yang disediakan oleh limbah, sehingga dipercaya sebagian besar perairan tersebut tidak dapat lagi menopang ekosistem laut.
ADVERTISEMENT
Limbah yang tidak dapat terurai ini menjadi nutrisi bagi tumbuhnya alga yang berbahaya. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya 400 zona kekurangan oksigen di perairan pesisir di seluruh dunia. Akibatnya, organisme (seperti ikan) yang tinggal di dalamnya hanya sedikit dan dipenuhi dengan bakteri pengurai. Maka dari itu, diperlukan perlindungan laut dengan mengurangi aliran polusi dari darat dan udara serta aliran-aliran yang bermuara di perairan. Dengan demikian, pengendalian pencemaran laut harus dikaitkan dengan penggunaan lahan dan kebijakan pengendalian pencemaran udara, yang pada gilirannya terkait dengan kebijakan energi dan kebijakan iklim.
Penelitian menunjukkan bahwa sumber polusi laut terbesar berasal dari minyak. Minyak tersebut berasal dari limpasan perkotaan dan industri dari daratan, sebagian besar dari kebocoran pipa dan fasilitas penanganan minyak. Setidaknya 37% dari minyak yang mencapai lautan adalah minyak limbah, dibuang, tumpah, atau bocor ke darat atau saluran pembuangan kota dan industri, serta oleh orang-orang yang mengganti oli motor.
ADVERTISEMENT
Hidrokarbon organik yang mudah menguap dalam minyak dapat membunuh banyak organisme air segera setelah kontak. Bahan kimia dalam minyak dapat membentuk gumpalan seperti tar yang mengapung di permukaan dan melapisi bulu burung laut dan bulu mamalia laut. Lapisan minyak ini menghancurkan insulasi panas alami dan daya apung mereka, sehingga menyebabkan mereka tenggelam dan mati karena kehilangan panas tubuh. Komponen minyak berat yang tenggelam ke dasar laut atau hanyut ke muara dapat melumpuhkan organisme seperti kepiting, tiram, remis, dan kerang, atau membuatnya tidak layak dikonsumsi manusia. Tumpahan minyak juga membunuh dan merusak terumbu karang.
Pemulihan akibat dari paparan minyak mentah di perairan memerlukan waktu yang relatif lama. Tumpahan minyak tersebut dapat dibersihkan dengan cara mekanis. Tetapi para ilmuwan memperkirakan bahwa metode pembersihan saat ini dapat memulihkan tidak lebih dari 15% minyak yang tumpah. Maka dari itu, pencegahan polusi minyak merupakan cara yang paling efektif dalam jangka panjang dan pendekatan yang paling murah.
sumber: Pixabay
Daftar Pustaka
ADVERTISEMENT
Boopathy, R. 2000. Factors Limiting Bioremediation Technologies. Bioresource Technology, 74. 63–67.
Darmayati, Y., Harayama, S., Yamazoe, A., Hatmanti, A., Sulistianti., Nuchsin, R., Kunarso, D. H. 2008. Hydrocarbonoclastic bacteria from Jakarta Bay and Seribu Islands. Marine Research Indonesia 1: 55-64.
Darmayati, Y. 2009. Pemanfaatan bakteri laut dalam bioremediasi ekosistem pantai berpasir tercemar minyak: Uji coba biostimulasi, bioaugmentasi, dan kombinasinya dalam skala laboratorium dan demplot. Laporan Akhir. Pusat Penelitian Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Grafelia, P. F. W. 2018. Bioremidiasi Air Laut Terkontaminasi Limbah Minyak Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Departemen Teknik Lingkungan. Makassar.
ADVERTISEMENT
Hala, Y., Wahab, A. W., & Meilanti, H. 2005. Analisis kandungan ion timbal dan seng pada kerang darah (Anadara granosa) di Perairan Pelabuhan Pare-Pare. Jurnal Marina Chimica Acta, 6(2), 12-16.
Munawar., Mukhtasor., dan Tini, S. 2007. Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah Dengan Metode Biostimulasi Nutrient Organik di Lingkungan Pantai Surabaya Timur. Berk. Penel. Hayati, 13 (91–96).