Tantangan Bertani di Lahan Rawa

Venture
Serba-serbi tentang bisnis bisa kamu dapatkan di Venture. Mulai dari berita bisnis hingga tips agar bisnis kamu semakin maju!
Konten dari Pengguna
24 Mei 2019 22:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Venture tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo Credit: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Photo Credit: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Potensi pengembangan lahan rawa di Indonesia sebenaranya sangat besar jika mengingat luas lahan rawa yang mencapai 33,40 juta hektare. Jumlah tersebut telah meliputi lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak. Namun sayangnya pemanfaatan yang benar-benar bertujuan meningkatkan agroekosistem seperti lahan irigasi masih terbatas.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Padahal, jika dikembangkan dengan benar, lahan rawa juga bisa memberikan hasil pertanian yang sangat menguntungkan. Agar dapat memanfaatkan lahan rawa dengan tepat, sebaiknya Anda mengenali beberapa tantangan bertani di lahan rawa.
Tingkat keasaman yang tinggi
Tantangan utama dari bertani di lahan rawa tak lain adalah karena tingkat keasamannya tinggi. Seperti yang sudah Anda ketahui, lahan rawa dengan kondisi gambut tebal yang memiliki kedalaman antara 3-5 meter memiliki kadar asam yang sangat tinggi (mencapai pH<4). Akibatnya sudah bisa ditebak, zat hara akan sulit ditemukan di lahan seperti ini. Padahal zat hara sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.
Namun sebenarnya sekarang sudah ada beberapa inovasi teknologi yang memungkinkan tanaman tumbuh di lahan rawa. Pemerintah Indonesia sendiri sudah berhasil mengembangkan bibit unggul yang mampu bertahan di tingkat keasaman tinggi. Maka tidak mungkin jika nanti lahan rawa akan semakin banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
ADVERTISEMENT
Oksidasi pirit atau sulfida
Selain kondisi gambut, lahan rawa juga rentan dengan risiko oksidasi pirit. Lahan rawa memiliki lapisan gambut tipis (sekitar 20 cm) yang kemudian di bawahnya ada lapisan sulfidik (pirit yang berlum teroksidasi). Kondisi tersebut normal dan ditemukan pada kebanyakan lahan rawa, baik itu lahan rawa pasang maupun lahan rawa lebak.
Namun situasi bisa menjadi sulit jika tiba-tiba lahan rawa mengalami kekeringan karena adanya reklamasi. Pirit yang awalnya stabil dan berada di bawah lapisan gambut akan menjadi tidak stabil dan bersifat aerob. Kondisi ini akan menyebabkan tanaman mengalami kerusakan pada bagian akar karena pirit menjadi racun bagi mereka.
Intrusi air laut
Pasang surut air laut ternyata juga bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pertanian lahan rawa. Tanpa penanganan yang tepat pasang surut air laut akan membawa air asin ke lahan pertanian. Padahal seperti yang sudah Anda ketahui, air asin tidak baik untuk tanaman dan bisa menyebabkan tanaman mati mendadak.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pertanian di lahan rawa pasang dilakukan secara hati-hati. Membuat sistem bendungan dan irigasi bisa menjadi metode yang tepat untuk mengatasi masuknya air asin ke lahan pertanian. Anda juga dapat melakukan kegiatan pertanian saat pasang sedang tidak terlalu tinggi sehingga risiko terjadinya intrusi air laut bisa diminimalisir.
Pemahaman tentang irigasi masih minim
Tantangan terakhir tidak dapat dilepaskan dari sumber daya manusia (SDM). Masih banyak petani di Indonesia yang belum familiar dengan sistem bertani di lahan rawa. Begitu pula dengan pemahaman tentang irigasinya. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Tidak lain adalah dengan sosialisasi secara gencar. Pemerintah bisa langsung menggandeng Gapoktan untuk melakukan kegiatan pertanian di lahan rawa. Dengan praktik langsung seperti ini diharapkan mereka bisa langsung memahami tentang bagaimana cara kerja pertanian lahan rawa. Setelah petani berhasil pun tidak bisa langsung dilepas, tetapi harus terus dipantau hingga bisa mendapatkan hasil pertanian dari lahan rawa.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa tantangan bertani di lahan rawa. Memang terdengar menyulitkan namun dengan adanya teknologi seperti saat ini, bertani di lahan rawa bukanlah sebuah perkara mustahil. Semoga dengan mempelajari tentang tantangan bertani di lahan rawa Anda bisa segera menemukan solusinya dan terjun langsung ke lahan rawa untuk bertani.