Konten dari Pengguna

Ujian Nasional Kembali Digelar: Siapkah Siswa Menghadapinya?

Verina Mitta
Pelajar SMA Citra Berkat yang sedang mencari pengalaman untuk menulis.
27 Januari 2025 11:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Verina Mitta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karya desain Canva original Oleh Verina Mitta
zoom-in-whitePerbesar
Karya desain Canva original Oleh Verina Mitta

Ujian Nasional atau UN adalah kegiatan untuk mengukur pencapaian kompetensi kelulusan peserta didik pada mata pelajaran yang sudah ditentukan secara standar nasional dan dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.

ADVERTISEMENT
Ujian Nasional (UN) telah dihapuskan dan digantikan oleh Asesmen Nasional sejak 2021, di era Nadiem Makarim. Namun, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Toni Toharudi , dalam konferensi pers pada Senin (20/1/2025), yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), mengungkapkan bahwa UN atau Ujian Nasional akan mulai diadakan kembali tahun ini. Hal ini tentunya menjadi kabar mengejutkan bagi seluruh kaum pelajar, mereka mengungkapkan berbagai pendapat baik pro maupun kontra melalui media sosial.
ADVERTISEMENT

Mengapa Kemendikdasmen Kembali Mengadakan Ujian Nasional?

Abdul Mu'ti sudah merencanakan Ujian Nasional diadakan kembali sejak ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Ia memaparkan bahwa, rencana itu muncul ketika ia sudah berdiskusi beberapa kali bersama pemangku bidang pendidikan, seperti kepala dinas pendidikan, pengawas pendidikan, organisasi profesi guru dan masyarakat, serta media massa. Ia berpendapat, bahwa sebuah aspirasi yang muncul dari perguruan tinggi adalah kebutuhan nilai akademik yang telah dicapai secara individu calon mahasiswa, yang dimana bukan dari Asesmen Nasional (AN). AN tidak bisa menjadi tolak ukur prestasi siswa karena data AN didapat melalui beberapa pengambilan sampel saja. Standar nilai individu selama ini hanya melalui nilai rapor saja, padahal porsi nilai di setiap sekolah tentunya berbeda-beda. Dikutip dari kompas.id, Abdul Mu'ti mengatakan bahwa, ”Misalnya, waktu kami bertemu dengan tim seleksi nasional untuk masuk perguruan tinggi, trnyata mereka perlu hasil belajar yang sifatnya individual.” Abdul Mu'ti juga menegaskan, bahwa timnya belum memutuskan kebijakan apapun. Asesmen Nasional serta kedua kurikulum yang berlaku saat ini, yakni kurikulum merdeka dan kurikulum 2013 masih digunakan oleh Kemendikdasmen. Pengawas pendidikan dari Perguruan Tamansiswa Darmaningtyas terlibat dalam beberapa diskusi evaluasi mengenai kebijakan pendidikan, yang berlangsung di gedung Kemendikdasmen, mengungkapkan bahwa UN harus dilaksanakan kembali, karena salah satunya dapat dijadikan sebagai standar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur prestasi. Pada kenyataannya, ada guru yang pelit saat memberikan nilai sebaliknya, ada juga guru yang sangat mudah untuk memberikan nilai bagus demi muridnya bisa masuk ke sekolah favorit atau universitas impiannya. Disisi lain, prestasi non-akademik pada dasarnya adalah sertifikat lomba yang bisa dimanipulasi oleh siapapun. Darmaningtyas, Kamis (02/01/2025) mengatakan, ”Oleh karena standar jalur prestasi ini tidak jelas, maka diperlukan adanya standarisasi prestasi.” Tetapi, nantinya UN versi terbaru tidak diperbolehkan disahkan sebagai alat untuk menentukan kelulusan peserta didik, karena itu nantinya akan menjadi tekanan bagi murid, baik secara mental maupun kondisi ekonomi keluarga.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Tanggapan Peserta Didik Setelah Mendapatkan Kabar Bahwa Ujian Nasiona Akan Kembali Diadakan??

Setelah melakukan wawancara ke beberapa murid Sekolah Menengah Atas Citra Berkat Tangerang, khususnya siswa/siswi kelas 12, mengenai setuju atau tidak jika UN diadakan kembali dan alasannya. ternyata wawancara tersebut memiliki hasil yang cukup beragam. "Menurut saya, Ujian Nasional diadakan kembali itu bagus, bagi murid yang ingin kuliah diluar negeri UN itu dapat membantu para murid, karena mereka memiliki hasil akhir yang sesuai dengan standar negara. Jika hasil akhir mereka hanya cukup di Ujian Sekolah, kan setiap sekolah memiliki standar nya masing-masing, yang pastinya beda-beda di setiap sekolah,” kata Shakira Ariesta, siswi kelas 12 SMA Citra Berkat (23/01/2025) “Tidak setuju dengan UN yang diadakan kembali, karena kalo ada UN jadi penuntut nilai, tolak ukur murid untuk lulus itu kan tidak hanya dari UN saja,” ucap Jeremiah Calvin siswa kelas 12 SMA Citra Berkat (23/01/2025) “Tidak setuju, karena cukup menyulitkan bagi siswa siswa kelas 12 yang akan lulus. Dikarenakan mendapatkan banyak proyek akhir tahun juga dari sekolah,” kata Stefanny Angelina siswi kelas 12 SMA Citra Berkat (23/01/2025) “Setuju, karena UN itu kan dilakukanya nasional, dengan begitu kan murid jadi tau gambaran bersaing se nasional. Selain itu juga bisa menjadi pengukur kualitas pendidikan yang didapatkan anak murid selama mereka bersekolah,” Ucap Nararya dan Nesya siswi kelas 12 SMA Citra Berkat (23/01/2025) Setelah melakukan wawancara ke beberapa murid kelas 12, ternyata hasil wawancara tersebut cukup beragam. Karena, adanya murid-murid yang setuju dan tidak setuju dengan dilaksanakannya UN kembali. Murid-murid yang setuju, mereka beranggapan bahwa dengan adanya UN kembali, ini dapat menjadi pengukur kualitas pendidikan di Indonesia dan tentunya itu akan bermanfaat bagi murid yang ingin berkuliah di luar negeri. Dengan adanya UN, standar pendidikan di Indonesia pun jadi setara, karena sudah standar nasional, bukan lagi standar sekolah. Sebaliknya, murid yang tidak setuju beranggapan bahwa jika UN akan diadakan kembali tentunya akan menyulitkan bagi murid, karena mereka memiliki proyek akhir tahun dari sekolah yang pastinya perlu diselesaikan. Tidak hanya itu, mereka juga beranggapan bahwa kelulusan tidak hanya dinilai dari UN saja. Dengan diadakan UN kembali, murid akan merasa lebih tertekan karena merasa dituntut untuk mendapat hasil yang baik agar lulus.
ADVERTISEMENT