Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Belajar Asyik Lewat Museum Digital di Gedung Juang 45 Bekasi
5 Januari 2022 20:58 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Veronika Devi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bangunan adalah struktur paling utama bagi seluruh aspek kehidupan manusia sebagai tempat perlindungan, bangunan memiliki variasi bentuk yang unik dengan berbagai macam konsep. Bangunan juga harus saling terhubung agar dapat berdiri tegak secara permanen pada suatu tempat. Jenis bangunan yang sering dijumpai seperti rumah tinggal, terowongan, pabrik, jalan raya, bangunan bersejarah, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Kini salah satu yang saya kunjungi adalah bangunan bersejarah. Bangunan bersejarah menjadi warisan atau aset yang paling penting bagi negara. Biasanya bangunan bersejarah yang masih kokoh akan dijadikan tempat wisata sejarah dengan beragam kisah dari para pejuangnya, menjadikan bukti bahwa adanya aktivitas manusia pada zaman dahulu. Contoh bangunan bersejarah yang saya kunjungi yaitu Gedung Juang 45 Bekasi yang direvitalisasikan menjadi Museum Digital.
Gedung Juang 45 Bekasi merupakan sebuah bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur Indische yang terletak di Jalan Sultan Hasanudin, Desa Setiadarma, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Dari kejauhan Gedung Juang 45 terlihat menarik dengan banyak pohon besar dan halaman yang sangat luas, serta sejarahnya yang masih bertahan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Dahulu, Gedung Juang 45 merupakan Landhuis Tamboen atau warga setempat biasa menyebutnya sebagai Gedung Tinggi. Gedung ini telah dibangun oleh seorang Kapitan Cina yang bernama Khouw Tjeng Kie, selaku tuan tanah di daerah Tambun yang memiliki kebun tebu sangat luas.
Kamis (30/12/2021) siang, saya bersama teman lainnya berkunjung ke Gedung Juang 45 Bekasi menggunakan sepeda motor. Tujuan kami mengunjungi Museum Digital adalah untuk belajar dan bermain, sekaligus bersantai sore menikmati indahnya pemandangan hijau yang tepat di depan jalan raya. Suasana di sana terasa sejuk dan nyaman, bahkan pada malam hari pesona Gedung Juang terlihat sangat indah dengan hiasan lampu warna-warni.
Di halaman depan terlihat taman, kolam dengan air mancur, tugu, bangunan utama (Gedung Tinggi) berlantai 2, rumah tinggal, dan tiga pavilion. Bahkan kini terdapat tempat baru untuk nongkrong bagi kaum milenial dengan tempatnya yang strategis. Tidak hanya kaum milenial, di sini juga banyak pengunjung yang sudah berkeluarga.
ADVERTISEMENT
Untuk masuk Museum Digital, kami tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Cara masuknya cukup masukan email pribadi agar bisa mendapatkan tiket sebagai bukti kami adalah pengunjung. Hal yang kami suka, di sini bisa memilih dari 9 tour guide tersebut untuk menjelaskan isi kisah sejarah Gedung Juang 45 secara detail menggunakan teknologi digital sekaligus bagaimana cara penggunaannya serta menjadi denah rute dari setiap bagian-bagian bersejarah.
Selain tour guide, juga ada seorang penerjemah untuk mengantisipasi pengunjung yang mempunyai kekurangan dalam fisiknya. Begitupun dengan ketentuan jam operasional pada hari selasa-minggu jam 09.00-16.00 WIB, khusus hari jumat buka jam 12.00-13.30 WIB.
Diawal ruangan, kami disajikan latar belakang para pahlawan yang ditampilkan dalam layar digital sesuai apa yang kita pilih. Terdapat banyak sekali barang-barang kehidupan prasejarah yang bahkan sebagian besar itu adalah barang asli, seperti kerangka manusia Bunian, peta Bekasi saat berada di bawah kekuasaan VOC, lukisan peta, tembok besar, Diorama Pasundan Bubat, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Seluruh bagian tembok pada museum ini juga penuh dengan isi kisah para pejuang, kisah kerajaan, lukisan, peta Bekasi, barang prasejarah dan masih banyak lagi. Menariknya dekat tembok besar terdapat buku digital yang menampilkan video suara dan jika setiap lembarnya dibalik akan melanjutkan kisah lainnya.
Saat kami memasuki bagian tengah, tiba-tiba saya ditunjuk oleh tour guide untuk masuk ke dalam augmented reality. Tujuannya yaitu menggabungkan benda maya ke dalam lingkungan yang nyata mengenai kisah kerajaan Tarumanagara.
Di depan saya sudah ada alat proyeksi, layar lebar yang melengkung dan faktanya keadaannya di sana cukup ramai. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti arahan tour guide dan tidak disangka saya bisa masuk ke dalam kisah kerajaan Tarumanegara secara realitas dalam waktu nyata. Para pengunjung yang melihat pun ikut mengantre untuk mencoba augmented reality tersebut dan kami akan melanjutkan ruangan lainnya.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai mengelilingi lantai satu, kami naik ke lantai dua yang berisikan berbagai patung, lukisan, monumen kelelawar, kisah pitung yang lengkap, hingga diajak ke studio yang nyaman dengan menampilkan awal kisah selama perjuangan dalam berbagai daerah setempat.
Tayangan sudah selesai, kami diajak berkeliling lagi sampai akhirnya saya melihat adanya ruang bawah tanah untuk menuju Stasiun Tambun, ini adalah bagian paling menarik menurut saya. Karena pertama kalinya juga saya melihat ruang bawah tanah, apalagi ruangan itu peninggalan sejarah yang masih asli.
Hal menakjubkan lainnya tepat di ruangan terakhir yaitu virtual reality perlawanan rakyat Bekasi. Sudah jelas dengan namanya, ruang virtual reality penuh dengan layar dua dimensi agar dapat berinteraksi dengan imajinasi yang disimulasikan oleh komputer. Di mana ruangan itu membawa kami ikut serta merasakan bagaimana posisi saat kejadian perlawanan rakyat Bekasi berlangsung.
ADVERTISEMENT
Selesai dari ruangan virtual reality kami juga diperkenankan untuk foto digital dengan Bupati Bekasi Eka Supri Atmaja yang seakan-akan berada di samping kami melalui teknologi yang dapat ditransfer melalui bluetooth ke smartphone. Selesai berfoto, kami juga ditawarkan banyak sekali makanan khas Betawi dan akhirnya kami membeli dodol, putu mayang, dan kue cente manis.
Pengalaman kami selama dipandu tentunya sangat senang dan puas sekali dengan penjelasan tour guide yang mudah dipahami, Secara keseluruhan semuanya sudah keren sekali dan tour guide juga menjelaskan bahwa semua yang berada di wilayah gedung ini masih bangunan asli.
“Setelah beberapa hari peresmian Museum Digital, kami pernah kerepotan dengan satu hari berjumlah 1000 pengunjung. Dari sini kita membatasi untuk satu hari hanya 500 pengunjung untuk 10 rombongan saja,” Mba Hima selaku tour guide Museum Digital.
ADVERTISEMENT
Kami sebagai kaum milenial yang imagenya dikenal malas membaca oleh masyarakat Indonesia mengakui bahwa masuk Museum Digital tidaklah membosankan, justru ingin tahu lebih bagaimana kisah pahlawan lainnya supaya bisa terus mengenang perjuangan mereka untuk diceritakan secara turun menurun agar di generasi selanjutnya tidak melupakan sejarah.