Konten dari Pengguna

Sosok Tangguh itu Ibuku

Via Marchellinda Gunanto
Mahasiswa Penerbitan Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta.
10 Juni 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Via Marchellinda Gunanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jemari Ibu dan anak saling bertautan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jemari Ibu dan anak saling bertautan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap dari kita pasti memiliki sosok perempuan terhebat dalam hidup, seseorang yang tak kenal lelah untuk menebarkan cintanya pada semua orang terutama kepada keluarganya. Ia memiliki banyak sebutan seperti Bunda, Mama, Ibu ataupun panggilan manis lainnya yang mencerminkan rasa kasih sayang tak terbatas.
ADVERTISEMENT
Aku memanggilnya dengan sebutan Ibu. Perempuan paruh baya itu memiliki perawakan yang mungil namun berisi, rambutnya pendek seperti laki-laki, wajahnya cantik dan Ibu memiliki ciri khas yang tidak banyak orang punya yaitu terdapat bekas luka di sekujur lengan kanannya.
Ketika aku bertanya dari mana asal bekas luka tersebut, Ibu menjawab dari air panas yang tumpah mengenai lengan kanannya.
Penjelasan sederhana itu tidak mampu menutupi rasa ingin tahuku. Aku menatap bekas luka di lengan ibu yang tampak jelas, lalu mencoba bertanya lagi tentang kronologinya namun Ibu tidak ingin bercerita. Mungkin ada trauma yang membuatnya tidak ingin mengingat kejadian itu.
Ibuku adalah seorang wanita tangguh dan kuat. Pekerjaan sehari-harinya adalah ibu rumah tangga dan pekerjaan sampingannya adalah membantu Bapak menjaga warung. Pekerjaan paling mulia.
ADVERTISEMENT
Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah, karena tidak ada ilmu pasti dalam mengurus segala hal yang menyangkut keluarga terutama dalam mendidik anak.
Sejak kecil, aku dididik dengan keras oleh Ibu. Berkat didikan militernya, aku berhasil tumbuh menjadi anak yang baik dan tidak pantang menyerah. Ketegasan dan disiplin yang ia tanamkan membentuk karakter kuat dalam diriku, membuatku dapat menghadapi berbagai tantangan dengan penuh percaya diri dan tekad yang kuat.
Ketika aku bertumbuh dewasa dan memiliki rasa ingin tahu yang banyak, aku selalu mengajukan berbagai pertanyaan kepadanya. Tak terkecuali pertanyaan absurd yang aku lontarkan. Entah mengapa, setiap kali aku bertanya, ia selalu memiliki jawaban yang memuaskan rasa penasaranku.
Selain mengajukan berbagai pertanyaan, menyapa dan memuji Ibu adalah rutinitasku setiap ia pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
"Selamat siang Ibuku yang paling cantik sedunia. Tumben pulangnya cepet. Siang ini kita makan apa ya bu," ujar aku dengan nada yang penuh semangat.
"Iya kalo bapakmu nyuruh pulang cepet ya Ibu langsung pulang. Ndak usah pura-pura ndak tau, kamu kan kemarin minta dimasakkin ayam sambal hijau. Itu Ibu udah masakin," jawab Ibu.
Ketika mendengar hal tersebut, aku langsung berlari ke arah meja makan dan membuka tudung saji. Wangi dari makanan yang Ibu masak langsung menyeruak ke hidungku hingga membuat perutku berbunyi.
Tak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil nasi dan ayam sambal hijau kesukaanku, aku langsung menyantap dan menghabiskan tanpa tersisa. Setelah menghabiskan makanan tersebut, aku tidak lupa untuk berterima kasih dan memuji masakan Ibuku.
ADVERTISEMENT
"Makasih banyak ya Ibu udah mau masakin menu yang aku minta, makanannya enak banget. Boleh nambah ndak? Soalnya aku suka," kataku dengan nada ceria.
"Boleh nak tapi ingat jangan dihabiskan semua ya soalnya Bapak dan Kakak belum makan," jawab Ibu dengan suara lembutnya.
Ibu tetaplah Ibu. Ia selalu berada di sampingku, tanpa mengenal lelah. Setiap kali aku merasa bahagia, Ibu selalu ada di belakangku, memberi dukungan yang tak terlihat namun sangat berarti. Kebahagiaanku seolah-olah menjadi kebahagiaannya juga. Dan di saat aku merasa sedih sampai menangis sesenggukan, Ibu tak pernah absen untuk mengelus punggung sambil bertanya mengenai kondisiku dengan lembut, memberikan kenyamanan dan ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh seorang Ibu.
ADVERTISEMENT
Dukungan dan kasih sayang yang tiada henti dari Ibu membuatku merasa selalu memiliki tempat untuk pulang ke rumah.
Banyak pelajaran berharga yang tidak diajarkan di sekolah, namun Ibu mengajarkannya kepadaku. Salah satu contohnya adalah ketika Ibu tetap bisa memasak untuk suami dan anak-anaknya meskipun sedang sakit. Dari situ, aku belajar tentang ketangguhan, pengorbanan, dan dedikasi seorang ibu yang tidak pernah mengenal lelah demi keluarga.
Ibu selalu berpesan kepadaku untuk menjadi wanita yang kuat dan mampu melakukan apa saja meski sesulit apapun kondisinya. Pesan ini tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga ditunjukkan melalui tindakan nyata Ibu dalam kesehariannya. Dari Ibu, aku belajar bahwa kekuatan sejati seorang wanita tidak hanya terlihat dari fisiknya, tetapi juga dari semangat dan keteguhannya dalam menghadapi segala tantangan.
ADVERTISEMENT
Namun, terkadang aku memikirkan tentang bagaimana jika Ibu ingin bercerita tapi yang ia jadikan sebagai rumah sudah tidak ada. Pikiran ini sering menghantuiku, terutama setelah aku melihat Ibu berbaring di kasur sambil menangis dalam diam karena mendengar kabar bahwa Ibunya sudah tiada. Pada saat itu aku melakukan hal yang sama, yang Ibu lakukan untuk aku yaitu mengelus punggungnya dan menenangkan Ibu.
Aku baru menyadari bahwa seorang Ibu juga membutuhkan Ibunya. Ia juga manusia yang butuh kasih sayang, dukungan, dan tempat pulang. Momen tersebut membuatku ingin menemani Ibu setiap saat, ingin lebih menghargai dan mencintai Ibu selagi masih ada waktu. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepadaku, karena aku tahu bahwa setiap detik yang kuhabiskan bersama Ibu adalah anugerah yang tak ternilai harganya.
ADVERTISEMENT
Ibu, tulisan ini mewakili seluruh perasaanku. Aku harap Ibu tahu bahwa aku selalu bangga terhadap hal-hal kecil yang Ibu lakukan untuk keluarga terutama untuk aku. Aku juga ingin Ibu tahu bahwa Ibu adalah contoh sempurna tentang bagaimana seseorang seharusnya mengasihi tanpa batas dan tanpa pamrih.
Aku juga sadar bahwa aku tidak selalu menjadi anak yang sempurna, dan seringkali menyusahkan Ibu. Maka dari itu, aku ingin meminta maaf atas segala kesalahan dan kekuranganku.
Aku berjanji akan terus berusaha menjadi anak yang berguna, anak yang dapat diandalkan, selalu membuat Ibu bahagia, dan bangga memiliki aku sebagai anak Ibu. Terima kasih atas segalanya, aku mencintaimu, Bu.