Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pemadaman Listrik Memicu Momen Sosial di Spanyol dan Portugal
5 Mei 2025 14:19 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Vidianasya Arendin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada tanggal 28 April 2025, Spanyol dan Portugal mengalami pemadaman listrik besar yang melumpuhkan sebagian besar wilayah di Semenanjung Iberia. Namun di balik kecemasan dan kekacauan yang ditimbulkan, peristiwa ini justru menghadirkan momen kebersamaan yang jarang terjadi di era digital.
ADVERTISEMENT
Dari Ketegangan Menuju Kebersamaan
Pemadaman dimulai sekitar pukul 12.33 siang waktu setempat. Jaringan listrik nasional mendadak lumpuh akibat penurunan frekuensi yang drastis dalam sistem distribusi. Dalam hitungan detik, jutaan rumah kehilangan daya, transportasi publik berhenti, dan sinyal komunikasi digital terputus. Listrik baru pulih sepenuhnya keesokan paginya.
Namun alih-alih hanya dipenuhi keluhan dan kepanikan, banyak warga yang memanfaatkan kegelapan ini untuk keluar rumah, berkumpul bersama tetangga, bahkan menyelenggarakan makan malam dadakan di bawah cahaya lilin. Di berbagai kota besar seperti Madrid, Sevilla, Lisbon, dan Porto, suasana malam berubah menjadi ajang sosialisasi dadakan.
“Awalnya saya kesal karena tak bisa bekerja dari rumah,” ujar Marta González, seorang desainer grafis dari Madrid. “Tapi ketika keluar untuk mencari sinyal, saya melihat para tetangga duduk bersama di taman. Kami akhirnya berbincang, berbagi makanan, bahkan menyanyi bersama. Sudah bertahun-tahun saya tak merasa sedekat ini dengan lingkungan sekitar.”
ADVERTISEMENT
Di Lisbon, kejadian serupa juga berlangsung. Beberapa kafe yang biasanya tutup lebih awal karena krisis energi memilih membuka jendela dan menghidangkan kopi gratis di trotoar. Para musisi jalanan memainkan gitar akustik, dan warga menyalakan lilin sambil duduk bersama di trotoar. Tanpa gangguan notifikasi ponsel atau layar biru, percakapan mengalir dengan alami.
Pakar sosiologi dari Universidad de Salamanca, Dr. Helena Torres, menyebut fenomena ini sebagai “rebound sosial dalam keheningan teknologi.” Menurutnya, momen seperti ini membuktikan bahwa teknologi yang selama ini menghubungkan manusia secara virtual bisa saja memisahkan mereka secara sosial. “Ketika koneksi digital mati, koneksi manusia justru hidup kembali,” katanya.
Meski awalnya dikhawatirkan menjadi bencana, pemadaman ini juga memicu diskusi nasional mengenai gaya hidup masyarakat modern yang terlalu tergantung pada listrik dan internet. Banyak keluarga menyadari betapa sedikitnya waktu yang mereka habiskan bersama secara fisik. Beberapa bahkan mengaku berencana menerapkan malam tanpa listrik secara berkala sebagai bentuk detoks digital.
ADVERTISEMENT
Tentu saja tidak semua sisi peristiwa ini romantis. Di rumah sakit, generator darurat bekerja keras menjaga peralatan medis tetap menyala. Lalu lintas sempat kacau, dan kegiatan ekonomi terganggu. Beberapa kecelakaan domestik akibat lilin dan generator portabel juga menelan korban jiwa. Namun narasi dominan yang muncul dari media sosial justru penuh dengan foto lilin, gitar, dan meja makan darurat yang menghangatkan suasana.
Sementara penyelidikan teknis terus berlangsung—termasuk dugaan ketidakseimbangan beban dari pembangkit energi terbarukan—pemerintah kedua negara menyambut positif narasi sosial yang muncul. Menteri Energi Portugal bahkan menyarankan agar kejadian ini dijadikan refleksi nasional.
“Di tengah krisis, kita menemukan kembali hal yang paling mendasar: koneksi antar manusia,” ucapnya dalam konferensi pers.
Banyak pengguna mengunggah cerita tentang bagaimana mereka akhirnya mengenal nama tetangga, bermain kartu bersama keluarga, atau hanya duduk menatap bintang sambil bercakap-cakap.
ADVERTISEMENT
Di sebuah kompleks apartemen di Porto, seorang guru bahasa bahkan memimpin kelas puisi dadakan di halaman belakang, diikuti oleh belasan anak-anak yang biasanya terpaku pada gawai. “Listrik padam, tapi hati kami menyala,” tulisnya di akun Instagram-nya.
Pelajaran dari Kegelapan
Fenomena ini mengingatkan kembali pada peristiwa serupa di masa lalu, seperti pemadaman besar di New York pada tahun 2003 yang juga menimbulkan efek sosial positif. Di tengah tantangan transisi energi dan digitalisasi yang kian masif, kisah dari Semenanjung Iberia ini menunjukkan bahwa manusia tetap punya cara untuk terhubung, bahkan tanpa Wi-Fi.
Kegelapan memang sempat menyelimuti Spanyol dan Portugal, tetapi dari ketiadaan cahaya itu, lahir kembali cahaya yang lain—cahaya dari obrolan hangat, tawa bersama, dan rasa kebersamaan yang tulus. Seperti lilin yang menyala di malam panjang, pemadaman ini menerangi sisi lain kemanusiaan yang kerap kita lupakan.
ADVERTISEMENT