Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
TMP Elit Halte Sulit, Teman Disabilitas Buka Suara
22 Desember 2024 9:50 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Talita Aqila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trans Metro Pasundan atau TMP merupakan salah satu transportasi umum andalan masyarakat sekitar Bandung. Tarif rendah hingga fasilitas bus yang dibangun inklusif menjadi pemikatnya. Meski demikian, halte sebagai akses utama menuju kendaraan ini masih jauh dari kata layak dan tidak ramah disabilitas.
ADVERTISEMENT
Sebagai transportasi umum, TMP tak pernah sepi penumpang terutama pada Koridor 5 rute Dipatiukur-Jatinangor. Wilayah yang melewati berbagai perguruan tinggi ini kerap ramai oleh mahasiswa dan masyarakat lokal. Selain harga yang relatif murah, TMP dibangun inklusif agar teman-teman disabilitas dan lansia turut menikmati layanan transportasi umum ini.
Namun, akses menuju TMP seperti jalan berliku. Jauh tidak layak dibandingkan fasilitas dalam bus.
Hampir tidak adanya guiding block pada halte, tidak adanya warning block, minim penanda halte atau way finding, hingga kondisi lantai yang tak landai mempersulit akses bagi teman-teman disabilitas.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Pasal 37 Tahun 2019 soal Perlindungan dan Pemenuhan Hak Disabilitas, penyandang disabilitas memiliki hak untuk memperoleh pelayanan publik. Hal ini mencakup hak untuk menerima akomodasi yang layak dan optimal dalam pelayanan publik, seperti TMP dan infrastruktur halte yang tidak diskriminatif.
ADVERTISEMENT
Kesulitan ini dikeluhkan beberapa penyandang disabilitas yang mengakses Koridor 5 rute Dipatiukur-Jatinangor.
Kak Dina, seorang teman tuli pengguna TMP mengatakan bahwa halte TMP menyusahkan karena layar teks tidak menampilkan nama tempat atau halte. Hal ini membingungkan baginya. Kak Dina juga kesulitan untuk bertanya pada petugas karena tak semua memiliki pengetahuan dan pelatihan untuk berkomunasi dengan teman tuli.
“Soalnya fisik aku mirip sama teman dengar, gak kayak teman tuli,” ujar Kak Dina.
Pandangan lain hadir dari Kak Ramdan, teman disabilitas netra yang sempat menggunakan TMP untuk mobilisasi dari Bandung ke Jatinangor.
“Masih banyak spot-spot yang memang tidak ada aksesnya untuk teman-teman disabilitas netra. Mungkin bagi saya pribadi cukup terbantu dengan penglihatan low vision,” ujar Kak Ramdan, sambil menyoroti akses halte TMP yang belum inklusif bagi semua orang.
ADVERTISEMENT
Menyuarakan harapan teman-teman disabilitas, halte TMP kedepannya harus lebih inklusif agar tidak menghambat dan menyulitkan teman-teman disabilitas. Perlu adanya peningkatan pelayanan yang ramah disabilitas serta perbaikan infrastruktur dengan mengikuti standar pedoman kontrsuksi yang lebih inklusif.