Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Provokasi Murahan Kivlan Zen soal Kebangkitan PKI di Sejumlah Partai Politik
11 Maret 2018 13:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Vidya Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Provokasi melalui fitnah dan informasi hoax kembali disebarkan oleh seorang mantan jenderal. Kali ini isu yang dijadikan bahan "gorengan" adalah soal kebangkitan PKI di beberapa partai politik.
ADVERTISEMENT
Adalah Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein yang melakukannya. Ia menuduh sejumlah partai politik peserta pemilu 2019 telah disusupi ideologi komunis dan sebagian kadernya sangat dekat dengan PKI.
Tak hanya itu, Ia dengan sangat vulgar langsung menyebut Partai NasDem, Partai Golkar, dan PDI-Perjuangan sebagai partai politik yang dekat dengan ideologi komunisme. Pasalnya, menurut Kivlan, beberapa partai itu pernah mengirimkan kadernya ke China untuk mempelajari ideologi komunis.
Dengan tudingan seperti itu, kita yang berpikiran waras, tentu, bisa menilai sendiri bahwa apa yang disampaikan oleh Kivlan Zen tersebut hanyalah fitnah dan tuduhan yang tak mendasar.
Apalagi langsung menyebut partai tertentu menganut ideologi komunis. Itu adalah fitnah melalui informasi hoax yang sangat keji. Karena sejauh ini Kivlan tak pernah mengajukan satu bukti pun, namun hanya koar-koar belaka.
ADVERTISEMENT
Soal tuduhannya beberapa partai politik mengirim kadernya ke China untuk belajar ideologi komunis itu juga tidak tepat sama sekali. Mereka yang ke China itu bukanlah untuk belajar ideologi tertentu, namun hanya sebuah kunjungan untuk menjalin hubungan sebagaimana ke negara lain.
Tudingan Kivlan di atas dibantah oleh anggota DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan, Evita Nursanty. Ia membantah ada kader PDI-Perjuangan yang dikirimkan ke China untuk belajar politik dan pengkaderan agar bisa diterapkan di Indonesia.
Menurut Evita, jika berbicara mengenai kunjungan partai politik ke negara lain untuk menjalin hubungan politik dengan sejumlah partai di ‎luar negeri, maka hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh PDI-P, Partai NasDem dan Golkar, tapi juga Partai Demokrat dan PKS ikut serta melakukan kunjungan.
ADVERTISEMENT
Anehnya dalam tudingan Kivlan tersebut, kalau yang dimaksud adalah kunjungan ke China, kenapa PKS dan Partai Demokrat tidak disebutkan juga. Kemudian, jika bicara kunjungan partai menjalin hubungan dengan parpol di luar negeri, seperti Jepang dan AS, kenapa yang dipermasalahkan hanya ke China? Padahal, DPR RI sendiri ketika ada delegasi partai dari luar negeri, pasti kita juga kan menemui mereka.
Itulah tuduhan yang tidak adil dari Kivlan Zen. Dengan begitu, terlihat bila tudingan Kivlan itu sarat muatan politis dan memiliki kepentingan politik tertentu, apalagi setahun lagi menjelang Pemilu.
Apa yang diungkapkan oleh Kivlan di atas adalah cara-cara berpolitik yang tidak sehat. Ia menyebarkan propaganda hitam melalui fitnah dan informasi hoax untuk menjatuhkan lawan-lawan politiknya.
ADVERTISEMENT
Seharusnya seorang purnawirawan Jenderal tidak berlaku seperti itu. Menjadi seorang provokator bukanlah ciri seorang yang setia pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Bila dia prajurit sejati, justru harusnya dia setia kepada konstitusi dan pemerintah yang sah, serta memberikan dukungan yang positif bagi pembangunan bangsa dan negara.