Konten dari Pengguna

Sosok Kartini dalam Buku: “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya Armijn Payne

Vika Azzahra
Mahasiswa UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta
25 Oktober 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vika Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber ilustrasi: gambar hasil foto buku sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Sumber ilustrasi: gambar hasil foto buku sendiri
ADVERTISEMENT
Buku "habis gelap terbitlah terang" Adalah buku terjemahan dari surat-surat Kartini semasa dia berjuang untuk kaum perempuan di tahun 1902. Surat-surat tersebut dikumpulkan lalu diterjemahkan dan salah satu penerjemahnya adalah Armijn Payne.
ADVERTISEMENT
Di dalam buku ini, sosok Kartini tentu saja tergambar dengan sangat jelas. Sifat tangguh yang dimiliki Kartini terpampang jelas dalam kutipan yang menjelaskan di mana dia terus berusaha ingin merdeka dari ada istiadat yang mengekangnya, yaitu ada istiad pingit, di mana perempuan tidak boleh keluar rumah setelah berumur 12 tahun. Contoh kutipannya yaitu, “ Enam bulan kemudian diizinkan pula keluar sekali lagi kemudian dipingit lagi tetapi baru dalam 1898 diberi kemerdekaan dengan officieel bahkan diizinkan turut berpergian ke luar tempat tinggalnya. Sudah tentu mendapat celaan dari banyak orang, tetapi kartini belum puas, dia hendak berdiri sendir, supaya tak usah nikah”.
Selain tangguh, Kartini adalah sosok anak yang sangat mencintai dan menyayangi orang tuanya, Kartini merupakan sosok yang sangat berbakti kepada ke dua orang tuannya, hal ini tergambar pada kutipan “ Tetapi yang terlebih kusayangi daripada semuanya itu ialah Bapakku, stella, katakanlah aku pengecut penggamang bila Bapak menahan aku dari pada berbuat bakti itu, akan aku terima dengan tawakal, sekalipun hatiku akan meratap menangis. Aku enggan melukai lagi hati, mencucurkan darah hati yang sayang akan daku itu”.
ADVERTISEMENT
Kartini juga adalah sosok yang rela berkorban bagi kepentingan perempuan, pembuktian ini ada pada kutipan “aku sangat sayang akan kebebasanku, itulah jiwaku, dan nasib saudara-saudaraku perempuan menjadi minat perhatian jantungku; aku rela membantunya banyak-banyak, dan relalah pula berkorban barang apa juapun yang boleh sekiranya menjadi kebaikan baginya”.
Armijn Payne berhasil menyusun buku ini dengan baik, menjadikan buku ini menjadi mudah di baca, walaupun buku ini adalah buku terjemahan. Buku ini sangatlah menarik, karena berisi surat-surat yang ditulis Kartini sendiri ketika Kartini berjuang untuk kemerdekaan perempuan. Dari buku ini pembaca dapat mengetahui sejarah yang lebih luas tentang bagaimana perjuangan Kartini dalam memerdekakan perempuan di zaman itu.
Dari kisah Kartini yang tergambar di buku ini, pembaca bisa mengambil sifat berjuang tanpa kenal lelah dari sosok Kartini. Perjuangan untuk masa depan memanglah sulit, tapi jika tanpa perjuangan, maka manusia tidak akan bisa menjadi apa-apa di masa depan.
ADVERTISEMENT