Konten dari Pengguna

Apa Kabar Polusi Udara di Indonesia?

Vina Nurul Barroroh
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman
30 April 2023 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vina Nurul Barroroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kondisi polusi udara di indonesia sumber : wikimedia commons
zoom-in-whitePerbesar
kondisi polusi udara di indonesia sumber : wikimedia commons
ADVERTISEMENT
Menurut laporan World Air Quality (IQAir) 2022, disebutkan bahwa Indonesia menempati posisi pertama dengan kualitas udara terburuk se-Asia tenggara dan urutan ke 26 di dunia.
ADVERTISEMENT
Indonesia tempati posisi ke-26 dengan negara polusi terburuk di dunia, sumber : IQAir
Negara berpolusi ini adalah negara-negara dengan konsentrasi PM2,5. PM2.5 adalah polutan udara yang berukuran sangat kecil sekitar 2,5 mikron ( mikrometer ). Diameter ini lebih kecil 3% daripada diameter rambut manusia. PM 2,5 ini dapat berasal dari banyak sumber. Di luar ruangan, sumbernya berasal dari asap mobil, truk, dan bus. Segala sesuatu yang melibatkan pembakaran bahan bakar, seperti kayu dan minyak, adalah sumber dari PM 2,5. Kebakaran hutan dan rumput juga menjadi sumber PM 2,5 ini. Sedangkan di dalam ruangan, PM 2,5 bisa ditemukan dari rokok, memasak, membakar lilin, atau penggunaan pemanas berbahan bakar.
Kondisi Polusi Udara di Indonesia
Berdasarkan laporan tersebut, disebutkan bahwa kualitas udara Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2022, dengan konsentrasi PM2,5 rata-rata tahunan sebesar 30,4 µg/m³ menandai penurunan sebesar 11 persen dari tahun 2021. Jakarta Meningkatkan PM2,5 untuk tahun ketiga berturut-turut dengan penurunan sebesar 7,7 persen sejak tahun 2021 dan penurunan sebesar 27 persen sejak tahun 2019. Empat kota Indonesia memenuhi rekomendasi konsentrasi PM2,5 WHO, terhitung sepuluh persen kita yang memberikan informasi kualitas udara yang memadai untuk tahun tersebut. Dua kota yang diwakili tahun ini juga dua kota yang paling tercemar. Pasarkemis dan Ciluengsir mencatat rata-rata konsentrasi PM2,5 masing-masing sebesar 49,6 µg/m³ dan 36,6 µg/m³.
ADVERTISEMENT
kota di Indonesia dengan polusi udara terburuk sumber ; IQAir
Faktor utama penyebab terbesar terjadinya polusi udara di Indonesia didorong dengan adanya penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara, kebakaran hutan dan degradasi lahan dan sekitar 70% berasal dari emisi kendaraan yang berdampak pada kota-kota besar.
Polusi udara terus menjadi ancaman kesehatan lingkungan terbesar di dunia. Di seluruh dunia, kualitas udara yang buruk menyebabkan 93 miliar hari hidup dengan penyakit dan lebih dari enam juta kematian setiap tahun. Total biaya ekonomi setara dengan lebih dari $8 triliun dolar, melebihi 6,1 persen dari PDB tahunan global. Paparan polusi udara menyebabkan dan memperburuk beberapa kondisi kesehatan yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada, asma, kanker, penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan kematian dini.
Polusi udara juga menjadi penyebab kematian sekitar 7 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, demikian menurut laporan baru yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih dari 90% kematian akibat polusi terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di Asia dan Afrika. Anak-anak di bawah 18 tahun, wanita hamil, dan orang dewasa yang lebih tua semuanya memiliki peningkatan risiko terkena atau memperburuk kondisi kesehatan akibat paparan polusi udara.
ADVERTISEMENT
Menanggapi masalah tersebut, Indonesia mengadakan upaya penanggulangan polusi udara dengan mengadakan penyelenggaraan uji emisi kendaraan. "Penyelenggaraan uji emisi kendaraan bermotor di K/L Pusat ini merupakan langkah awal untuk memperkenalkan kegiatan uji emisi kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini akan dapat mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam merawat kendaraannya dan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam mengendalikan pencemaran udara yang berasal dari emisi yang dihasilkan kendaraannya,” kata Sigit. Uji emisi kendaraan bermotor diharapkan juga dapat menjawab tantangan terhadap upaya-upaya inovatif penurunan konsumsi bahan bakar minyak sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang merupakan kontributor perubahan iklim dari sektor transportasi.