Media Sosial: Sang MVP dalam Promosi Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi

Vina Regina Rustanto
Mahasiswa di Universitas Katolik Parahyangan.
Konten dari Pengguna
8 September 2021 11:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vina Regina Rustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Social Media (Foto: Gerd Altmann from Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Social Media (Foto: Gerd Altmann from Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi dunia. Pandemi yang muncul pada awal Desember 2019 di Wuhan, China ini bukan hanya memiliki tingkat kematian yang besar, namun juga memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat. Menurut data dari WHO, sampai pada 3 September 2021 sudah ada sekitar 218.946.836 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi secara global, termasuk di antaranya 4.539.723 kematian. Dengan tingkat penyebaran yang sangat cepat itu, pemerintahan di seluruh dunia menjalankan berbagai upaya untuk dapat menghambat penyebarannya, seperti menjalankan lockdown di Amerika dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia. Namun upaya-upaya tersebut berimbas pada perekonomian dan tatanan sosial di dunia, terutama pada sektor pariwisatanya.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, kedatangan internasional mengalami penurunan sebesar 74,84% dari yang berjumlah 16.108.600 kunjungan pada 2019 menjadi hanya 4.052.923 pada 2020 (Kemenparekraf, 2021). Penurunan ini mengakibatkan devisa sektor pariwisata menurun drastis dari US$16,9 miliar pada 2019 menjadi hanya US$3,54 miliar pada 2020. Mungkin hal ini kurang dirasakan di daerah perkotaan yang sumber pemasukannya didapat dari kegiatan industri dan perkantoran seperti Jakarta, namun wilayah-wilayah seperti Bali dan Lombok yang notabennya merupakan daerah pariwisata sedang mengalami resesi perekonomian yang cukup parah karena sekitar 50% pemasukannya berasal dari kegiatan pariwisata. Tak heran banyak tenaga kerja di bidang pariwisata yang mengalami kesulitan ekonomi maupun terkena PHK akibat pandemi ini. Tentunya pemerintah Indonesia harus segera memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini agar resesi dapat secepatnya tertangani. Salah satunya adalah dengan menggencarkan promosi pariwisata Indonesia menggunakan sarana media sosial.
ADVERTISEMENT
Kotler dan Keller (2009) mengemukakan media sosial adalah media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara, dan video informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan dan sebaliknya. Penggunaan media sosial sebagai media promosi ini telah menjadi hal lumrah bahkan telah sampai pada level keharusan bagi setiap pengusaha atau pemangku kepentingan. Kenapa? Karena media sosial adalah MVP (Most Valuable Player) dalam dunia periklanan, tak terkecuali dalam promosi pariwisata Indonesia. Hal itu terbukti dari video yang bertajuk Wonderland Indonesia karya Alffy Ref dan Novia Bachmid yang diupload pada tanggal 17 Agustus 2021 sebagai persembahan HUT RI ke-76. Video yang menampilkan keindahan dan keragaman alam serta budaya Indonesia ini berhasil mendapatkan views sebanyak 17 miliar dan 2,2 miliar like hanya dalam 3 minggu. Hal ini menunjukkan pengaruh luar biasa dari media sosial sebagai sarana promosi pariwisata Indonesia. Lantas, mengapa media sosial bisa menjadi MVP dalam promosi pariwisata Indonesia?
ADVERTISEMENT
Siapa pun dapat ikut mempromosikan
Media seperti koran, televisi, maupun papan reklame mengharuskan seseorang membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk dapat memasukkan iklan yang diinginkan, maka hanya perusahaan-perusahaan dan pemerintah saja yang biasa menggunakannya. Berbeda dengan media promosi lain, media sosial bisa digunakan untuk promosi oleh siapa pun karena tidak berbayar. Cukup dengan mempunyai akun media sosial, seseorang dapat memposting konten-konten mereka dengan bebas dan sesering mungkin. Dengan media sosial ini, traveler maupun warga Indonesia bisa dengan mudah memposting liburan mereka sekaligus berkontribusi mempromosikan pariwisata Indonesia ke orang luar negeri tanpa keluar sepeser pun.
Tidak ada batasan waktu dan tempat
Jika menggunakan media promosi koran atau televisi di luar negeri, maka kita harus melakukan meeting dan penandatanganan kontrak dengan pihak luar negeri yang bersangkutan sehingga kedua belah pihak mau tidak mau harus menyamakan waktu. Tak jarang juga seseorang harus pergi ke negara yang bersangkutan untuk mengurus iklan tersebut. Hal ini tentunya sangat tidak efektif untuk dilakukan. Dengan menggunakan media sosial, pemerintah maupun masyarakat dapat memposting kontennya kapan pun dan di mana pun. Bahkan seseorang yang sedang di toilet rumahnya dapat memposting iklan di tengah malam. Dengan menggunakan media sosial, perbedaan waktu maupun perbedaan jarak dengan negara lain tidak akan lagi menjadi penghalang untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dapat menekan biaya
Media sosial merupakan media gratis yang bisa diakses oleh siapa pun selama sudah memiliki akun. Semua orang bisa memposting konten mereka dengan bebas dan tanpa biaya. Walaupun gratis, beberapa media sosial juga menawarkan fitur iklan berbayar seperti pada Instagram dan TikTok untuk mendapatkan viewer yang lebih banyak dari pada memposting di akun sendiri. Namun harga yang ditawarkan pun tergolong cukup murah dan dapat disesuaikan dengan anggaran yang dipunya. Jika dibandingkan dengan media promosi lain, maka tentu saja biayanya jauh lebih rendah.
Mempunyai pengguna yang banyak dan waktu pemakaian yang tinggi
Menurut survei yang dilakukan Hootsuite pada tahun 2021, jumlah pengguna internet di seluruh dunia sudah mencapai 4,66 miliar orang. Dari 4,66 miliar orang tersebut, 90%nya merupakan pengguna media sosial yang aktif. Hal ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,2% dibanding jumlah pengguna media sosial aktif pada tahun 2020. Selain itu, rata-rata waktu pemakaian media sosial juga sangat tinggi, yaitu selama 2 jam 25 menit per hari. Dari data tersebut, bisa kita ketahui bahwa media sosial merupakan media yang memiliki eksposur tinggi terhadap masyarakat dunia sehingga sangat cocok untuk kegiatan promosi.
ADVERTISEMENT
Tepat sasaran
Ketika menggunakan media sosial, preferensi konten yang disukai pengguna dan wilayah tempat tinggalnya juga akan ikut tercatat di database. Fitur iklan pada media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube membuat pengiklan dapat mengatur ciri-ciri target iklan yang diinginkan seperti apa dan mengirimkan iklan tersebut ke pengguna yang memenuhi ciri-ciri tersebut. Hal ini membuat iklan yang dibuat di media sosial lebih tepat sasaran dari pada iklan di media promosi lain yang penerimanya lebih acak dan general. Bahkan jika kita memilih untuk tidak menggunakan fitur iklan berbayar, konten kita akan tetap tersaji ke pengguna yang memang menyukai tipe konten kita di laman rekomendasi karena adanya fitur hashtag.
Penyampaian pesan yang lebih mudah
ADVERTISEMENT
Dengan adanya fitur komentar dan juga chat, seseorang bisa langsung memberikan review dan bertanya ke pemilik konten ataupun ke pengguna lainnya mengenai konten tersebut. Seperti yang kita tahu, pandemi membuat semua orang khawatir untuk berpergian ke tempat umum karena takut tertular. Melalui fitur ini, pemerintah maupun masyarakat dapat memberitahukan informasi kesiapan new normal pada destinasi wisata yang dituju sehingga WNA yang tertarik berlibur dapat lebih tenang untuk bepergian ke sana. Fitur ini juga memudahkan pemilik konten melihat trend yang sedang berlangsung dan melihat keinginan konsumen lebih dalam lagi. Pengguna lain juga bisa membagikan postingan tersebut ke banyak orang sehingga lebih banyak lagi yang menontonnya dan lebih direct daripada hanya sebuah foto di papan reklame atau tayangan di TV. Selain itu, untuk mempromosikan pariwisata Indonesia yang sangat banyak, tentunya video lebih menarik dan berisi lebih banyak informasi daripada foto semata yang menjadi keterbatasan media promosi seperti koran dan papan reklame.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak keunggulan media sosial dibandingkan media promosi lain menunjukkan bahwa memang media sosial yang menjadi MVP dalam promosi pariwisata Indonesia. Oleh sebab itu, sangat disarankan bahwa pemerintah lebih menggencarkan promosi lewat media sosial dibandingkan lewat media lain karena kurang efektif dan memakan biaya yang besar. Jangan sampai pandemi ini merusak potensi pariwisata Indonesia yang begitu besar dan membuat resesi semakin berlarut-larut.