Pejuang Abadi Tanpa Tanda Jasa

Vina Triana Dewi
Mahasiswa S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2020
Konten dari Pengguna
20 Januari 2021 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vina Triana Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Identitas Buku
Judul buku : Oerip Soemohardjo: Bapak Tentara Yang Dilupakan
ADVERTISEMENT
Penulis : Tim Historia
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2019
Tebal buku : 138 halaman
Ukuran : 13 cm x19 cm
ISBN : 9786024128609
Satu dekade terakhir, sejarah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Belum lagi komunitas pencinta sejarah yang juga tumbuh menjamur di setiap kota. Fenomena itu, berkaitan erat dengan demokrasi di Indonesia yang dengan segala kekurangannya telah membentuk ruang kebebasan kepada pegiat sejarah untuk menggali narasi masa lalu. Penerbit Buku Kompas dengan semangat memperkaya wacana sejarah publik di Indonesia. Buku ini diterbitkan dengan tujuan penulis dapat memotivasi golongan muda dan agar dapat selalu mengenang jasa pahlawan. Sedikit gambaran umum buku ini berisi biografi Oerip Soemohardjo yang menggagas berdirinya sekolah perwira untuk menciptakan angkatan perang yang disiplin dan profesional. Kisah awal Oerip seorang bocah yang nakal hingga menjadi pendiri TNI, Namun tak banyak yang tahu jasanya. Penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui biografi dan mencontoh perjuangan beliau.
ADVERTISEMENT
Oerip lahir dengan nama Mohammad Sidik di Purworejo pada 22 Februari 1893. Awal mula pergantian nama karna beliau muda pernah jatuh dari pohon dan kritis dan sempat kehilangan napas, namun setelah di obati dengan ramuan beliau sadar. Sejak peristiwa jatuhnya Oerip keluarga besar sepakat untuk mengganti nama Mohammad Sidik yang di rasa tidak cocok dengan namanya di ubah jadi Oerip. Dari pergantian nama itu pihak keluarga berharap kenakalannya mereda. Namun upaya itu ternyata kurang mempan karena masih saja nakal. Untuk menjinakan Oerip, “Guru Isa” ayah dari Oerip menyekolahkan ke pendidikan dasar, sekolah yang dikelola keluarga sendiri ke Sekolah Dasar Eropa untuk anak perempuan (Europese Lagere Meisjesschool atau ELM). Selain untuk membuat Oerip lebih jinak, dia berharap putra sulungnya belajar bahasa Belanda yang merupakan modal penting untuk menjadi bupati. Kenyataannya Oerip tidak pandai bahasa Belanda di bandingkan anak Belanda lainnya. Ketidakcakapan berbahasa Belanda ini sempat menjadi masalah, karena menjadi bahan olokan di kelas. Ceritanya, suatu hari Oerip diejek anak-anak prajurit KNIL asal Afrika karena tak bisa bercakap bahasa Belanda sepandai mereka. Pulang sekolah dia mengumpulkan rombongan berandalan cilik Sindurejan lantas mendatangi tangsi militer prajurit dan menantang penghuni tangsi.
ADVERTISEMENT
Akibat perbuatan ini Oerip di beri hukuman dikurung dikamar selama tiga hari, Oerip pun kabur dan membuat ibunya meninggal dunia. Setelah ibunya wafat Oerip kabur ke batavia mendaftar sebagai kadet di Sekolah Militer Jatinegara, Batavia. Mendengar berita tersebut ayahnya pupus harapan karna impian melihat Oerip menjadi bupati gagal, akan tetapi keputusan Oerip sudah bulat. Dunia militer sangat di minati Oerip daripada menjadi seorang bupati yang bermain dengan politik. Lulus dari Sekolah Militer Guru Isa akhirnya menyadari bahwa dunia tentara adalah tempat terbaik bagi anak sulungnya. Maka, Guru Isa berjanji jika Oerip berhasil lulus sebagai seorang opsir yang setingkat dengan orang Eropa, dia akan memberikan hadiah sepeda motor. Lulus dari berbagai ujian, Oerip berhak menyandang pangkat letnan dua. Bertempat di Klub Militer Concordia, Batavia, dan di lantik secara resmi sebagai opsir KNIL. Seperti kawan-kawan seangkatannya, dia di lantik deno. Usai di lantik, Oerip menyempatkan diri pulang ke Purworejo. Di sinilah dia untuk kali pertama membuat bangga sang ayah karena setiap berpapasan dengan serdadu KNIL, berkulit putih maupun coklat, Oerip di beri penghormatan militer dan di panggil dengan sebutan perwira. Penugasan pertama Oerip di Borneo, hampir semua wilayah di pulau itu sudah pernah ia singahi, bahkan beliau mudah bergaul dengan penduduk di sana. Oerip dipindahkan ke kota ke Magelang lalu menikah dengan Rohmah Soebroto, namun tidak di karunihi anak.
ADVERTISEMENT
Setelah KNIL di bubarkan, Oerip mengabdi kepada Republik Indonesia dan berjanji untuk setia. Oerip di kenal sebagai orang yang tenang dalam menghadapi situasi apa pun. Selama konferensi TKR, para peserta menjadi begitu panas. Perdebatan hampir-hampir menjadi konflik antargolongan. Beliau tetap tenang dan merokok klobot menatap orang-orang berseteruh. Ketenangannya tidak hilang sekalipun menghadapi saat-saat genting, ia juga sosok rendah hati dan pekerja keras. Begitu rendah hati sehingga dia lebih senang mendengar orang lain bicara daripada berbicara sendiri. Kesediaannya untuk berkorban bagi nusa dan bangsa begitu besar sehingga sering kali dia menyingkirkan perasaan pribadinya. Pada 15 Oktober 1945, Oerip memenuhi undangan Presiden Soekarno untuk menghadiri rapat kabinet di Jakarta. Tiga mantan opsir KNIL lainnya dan seorang mantan Peta juga hadir. Rapat memutuskan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Saat Oerip menghadap Soekarno beliau berkata "aneh, negara zonder (tanpa) tentara" sebagai formatur. Kata-kata beliau nantinya menjadi pelopor berdirinya Tentara Nasional Indonesia. Tentara tersebut terdiri dari eks KNIL, laskar, dan PETA. Tak ingin mencetak banyak tentara tapi minus di siplin. Oerip menggagas sekolah perwira demi tercipta angkatan perang profesional, maka terbentuklah Akmil di Yogya. Akmil Yogya disebut-sebut sebagai pelopor pendidikan perwira di zaman Indonesia merdeka. Sebab, pembentukan sekolah perwira serupa di ikuti di berbagai daerah. Akademi Militer Tangerang didirikan di Jawa Barat, Sekolah Kadet Malang (Jawa Timur), Sekolah Kadet Berastagi dan Sekolah Kadet Parapat (Sumatera Utara), serta Sekolah Opsir Muda Palembang (Sumatera Selatan). Gagasan Oerip mendirikan sebuah akademi militer di Yogyakarta mampu memberikan angin segar pada dua harapan sekaligus.
ADVERTISEMENT
Harapan agar terciptanya suatu tentara profesional kelak, serta memenuhi kebutuhan mendesak akan perwira terlatih di masa perang kemerdekaan. Pada 22 Februari 1964, di pekarangan AMN diresmikan batu peringatan untuk memperingati pendiri akademi militer tersebut: Oerip Soemohardjo. Pada batu peringatan terukir kata-kata penghormatan untuk Oerip. Pada suatu ketika Soekarno mengumpulkan perwira untuk memilih panglima besar pertama, Soepriyadilah yang menjadi panglima. Namun Supriyadi dikabarkan hilang entah kemana. Pemilihan akan terus berlanjut, kadidat lainnya ada Soedirman dan Oerip. Suara terbanyak pun jatuh kepada Soedirman, maka soedirman yang menjadi perwira besar dan Oerip sebagai ketua staf oemom. Tidaknya terpilihnya Oerip karna merupakan eks KNIL, karna dikira Oerip pro Belanda. Maka Soedirman yang terpilih yaitu junior dari Oerip, namun mereka saling menghormati dan saling membutuhkan. Oerip sebagai perwira tertinggi di KNIL Sedangkan Soedirman adalah yang kharismatik dan namanya melambung karena pertempuran Ambarawa dan gerilya. Kendati demikian, nama keduanya tak ntara bisa dipisahkan dalam sejarah pembentukan tentara Indonesia. Oerip dan Soedirman bak dwitunggal Soekarno-Hatta selaku pimpinan .
ADVERTISEMENT
Oerip menguasai teknis militer sedangkan Soedirman menangani politik militer. Soedirman-Oerip adalah dwitunggal TNI. Mereka bersama dwitunggal memajukan dunia militer di Indonesia. Lantas apa yang membuat nama Oerip seolah tenggelam dan hanya Soedirman yang menjadi ikon tentara? karena Oerip meninga dunia lebih cepat dan pernah mengundurkan diri sebagai Kepala Staf. Karena perjadi perselisihan antara Oerip dan bupati purworejo yang membuatnya tak mau lagi di dunia politik lagi.
Menurut saya buku ini sangat cocok dibaca karna isinya berisi tentang perjuangan yang dapat dijadikan panutan oleh anak-anak muda. Saya sangat terkesan dengan pribadi bapak Oerip meski beliau tidak tersekenal jendral soedirman, beliau tetap setia kepada NKRI. Kelebihan buku ini adalah alurnya sangat dramatis dan dapat dimengerti. Dan saya yakin buku ini nantinya dapat memotivasi kaum muda. Kekurangannya adalah terdapat bahasa asing yang susah dimengerti seperti bahasa belanda.
ADVERTISEMENT
Pereview:
Vina Triana Dewi prodi farmasi fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang