Konten dari Pengguna

Sejarah Perjuangan Sugondo Djojopuspito yang Membentuk Sumpah Pemuda

Vincent Felix
Seorang Pelajar di IPEKA
19 Februari 2025 18:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vincent Felix tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://unsplash.com/photos/people-in-white-shirts-holding-flags-during-daytime-rBbzxVWsRZU?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://unsplash.com/photos/people-in-white-shirts-holding-flags-during-daytime-rBbzxVWsRZU?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Siapa Pemuda yang Membentuk Sumpah Pemuda?

ADVERTISEMENT
Soegondo Djojopuspito adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Ia lahir pada 22 Februari 1905 di Tuban, Jawa Timur, dalam keluarga yang berpendidikan. Ayahnya adalah seorang penghulu atau pejabat agama Islam. Sejak kecil, Soegondo menunjukkan kecerdasan dan ketertarikan terhadap dunia pendidikan serta politik. Ia menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Surabaya. Setelah itu, ia bersekolah di AMS (Algemeene Middelbare School) di Yogyakarta, yang setara dengan SMA pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Saat menempuh pendidikan di AMS, Soegondo tinggal di rumah Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan nasional yang mendirikan Taman Siswa. Di lingkungan ini, Soegondo semakin memahami pentingnya pendidikan dan persatuan dalam perjuangan kemerdekaan. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hoge School) di Jakarta, meskipun tidak menyelesaikannya. Di sinilah pemikirannya tentang nasionalisme berkembang, terutama setelah membaca Indonesia Merdeka, majalah yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Pada 1927, Soegondo terpilih sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi mahasiswa yang memiliki semangat nasionalisme tinggi. Ia menyadari bahwa pergerakan pemuda dari berbagai daerah harus disatukan dalam satu wadah perjuangan yang lebih besar. Oleh karena itu, ia mulai menghubungi berbagai organisasi kepemudaan, baik secara personal maupun melalui diskusi formal, untuk menyatukan mereka dalam satu kongres nasional. Upayanya membuahkan hasil pada 27-28 Oktober 1928, ketika Kongres Pemuda II diselenggarakan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sebagai ketua kongres, Soegondo memainkan peran penting dalam merumuskan dan menyetujui isi Sumpah Pemuda. Dalam rapat terakhir kongres, Mohammad Yamin mengusulkan konsep Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, yang kemudian disetujui oleh Soegondo dan seluruh peserta kongres. Ikrar Sumpah Pemuda menjadi tonggak sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia, karena menegaskan persatuan dan identitas nasional di tengah kolonialisme Belanda.
Setelah Kongres Pemuda II, Soegondo memilih jalur pendidikan dan jurnalistik sebagai bentuk perjuangan. Bersama istrinya, Suwarsih, ia mendirikan sekolah Loka Siswa di Bogor untuk mendidik generasi muda. Selain itu, ia aktif menulis di Bataviasch Nieuwsblad dan Indische Courant, surat kabar berbahasa Belanda yang sering mengangkat isu pergerakan nasional. Pada 1941, ia diangkat sebagai Direktur Kantor Berita Antara, yang menjadi salah satu pusat informasi nasional saat itu.
ADVERTISEMENT
Di bidang politik, Soegondo bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan kemudian mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) bersama Sutan Sjahrir. Setelah kemerdekaan, ia dipercaya sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP), yang berperan sebagai parlemen sementara Indonesia. Pada tahun 1949-1950, ia menjabat sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat dalam Kabinet Halim.
Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahinya Bintang Jasa Utama, penghargaan tertinggi bagi warga sipil yang berjasa bagi negara. Soegondo Djojopuspito wafat pada 2 April 1978. Perannya dalam perjuangan nasional, khususnya dalam mempersatukan pemuda melalui Sumpah Pemuda, menjadikannya tokoh yang patut dicontoh. Semangat kepemimpinan, keteguhan, dan pantang menyerah yang ia tunjukkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam menjaga persatuan dan kemajuan bangsa.
ADVERTISEMENT