Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Makna 'Saleh' Harus Sesuai Interpretasi Syarak, Jangan Tergerus Moderasi
23 Oktober 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Vindy W Maramis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Kementerian Agama merilis data Indeks Kesalehan Sosial (IKS) yang mengalami peningkatan. IKS sendiri diukur berdasarkan lima dimensi yakni; kepedulian sosial, relasi antar manusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Yaqut Cholil menyikapi tren kenaikan ini dengan senang hati, ia menklaim bahwa ini dikarenakan program moderasi agama.
Namun, benarkah angka kesalehan sosial tersebut sebanding dengan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat?
Faktanya, apa yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya, karena masih begitu banyak kerusakan moral yang terjadi di tengah masyarakat. Setiap hari kita disuguhi dengan berita-berita tentang pembunuhan, pencurian, kejahatan seksual, penipuan, korupsi dan masih banyak lagi. Bahkan di tingkat pemerintahan lebih miris lagi, pelanggaran kode etik pemilu, gratifikasi pejabat, penyalahgunaan kekuasaan, jual beli hukum dan lain-lain.
Oleh karena itu, perlu kiranya menelaah lebih dalam makna saleh yang bagaimana yang seharusnya kita ambil. Bila dicermatik definisi saleh dalam IKS ini telah mengalami dekonstruksi makna yang memang arahnya sesuai dengan apa yang dirancang dalam program moderasi beragama oleh Kemenag.
ADVERTISEMENT
Makna saleh yang dimaksudkan disini lebih kepada komitmen kebangsaan, antikekerasan, toleransi, serta akomodatif terhadap kearifan lokal.
Hal ini bisa dilihat dari parameter penilaian IKS. Sebagai contoh, pada penilaian relasi antarmanusia, parameter yang dipakai antara lain adalah tidak membeda-bedakan kepercayaan, menghargai kebudayaan suku lain, dan memanfaatkan tradisi/kearifan lokal untuk kemajuan bersama. Sedangkan, pada penilaian kepatuhan pada negara, parameternya ialah dengan membayar pajak, setia pada NKRI, juga patuh pada peraturan negara dan peraturan di bawahnya.
Makna seperti ini justru bisa menjerumuskan seseorang pada kesalahan dalam menyikapi sesuatu atau bahkan dalam bertingkah laku. Seperti misalnya terkait toleransi, umat Islam jelas tidak boleh mengikuti perayaan dari umat agama lain, atau seorang muslim juga tidak boleh mengucapkan salam dari agama lain, ketika makna saleh ini diambil oleh sebagian umat Islam, maka ia akan berdosa. Atau misalnya tekait beberapa budaya/tradisi yang memang bertentangan dengan syariat Islam, maka tidak boleh diambil atas dasar kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Makna Saleh Harus Sesuai Interpretasi Syarak
Jelas, makna saleh diatas sama sekali tidak sesuai dengan makna saleh dalam interpretasi Islam. Karenanya, sudah seharusnya makna saleh dikembalikan pada pemaknaan syarak. Dalam Al Quran Allah Swt. berfirman :
Ulama-ulama tafsir, seperti Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan amal saleh adalah amal yang sesuai dengan syariat Allah.
Menurut Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, orang-orang yang saleh adalah mereka yang memenuhi hak Allah dan hak para hamba-Nya (terkait muamalah, munakahah, jinayah, wathaniyah, dan hak-hak lainnya). (Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], hlm. 51).
ADVERTISEMENT
Dengan menelaah makna “saleh”, “kesalehan”, dan "orang-orang saleh”, akan kita dapati bahwa makna-makna ini selalu dikaitkan dengan iman dan menjalankan syariat-Nya. Artinya, kesalehan seseorang diukur berdasarkan kekuatan iman dan amal saleh atau ihsanul amalnya.
Amal saleh menurut Imam Fudhail bin Iyadh, haruslah memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan shawab (benar). (Sinuqruth, F. 2019. Taqarrub Ilallah. Al Azhar. Bogor).
Ikhlas ialah melakukan segala sesuai hanya mengharap ridho Allah semata, sedangkan shawab ialah melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah dan larangan (syariat) Allah.
Ketika sesorang telah melaksanakan perbuatan yakni niatnya ikhlas dan caranya sesuai syariat, maka inilah yang disebut dengan orang saleh.
Oleh sebab itu, makna saleh tidak boleh merujuk pada apa yang diinterpretasikan oleh manusia, melainkan harus sesuai dengan pemaknaan syarak.
ADVERTISEMENT
Allahua'lam.