Konten dari Pengguna

Kendi Nusantara, Sare Dame, dan Kekuatan Spritual Pesta Kacang

Vinsen Belawa Making
Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP3M) Universitas Citra Bangsa
18 Maret 2022 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vinsen Belawa Making tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sebuah Pesan Kebhinekaan Sarat Nilai)
Buku Karya Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Buku Karya Penulis
Setiap orang memiliki pandangannya sendiri-sendiri terkait sebuah peristiwa terutama yang berkaitan dengan Budaya. Setiap kelompok etnis memiliki sejarahnya sendiri-sendiri yang apabila ditelusuri lebih dalam akan ditemukan begitu banyak nilai luhur yang terkandung didalamnya. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Alo Liliweri dalam acara bedah buku Kekuatan Spiritual Pesta Kacang Lewohala bahwa; Menulis atau berbicara tentang Budaya maka kita tidak akan lepas dari Alam tempat dimana budaya itu ada. Semua aspek itu saling bertautan dan bermuara pada komunikasi kepada wujud tertinggi.
ADVERTISEMENT
Pesan yang disampaikan dalam tiga hal di atas (Kendi Nusantara, Sare Dame dan Spiritual Pesta Kacang) sebenarnya sama yaitu mempersatukan keberagaman/kebhinekaan dan pemulihan/perdamaian.
Spiritual Pesta Kacang yang diterbitkan tahun 2019 ini menekankan nilai kebersamaan anak suku diperantauan yang wajib kembali ke kampung lama, berkumpul bersama sanak keluarga lainnya dalam sebuah ritual yang sarat makna. Ada Seremonial perdamaian, pemurnian dan persatuan.
Sare Dame yang digagas pemerintah Kabupaten Lembata tahun 2022 merupakan sebuah pagelaran akbar budaya lembata secara keseluruhan. Ini mengingkatkan para putra putri Lembata akan kisah puluhan Tahun silam ketika Paji dan Demon Bersatu dalam bingkai statement 07 Maret. Tidak ada lagi perbedaan antara mereka yang di gunung dan mereka yang di pesisir. Semua kita bersaudara dalam satu daratan Tanah Lomblem tercinta.
ADVERTISEMENT
Kendi Nusantara yang juga mendapat banyak kecaman merupakan suatu terobosan spektakuler dari seorang Presiden. Ia berani menyatukan semua tanah dan air seluruh wilayan Indonesia dalam satu kendi Nusantara. Secara simbolis menandakan bahwa semua kekuatan leluhur dari sabang sampai mauroke dari Miangas hingga pulau Rote telah berpadu menjadi foundasi kokoh bagi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Tiga hal ini terus menjadi polemik. Ada yang menentang dari sisi agama, dari sisi ekonomi karena menghamburkan banyak uang hingga pada pandangan kemunduran peradaban. Benarkah demikian? Bagi Saya pribadi tiga persoalan diatas memberikan pesan yang sangat dalam. Tidak ternilai dan hanya dapat diselami dengan hati Nurani yang bersih. Agama lahir setelah budaya dan bahkan dari budaya itu sendiri. Budaya menyatukan segala perbedaan yang arahnya tegak lurus pada sang Ada yang Agung. Generasi yang handal, berkualitas dan berbudi luhur, lahir dari sebuah budaya yang bernilai. Siapa tercerabut dari budaya asalnya maka Ia sedang kehilangan sebagaian dari jiwanya. Mari lestarikan Budaya agar hidup kita dapat selaras dengan Alam. Dengan demikian Alam akan menjaga kita hingga kita kembali Kepangkuan Sang Ada Yang telah Mengadakan kita dan Alam itu sendiri.
ADVERTISEMENT
*Vinsensius Belawa Making (Penulis Lepas)