Konten dari Pengguna

Banting Stigma ‘Perempuan Ujung-ujungnya di Dapur’ dengan Pendidikan Tinggi

Viona Sagitareni
Mahasiswa Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4 Januari 2024 13:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viona Sagitareni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wanita karier Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita karier Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Permasalahan tentang perempuan tentu tidak ada habisnya. Setiap perempuan pasti sering mendengar perkataan seperti “Untuk apa melanjutkan pendidikan, kalau lulus tetap menjadi ibu rumah tangga” atau “Tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya di dapur”.
ADVERTISEMENT
Perkataan tersebut seolah-olah memunculkan stigma bahwa perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi, padahal seseorang akan mendapatkan privilege dalam mengenyam pendidikan bahkan untuk perempuan sekalipun, yang mana peran pendidikan tersebut sangat penting dalam mengubah hidupnya.
Dilihat dari pengertiannya secara umum, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran seumur hidup yang melibatkan pengembangan dalam diri setiap individu agar dapat melangsungkan kehidupan, tujuannya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berintelektual dan berkualitas, sehingga berguna bagi negara, nusa, dan bangsa (Alpian et al., 2019).
Pengertian tersebut, secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan berhak diterima oleh siapa pun dari kalangan mana pun yang tidak dibatasi oleh ras, agama, budaya ataupun gender.
https://www.freepik.com/
Di abad ke-21 ini, yang telah memasuki era modern menuntut sumber daya manusia yang dapat bergerak cepat dan mampu berinovasi dengan wawasan yang luas serta berpikiran terbuka dalam berbagai hal. Di era ini pula, kebebasan dalam memilih pendidikan sudah lebih berkembang. Yang sebelumnya pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja, sekarang menjadi lebih maju dengan berbagai macam kalangan dapat memperoleh pendidikan baik laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENT
Kendatipun demikian, perihal penting atau tidaknya pendidikan tinggi untuk kaum perempuan masih mengalami tumpang tindih yang mana terdapat stereotipe bahwa kodrat perempuan adalah di dapur, mengurus rumah tangga, suami dan anak. Walaupun sebenarnya kodrat perempuan adalah menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Masyarakat pun lebih mementingkan laki-laki dalam hal pendidikan, sehingga memandang perempuan tidak perlu untuk berpendidikan tinggi (Suparno et al., 2023).
Dengan perspektif tersebut yang masih populer sampai saat ini, penyebabnya adalah budaya yang telah melekat pada masyarakat yang menjadikan salah satu faktor pendidikan untuk laki-laki lebih utama daripada perempuan atau male oriented yaitu anggapan masyarakat mengenai “Perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya di dapur” (Huda & El Widdah, 2018). Nyatanya pendidikan sangatlah penting bagi perempuan, karena perempuan nantinya akan menjadi ibu yang melahirkan seorang anak, sekalipun ada perempuan yang tidak ingin memiliki anak, pendidikan akan tetap penting untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
https://www.freepik.com/
Secara garis besar, terdapat tiga peranan perempuan dalam pendidikan yaitu untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Peranan perempuan dalam pendidikan untuk diri sendiri yaitu dapat meningkatkan value pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Dengan mengenyam pendidikan tinggi, seorang perempuan akan dipandang dengan status yang lebih tinggi serta dengan pekerjaan yang mapan akan disanjung dan dihormati banyak orang, sebaliknya bila seorang perempuan yang tidak mengenyam pendidikan tinggi terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.
Selanjutnya peranan perempuan dalam pendidikan untuk keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu. Image tersebut merupakan suatu figure terbesar yang dimiliki seorang perempuan. Sebagai seorang istri, perempuan yang berpendidikan tinggi lebih berpotensi memilih pasangan yang setara dengan dirinya, sehingga dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
Sedangkan bila perempuan yang tidak mengenyam pendidikan tinggi cenderung memilih pasangan yang kurang tepat untuk dirinya dan tidak jarang berakhir dengan perceraian. Saat ini pula, marak terjadinya perceraian yang berakar dari kasus dengan istilah pelakor (perebut laki orang) yang dilabeli untuk perempuan yang menjadi simpanan suami orang lain yang sudah beristri.
ADVERTISEMENT
Kemudian sebagai seorang ibu, perempuan memiliki tanggung jawab yang besar dalam melahirkan anaknya, sehingga peran seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya. Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu menciptakan generasi yang cerdas dan berkualitas dalam keluarganya. Karena seorang ibu yang terdidik memiliki ilmu lebih dalam mengembangkan potensi anaknya menjadi sukses di masa depan.
Berbeda halnya dengan seorang ibu yang berpendidikan rendah, perempuan yang memiliki pendidikan rendah umumnya masih menerapkan pola asuh yang diturunkan oleh ibunya saat ia masih kecil. Tidak jarang pola asuh tersebut kurang relevan untuk diterapkan kepada anaknya karena perbedaan zaman.
https://www.freepik.com/
Selain itu, peranan perempuan dalam pendidikan untuk masyarakat yaitu dengan memperoleh pekerjaan dan cara bergaul. Sekarang salah satu syarat untuk memperoleh pekerjaan baik laki-laki maupun perempuan adalah melalui pendidikan. Riwayat pendidikan akan menjadi patokan dari sekian banyak ketentuan dalam melamar pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi berkesempatan lebih besar untuk menduduki bagian pekerjaan yang lebih tinggi pula posisinya daripada yang memiliki pendidikan rendah. Sehingga pendapatan yang diperoleh cenderung lebih besar, begitupun sebaliknya.
Dalam pergaulan pun, perempuan yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah akan berbeda, karena pendidikan adalah sebuah mindset atau pola pikir seseorang. Perempuan yang mempunyai pendidikan tinggi, bisa lebih menjaga ruang lingkup pergaulannya dengan membatasi setiap sikapnya dalam bersosialisasi.
Dengan pendidikan tinggi, perempuan mendapatkan pemahaman yang baik mengenai perlakuan yang adil yang harus mereka terima di lingkungan bermasyarakat, sehingga akan dapat mengurangi kasus-kasus seperti tindak kekerasan pada perempuan (Tasia & Nurhasanah, 2019).
Sedangkan bila perempuan yang mempunyai pendidikan rendah akan cenderung mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Dengan minimnya pemahaman yang dimiliki, mereka berpotensi sulit untuk menemukan pergaulan yang aman untuk dirinya. Sehingga tidak jarang terseret dalam kasus seperti hamil diluar nikah, seks bebas, pernikahan dini, dan sebagainya.
https://www.freepik.com/
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diidentifikasi bahwa stigma yang beredar di masyarakat tentang perempuan yang ujung-ujungnya di dapur adalah kurang tepat. Karena perempuan memiliki peranan yang sangat luas baik dalam kehidupan pribadi hingga kehidupan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa pendidikan sangatlah penting bagi kaum perempuan--sebab dengan pendidikan perempuan mampu mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Semakin banyak perempuan yang berpendidikan, maka akan semakin besar potensi untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan berkualitas. Sehingga sumber daya manusianya bisa berguna bagi negara, nusa, dan bangsa.