Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ketidaksetaraan dalam Akses terhadap Nutrisi sebagai Kontribusi Faktor Stunting
31 Oktober 2023 6:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Vira Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketidaksetaraan dalam akses terhadap nutrisi menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah stunting di Indonesia. Stunting, atau gangguan pertumbuhan anak yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang terhambat, telah menjadi perhatian serius dalam kesehatan anak di negara ini. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan anak, pendidikan, dan produktivitas masa depan.
ADVERTISEMENT
Stunting telah menjadi masalah kesehatan yang sangat mendesak di Indonesia. Menurut data hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Indonesia mencapai 21,6% dan ini menggambarkan skala masalah ini di negara ini.
Terlebih lagi, masalah ini tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan fisik, tetapi juga pada kemampuan kognitif dan perkembangan anak-anak.
Stunting bukan hanya masalah kesehatan anak yang melibatkan pertumbuhan terhambat, tetapi juga menjadi indikator ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Anak-anak dari keluarga dengan pendapatan rendah lebih mungkin mengalami stunting dibandingkan dengan mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang lebih kuat.
Alasan potensial terjadinya perbedaan angka stunting pada anak-anak dari perbedaan latar belakang ekonomi adalah ada atau tidaknya faktor-faktor penentu yang dapat diubah melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif terhadap gizi (Boomer dkk., 2019). Hal tersebut mencerminkan masalah struktural yang memperburuk ketidaksetaraan dalam akses terhadap nutrisi.
ADVERTISEMENT
Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan dan Produktivitas
Stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang pada kesehatan dan produktivitas mereka di masa dewasa. 1000 hari pertama setelah pembuahan sangat penting bagi pertumbuhan kognitif dan linear anak.
Faktanya, pada periode inilah perkembangan otak terjadi dan setiap defisiensi fisiologis selama periode ini dapat menimbulkan konsekuensi jangka pendek dan jangka Panjang (Akombi dkk., 2017). Konsekuensi ini sebagian besar berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan produktivitas anak di masa depan.
Dampaknya pada akhirnya saling mempengaruhi, memberikan konsekuensi jangka panjang yang bersifat aditif atau sinergis terhadap pertumbuhan ekonomi, integrasi sosial, dan intensitas kemiskinan di suatu negara (Adebisi dkk., 2019). Dengan kata lain, ketidaksetaraan dalam akses terhadap nutrisi mengakibatkan dampak jangka panjang yang merugikan bagi kesejahteraan individu dan pembangunan nasional.
ADVERTISEMENT
Peran Pemerintah dalam Pengentasan Ketidaksetaraan
Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatasi ketidaksetaraan dalam akses terhadap nutrisi. Kebijakan dan program yang mendorong pemerataan akses terhadap makanan bergizi, dukungan kesehatan dan pendidikan yang merata, serta perlindungan sosial bagi keluarga yang membutuhkan adalah langkah penting dalam mengurangi ketidaksetaraan.
Sebab, dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut pemerintah dapat menciptakan dasar yang kokoh untuk mencapai masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan berkeadilan, serta menciptakan kesempatan bagi setiap warga negara untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Mengentaskan ketidaksetaraan dalam akses terhadap nutrisi adalah tantangan yang kompleks, tetapi itu juga merupakan solusi yang diperlukan untuk mencegah stunting.
Dengan pendekatan yang holistik yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kita dapat memastikan bahwa semua anak mendapatkan hak yang setara untuk pertumbuhan yang optimal. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan lebih adil bagi anak-anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka.
ADVERTISEMENT