Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
5 Adat Istiadat Jawa Tengah, dari Popokan hingga Ruwatan
15 Agustus 2022 11:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, pengertian adat istiadat adalah kebiasaan seseorang atau sebuah masyarakat yang dilakukan secara turun menurun. Dalam laman gurupendidikan.co.id juga dijelaskan bahwa secara etimologi adat istiadat berasal dari bahasa Arab, artinya 'kebiasaan'.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, adat istiadat sangat banyak karena faktor masyarakat yang heterogen. Tiap wilayah memiliki adat istiadat masing-masing, termasuk provinsi Jawa Tengah .
Dikutip dari buku Adat Istiadat Provinsi Jawa Tengah yang ditulis H. Djimi Alkutsaeri, adat istiadat tradisional Jawa Tengah biasanya merujuk pada wasiat dan pesan yang bersumber dari kepercayaan yang dianutnya. Baik itu yang berkaitan dengan upacara ritual, bentuk arsitektur, pemilihan tempat, dan sebagainya.
Adat Istiadat Jawa Tengah
Setelah memahami tentang adat istiadat secara umum, ketahui beberapa contoh adat istiadat di Jawa Tengah berikut ini.
1. Popokan
Biasanya tradisi perang lumpur ini dilakukan oleh anak laki-laki yang masih muda. Tujuan dilakukannya Popokan adalah sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah.
ADVERTISEMENT
Anak muda akan saling melempar lumpur di pesawahan pada bulan Agustus, hari Jumat Kliwon, atau pada bulan September, sesuai masa panen. Tradisi dilakukan pada pukul 15.00 hingga 15.30.
2. Wetonan
Tradisi Wetonan secara bahasa memiliki arti keluar. Tradisi ini berkaitan dengan kelahiran seorang bayi yang akhirnya keluar dari rahim ibu.
Tradisi Wetonan dikenal juga dengan nama Wedalan. Tradisi ini dilakukan dengan harapan agar kelak bayi terhindar dari bahaya serta bisa mendapatkan rezeki dan keberkahan.
Hingga saat ini tradisi Wetonan masih biasa dilakukan masyarakat adat Jawa Tengah sebagai sarana untuk melestarikan adat istiadat sekaligus sedekah.
3. Larung Saji
Larung Saji adalah adat masyarakat yang tinggal di daerah pesisir utara dan selatan Jawa Tengah. Larung Saji dilakukan sebagai bentuk kesyukuran masyarakat pada Tuhan atas hasil laut yang melimpah.
ADVERTISEMENT
Tradisi Larung Saji dilakukan dengan cara menyiapakn bahan makanan hasil panen dan hewan sembelihan. Kemudian menghanyutkan bahan-bahan tersebut ke dalam lautan.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga dilakukan untuk mendoakan para nelayan agar bisa melaut dengan lancar dan pulang dengan selamat.
4. Ruwatan
Tradisi Ruwatan dilakukan untuk membebaskan atau menghindarkan nasib buruk yang menimpa hidup seseorang. Ruwatan menjadi adat yang masih lestari di wilayah Jawa Tengah, contohnya di daerah Dieng Wonosobo.
Jika ada anak yang memiliki rambut gimbal, biasanya mereka dianggap serupa buto ijo, jadi harus diadakan upacara Ruwatan untuknya.
Ruwatan dilakukan dengan serangkaian tata cara, mulai dari menggelar wayang kulit dengan lakon murwakala siraman, memotong rambut lalu menanam potongan rambut tersebut, kemudian melakukan tirakatan semalam suntuk.
ADVERTISEMENT
5. Tedhak Siten
Tedhak Siten adalah upacara yang dilakukan kepada anak berusia 7 hingga 8 bulan. Upacara ini bertujuan agar anak bisa kuat, mandiri, serta mampu mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya. Tidak hanya itu, upacara ini sekaligus menjadi penghormatan kepada bumi yang menjadi tempat berpijak.
Tata cara Tedhak Siten adalah dengan menginjak bubur dari beras ketan, setelah itu menaiki tangga yang dibuat dari tebu, mengais pasir, lalu anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam.
Selanjutnya akan dilakukan penyebaran udik-udik, lalu anak akan dibasuh dengan kembang bunga setaman, dan menggunakan busana bagus.
Nah, itu dia adat istiadat yang ada di Jawa Tengah yang wajib dilestarikan hingga generasi selanjutnya.
(ADS)