5 Fakta Ayam Bakar Mas Mono, dari Pernah Jadi OB hingga Raih Omzet Rp 33 Juta

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
24 Maret 2020 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gorengan  Foto: kumparan/Sabryna Putri Muviola
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gorengan Foto: kumparan/Sabryna Putri Muviola
ADVERTISEMENT
Kamu tahu Ayam Bakar Mas Mono? Setelah banting setir dari pekerjaan awalnya, ia sempat menjadi seorang penjual gorengan. Bisnis ini kemudian ia rintis di tahun 1994. Namun, tahukah kamu bagaimana perjuangan seorang Agus Pramono dalam membangun bisnis kuliner ini?
ADVERTISEMENT
Simak fakta unik selengkapnya di bawah ini, yuk!
Ilustrasi office boy. Foto: shutterstock

1. Mengawali karier menjadi office boy

Setelah lulus SMA, Mono harus melanjutkan hidup. Karena tidak memiliki cukup uang untuk melanjutkan studi, ia memilih untuk merantau ke Jakarta. Di ibu kota, ia menjadi office boy (OB).
Selain untuk menyambung kebutuhan sehari-hari, ia harus membiayai kebutuhan kesehatan sang ayah karena jatuh sakit. Namun, beberapa saat setelah dirawat di rumah sakit, sang ayah harus pergi untuk selamanya.

2. Kematian ayah menjadi salah satu motivasi berjualan

Hal tersebut dijadikan motivasi olehnya untuk berhenti menjadi office boy dan memilih jalur bisnis kuliner. Ia berpikiran bahwa usahanya untuk menjadi seorang ob tidaklah cukup untuk membahagiakan sang ibu di kampung halaman. Semula ia pun mencoba peruntungan dengan berjualan gorengan. Setelah itu merambat ke bisnis ayam bakar.
ADVERTISEMENT
Rupanya bisnis ayam bakarlah yang cocok untuk Mono. Ia sukses dengan bisnis kuliner yang diberi nama Ayam Bakar Mas Mono itu. Bahkan, ia sempat menerima pesanan katering dari beberapa perusahaan di Jakarta.
Nasi Liwet Ayam Bakar. Foto: Toshiko/kumparan

3. Pernah cuma laku lima ekor ayam

Setelah ia beralih dari berjualan gorengan, ia mendapat jadwal giliran saat berjualan ayam bakar. Ia mendapat jatah dari pukul 6 pagi hingga 2 siang. Padahal kita tahu sendiri, di jam tersebut pasti tidak banyak orang yang berselera untuk membeli ayam bakar, kan?
Namun hal tersebut tetap ia tekuni hingga akhirnya bisa membeli lapak sendiri di Tebet, Jakarta Selatan. Di awal ia berjualan, ia hanya berhasil menjual lima ekor ayam per harinya.
ADVERTISEMENT
Kini, ia berhasil menghabiskan 80 potong ayam setiap hari. Ia memiliki 20 cabang yang dikelolanya sendiri. Dari ke-20 cabang tersebut ia berhasil meraup omzet Rp 33 juta per hari.

4. Pernah mengikuti pelatihan untuk franchise

Sebelum ia bisa berhasil hingga kini, ia pernah bergabung dengan Enterpreneur University. Di sana ia banyak belajar mengenai dunia per-franchise-an. Dari situ ia bisa membuktikan kalau kita memang ingin membuat suatu bisnis pasti akan ada jalan untuk meraihnya.
Ilustrasi franchise. Foto: shutterstock

5. Memiliki total 64 cabang di Indonesia dan luar negeri

Semakin hari kesuksesan Ayam Bakar Mas Mono pun kian terlihat. Hingga kini total cabang restorannya mencapai 64 outlet yang tersebar di Indonesia. Bahkan ia melebarkan bisnisnya ke dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Masing-masing franchise tersebut dihargai dengan Rp 500 juta. Kalau di Indonesia dimulai dari harga Rp 385 juta.
ADVERTISEMENT
Memang benar, ya usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil. Apakah kamu sudah berminat banting setir menjadi penjual ayam bakar seperti Mas Agus Pramono?