Konten dari Pengguna

5 Fakta Berry Kitchen, Bisnis Katering Online yang Beromzet Rp 75 Juta

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
28 Mei 2020 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cynthia Tenggara, pendiri Berry Kitchen (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cynthia Tenggara, pendiri Berry Kitchen (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Katering menjadi salah satu bisnis yang enggak pernah ada matinya. Sejak dulu, bisnis ini selalu ada namun dengan mengikuti perkembangan zaman tentu rasanya semakin menantang.
ADVERTISEMENT
Begitu pula yang dilakukan oleh Cynthia Tenggara mahasiswi lulusan Universitas Pelita Harapan yang satu ini. Semula ia bekerja di bidang marketing, sales, dan public realtions. Sejak 2012 ia melakukan inovasi terbaru yakni membuka bisnis kuliner katering online.
Berkat kegigihannya, Berry Kitchen berhasil menjadi bisnis katering terbesar di Jakarta, lho. Kira-kira bagaimana perjuangannya selama ini dalam membuat bisnis kuliner Berry Kitchen yang semula hanya laku 20 boks ini?
Tampilan menu makan siang di Berry Kitchen. (Foto: Dok. Berry Kitchen)

1. Berdiri sejak tahun 2012

Setelah lulus dari jurusan public relations, Cynthia pernah menjadi pekerja di beberapa perusahaan. Mulai dari televisi hingga perhotelan, sudah pernah dijalaninya. Setelah itu, ia melihat peluang perusahaan start-up berkembang di era tersebut.
Cynthia terisnspirasi dari negeri matahari terbit yang sedang gencar-gencarnya dengan food e-commerce. Kemudian ia memantapkan niatnya untuk membuka Berry Kitchen dengan modal tabungannya.
ADVERTISEMENT

2. Terinspirasi dari makanan yang sering dibuang

Saat menjadi seorang tim kreatif dan beberapa posisi lainnya, ia kerap mendapat jatah makanan yang tidak digemari. Karena ia mengalami kebosanan dari menu makan siangnya, alhasil tak sedikit pula jatah yang terbuang.
Akhirnya ia mencari chef yang bisa membantunya merealisasikan ide untuk membuat katering dengan menu sesuai dengan permintaan konsumen. Namun saat ia mencoba menghubungi, hanya satu orang chef saja yang bersedia. Hal tersebut dikarenakan ia tidak memiliki latar belakang di bidang masak.
Menu Berry Kitchen. (Foto: Dok. Berry Kitchen)

3. Sempat mendapatkan suntikan dana

Dua tahun setelah berdiri, bisnis kuliner yang dijalani Cynthia sempat mendapat bantuan dari sebuah perusahaan venture capital dari Amerika Serikat. Waktu itu, nominal yang berhasil didapatkannya sebesar Rp 16,6 miliar.
ADVERTISEMENT

4. Konsumen bisa pilih menu sesuai selera dan berhasil produksi 4.000 boks setiap harinya

Dengan mengangkat konsep ‘you can customize your own menu’, Cynthia mencoba memberikan 15 pilihan makanan yang bisa dipilih oleh pelanggan. Tak hanya itu, di dalam website pemesanan juga tertera kalori yang dikandung dalam satu porsi makanan.
Setelah perjuangannya di awal yang hanya berhasil memproduksi 20 boks saja, kini seiring berjalannya waktu semua pesanannya bisa ditotal mencapai 4.000 boks per harinya. Dari sana ia berhasil mendapatkan keuntungan Rp 75 juta dalam satu bulan. Wah, bukan angka yang sedikit, ya!
Cynthia Tenggara, pendiri Berry Kitchen (Foto: Helmi Afandi/kumparan)

5. Terapkan kejujuran bagi para karyawannya

Kunci kesuksesan lain yang berhasil Cynthia lakukan adalah mencoba mendidik semua karyawannya untuk tetap bisa jujur dalam bekerja. Hal ini merupakan kultur perusahaan di mana ia juga menerapkan sistem Surat Peringatan kepada karyawan yang mencoba berbohong.
ADVERTISEMENT
Hal ini berangkat dari pengalaman pribadi Cynthia saat masih bekerja di perusahaan lama. Ia ingin semua karyawan Berry Kitchen bisa fokus untuk bekerja dan tidak mencoba mencari celah untuk berbohong.
Wah, ternyata untuk mendirikan bisnis kuliner tidak semudah yang dibayangkan, ya. Bagaimana dengan kamu? Apakah berniat untuk mendirikan katering online seperti yang Cynthia lakukan?