Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
5 Fakta Penjual Pisang Ijo yang Raup Rp 10 M, Dulu Sempat Jadi Tukang Laundry
6 April 2020 21:04 WIB
Diperbarui 6 April 2020 21:04 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Siapa bilang kegagalan menjadi akhir dari segalanya? Kamu bisa mempelajarinya dari kisah bisnis kuliner Rieska Rahmatiana yang satu ini. Ia memulainya sejak di bangku kuliah, tepatnya dari kampus Universitas Padjajaran Bandung.
ADVERTISEMENT
Kisahnya sempat menjadi kebanggaan banyak orang karena ia bisa menyabet banyak penghargaan sejak mendirikan bisnis tersebut. Namun siapa sangka ternyata ia sudah banyak merugi ratusan juta akibat peruntungan bisnis sebelumnya.
Kini, ia bisa mendirikan gerai pisang ijo yang bisa ditemukan di berbagai daerah. Seperti apa, ya, kisah perjuangannya selama ini?
1. Sempat terlilit utang dan dilarang orang tua
Di awal masa kuliahnya, ia sempat mencoba peruntungan berjualan pulsa, membuka jasa laundry baju, hingga membuka warung makan. Hal tersebut tidak membuahkan hasil apa-apa.
Ia masih tidak menyerah begitu saja, lalu ia mencoba untuk berinvestasi melalui network marketing. Dengan menjual produk kesehatan dan produk kelapa sawit kala itu.
ADVERTISEMENT
Namun ia belum juga menemukan keberuntungannya, justru di sana ia merugi ratusan juta karena tertipu. Dari sana ia juga terlilit utang akibat uangnya sudah habis untuk dijadikan investasi produk di awal.
Lalu saat ingin mencoba peruntungan bisnis kuliner pisang ijo, ia sempat dilarang orang tuanya. Sang orang tua tidak setuju apabila Rieska hendak berjualan makanan.
2. Inspirasi bahan dari minuman di Rumah Makan Makassar
Rieska tidak mudah menyerah, bahkan ia percaya bahwa dengan bisnisnya yang sekarang, ia akan mendapat kesuksesan. Sebelum itu, ia sempat mendatangi rumah makan Makassar dan mencoba minuman es pisang ijo.
Yap, ia langsung mencoba resep es pisang ijo dan percaya diri bahwa makanan tersebut akan membawanya menuju gerbang kesuksesan meski dulu sempat ditentang orang tuanya. Di tahun 2008, ia mencoba membuka etalase berjualan di depan kampusnya.
ADVERTISEMENT
Di awal berjualan, ia hanya untung ribuan saja, namun dengan suntikan modal tambahan sebanyak Rp 2 juta ia bisa menambah varian rasa lain. Dan benar saja, varian yang beragam menunjukkan peningkatan hasil yang cukup signifikan; cokelat, vanilla, stroberi, dan durian.
3. Miliki lebih dari 210 gerai di Indonesia
Setahun setelah membuka gerai pertama, setahun kemudian ia sudah memiliki 3 cabang di tempat berbeda. Untungnya lagi, ia sudah bisa memadukan bisnis kulinernya dalam bentuk badan usaha yakni, CV Ezka Giga Pratama.
Dari sana, ia bisa membuat program waralaba produk Justmine Pisang Ijo miliknya untuk dikelola banyak orang. Kini, ia sudah bisa memiliki lebih dari 210 gerai di seluruh Indonesia, lho.
ADVERTISEMENT
Berkat usaha dan kerja kerasnya, ia berhasil miliki omzet lebih dari Rp 10 miliar setiap bulan. Wow! Bukan angka yang sedikit, ya?
Kini ia juga membuka bisnis kuliner banana cake, lho. Tampilannya tak jauh-jauh dari buah pisang juga, Tokyo Banana dan Bandung Banana namanya.
4. Berhasil dapatkan banyak penghargaan
Dengan semua jerih payahnya selama ini, ia bisa mendapatkan banyak penghargaan. Mulai dari Wirausaha Mandiri 2008, Best UKM Award 2010, Winner Young Caring Professional Award 2011, dan Best Franchise Choice 2011, usaha franchise terbaik HIPMI 2012, dan Ernst & Young Winning Women 2012.
5. Berbagi kunci kesuksesan dengan banyak orang
Meskipun sudah bisa sukses dengan bisnis kulinernya, ia masih mau berbagi jerih payahnya kepada banyak orang melalui seminar dan pengajaran bagi banyak orang. Ia membagikan bagaimana sikap yang dibutuhkan oleh seorang pengusaha, tentunya berbekal dari pengalamannya.
ADVERTISEMENT
Ia memegang teguh prinsip jika seorang memang memiliki keinginan untuk berbisnis, maka kamu harus punya impian tersebut namun tidak hanya untuk kesenangan dan ambisi pribadi. Niat tersebut harus dibarengi dengan impian untuk membahagiakan keluarga, agar ketika gagal, akan termotivasi untuk terus bangkit.