Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
5 Fakta Seputar Pendiri Waroeng Steak yang Kini Raup Omzet Rp 500 Juta Lebih
8 Juni 2020 16:35 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jatuh bangun seseorang dalam membangun bisnis kuliner memang tidak bisa dipungkiri. Sama seperti perjalanan Jody Brotosuseno yang kini menjadi raja steak setelah merintis Waroeng Steak & Shake di kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Berikut 5 fakta bisnis kuliner Jody yang berdiri sejak awal tahun 2000-an ini:
1. Tak lulus kuliah karena ingin mandiri setelah menikah
Setelah ia menikah di tahun 1998, saat itu ia masih terbilang muda, usianya 24 tahun. Ia belum lulus kuliah di jurusan arsitektur di sebuah universitas swasta di Yogyakarta.
Namun karena tekadnya yang besar, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya dan memilih fokus mendirikan bisnis kulinernya. Dengan berbekal pengalaman saat bekerja sebagai karyawan di perusahaan milik sang ayah, Sugondo, ia bisa menjalani masa-masa sulit untuk tetap bisa bertahan.
ADVERTISEMENT
2. Dulunya sempat usaha roti hingga kaus
Sembari menjadi karyawan, ia memiliki usaha roti bakar, berjualan susu, serta jus buah. Namun karena satu dan lain hal, bisnis kuliner rintisan tersebut gagal dan tidak bisa dilanjutkan kembali.
Jody tidak mau berhenti di situ, ia melihat peluang pada pemilu di tahun 1999. Ia mencoba berjualan kaus partai. Alhasil, Jody dapat pindah ke rumah kontrakan setelah berhasil dengan bisnis tersebut.
Namun karena merasa tidak cocok, suami Aniek ini memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis kaus tersebut. Pilihannya jatuh kepada membuat steak seperti sang ayah.
3. Ingin buat steak untuk semua kalangan
Dengan modal uang Rp 100 ribu serta menjual motor, Waroeng Steak ini bisa berdiri. Jody memilih berjualan di rumah dengan modal 5 hotplate, 5 meja makan, dan ruangan dengan kapasitas 20 orang.
ADVERTISEMENT
Ia sempat memproduksi brosur sendiri dan memasarkannya dengan bantuan loper koran. Brosur yang diciptakannya bisa diselipkan di koran yang setiap hari dipasarkan sang loper. Berkat cara tersebut bisnis kulinernya dikenal orang, bahkan sempat membuat nomor antrean kala itu.
Ia membuat steak ini dengan harga yang ramah di kantong bagi semua kalangan. Hal tersebut menjadi tujuannya sejak awal mendirikan kuliner dengan nama depan “Waroeng”.
4. Miliki 82 gerai di 22 kota besar
Setelah 20 tahun berdiri, bisnis kuliner milik Jody sudah bisa berekspansi ke 22 kota besar di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau. Dari sana ia bisa memiliki 82 gerai Waroeng Steak, dan menawarkan steak bagi semua kalangan.
ADVERTISEMENT
Kini, kamu bisa menemukannya dan memesan dengan bantuan ojek online. Menu yang ditawarkannya beragam. Tak hanya daging, mereka bahkan juga merambah kepada makanan berbahan dasar seafood, lho. Unik, ya?
5. Bangun Rumah Tahfidz
Setiap gerai Waroeng Steak bisa mendapatkan omzet hingga Rp 500 juta setiap bulannya. Namun, setelah berhasil dengan pencapaian tersebut, Jody enggan membesarkan dirinya sendiri.
Ia kemudian membangun Rumah Tahfidz atau pesantren bagi para penghafal Al-Quran. Di sisi lain, ia juga memfokuskan keuntungan salah satu gerai Waroeng Steak & Shake miliknya untuk mengembangkan pesantren tersebut.
Sangat inspiratif, ya, perjuangan Jody dan Aniek dalam membangun dan mengelola bisnis kuliner miliknya ini. Kira-kira apakah kamu terinspirasi dari kisah pasangan ini dan berencana untuk membangun bisnis kuliner juga?
ADVERTISEMENT