Asal Tari Jaipong dan Perkembangannya Melawan Arus Zaman

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
20 April 2021 20:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertunjukan Tari Jaipong. Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan Tari Jaipong. Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Asal tari Jaipong berasal dari masyarakat Sunda Jawa Barat. Namun tahukah kamu bahwa tari tradisional Sunda mengalami perkembangan yang aktif dan terus berubah dari zaman ke zaman?
ADVERTISEMENT
Menurut jurnal Jaipongan: Genre Tari Ketiga dalam Perkembangan Seni Pertunjukan Tari Sunda (2013:41-46) yang ditulis oleh Lala Ramlan, terdapat pergeseran nilai, yang awal mulanya merupakan media hiburan lalu kemudian berubah menjadi media ekspresi pertunjukan.
Seni pertunjukan tari Sunda, termasuk tari Jaipong di dalamnya, telah memiliki tiga generasi dan tiga tokoh. Mereka adalah Rd. Sambas Wirakusumah, Rd. Tjetje Somantri, dan Gugum Gumbira Tirasondjaya.

Asal Tari Jaipong

Genre Tari Keurseus oleh Rd. Sambas Wirakusumah
Genre tari keurseus ada pada tahun 1920-an, zaman akhir aristokrat feodalisme. Pada masa ini, terjadi pembakuan dan hilangnya peran terhadap ragam gerak pada tari, terutama ronggeng karena memiliki citra negatif.
Hal ini kemudian melahirkan tari tunggal putra. Terdapat ragam gerak pada tari tersebut seperti gerak pokok, penghubung, khusus, dan peralihan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan busana dan properti juga menjadi hal penting. Namun, dalam masa ini, sampur tidak digunakan. Sedangkan pakaian takwa, sinjang, sabuk, keris, dan lain-lain tetap ada.
Masa ini disebut sebagai keberhasilan Rd. Sambas Wirakusumah dalam memulai modernisasi kesenian tradisional Sunda selama kurang lebih 30 tahun.
Genre Kreasi Baru oleh Rd. Tjetje Somantri
Masa ini kembali mengedepankan tari putri yang sama sekali tidak terjamah pada zaman sebelumnya. Rd. Tjetje Somantri berhasil menciptakan banyak karya tari putri yang memiliki citra aristokrat sesuai dengan lingkungan saat ia dibesarkan.
Gerakan tari putri pada masa ini tidak boleh mengangkat tangan melebihi bahu untuk menhindari terlihatnya ketiak. Gerak bahu dan pinggul cukup dilarang karena dianggap vulgar dan erotis. Pada masa itu, mengangkat kaki terlalu tinggi juga dilarang karena akan melanggar kodrat seorang perempuan, serta mengurangi keindahan gerakannya.
ADVERTISEMENT
Genre Jaipongan oleh Gugum Gumbira Tirasondjaya
Karya tari Gugum Gumbira muncul sekitar tahun 1980-an dengan keunikan dan cerita tersendiri. Peran Gugum dalam mengisi perkembangan seni pertunjukan tari Sunda sudah melebihi 30 tahun dan ternyata hingga saat ini belum muncul tanda terhadap lahirnya genre baru.
Keberadaan jaipongan sebagai sebuah tari tidak mungkin lepas dari konsep yang diciptakan Gugum, dengan latar belakang budaya tradisi yang kuat, namun tersentuh sisi modern karena tinggal di lingkungan masyarakat kota.
Ia memiliki gagasan agar kesenian Sunda yang kaya dan beragam, terutama tari tradisional, bisa menjadi wadah pergaulan kaum kota atau modern.
Gugum Gumbira juga menuangkan gambaran perempuan Sunda yang diekspresikan dalam tarian jaipongan.
(SYA)