Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Cerita Rakyat: Legenda Batu Menangis, Kisah Anak Durhaka dari Kalimantan Barat
22 Juni 2022 12:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bahkan, kisah legenda ini juga dikenal luas sampai ke daerah-daerah lainnya di Nusantara. Secara garis besar, cerita ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang durhaka kepada ibunya.
Lantas, bagaimana kisah selengkapnya? Kamu dapat menyimak cerita rakyat: legenda Batu Menangis yang dikutip dari buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Batu Menangis karya Dian. K di bawah ini.
Cerita Rakyat: Legenda Batu Menangis
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda tua dan miskin bersama anak perempuan semata wayangnya bernama Darmi. Mereka hidup di tengah hutan daerah perbukitan yang jauh dari pedesaan.
Setelah sang ayah meninggal, janda tersebut bersusah payah membanting tulang demi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang putri. Diceritakan, putri dari janda tersebut sangatlah cantik, dengan kemolekan tubuh dan kulit bersih yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Namun, kecantikannya berbanding terbalik dengan kelakuannya. Darmi adalah gadis pemalas yang tidak pernah membantu ibunya sama sekali. Ia juga bersikap sangat manja, semua keinginannya harus dituruti, tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin.
Suatu ketika, Darmi dan ibunya hendak ke pasar untuk membeli kebutuhan mereka. Letak pasar yang sangat jauh membuat keduanya harus berjalan kaki dengan melelahkan.
Darmi berjalan menggunakan baju bagus serta payung untuk melindungi kulitnya yang mulus. Sementara sang ibu disuruhnya berjalan di belakang.
Dengan baju yang lusuh dan dekil, penampilan Darmi dan ibunya bagaikan langit dan bumi. Sepanjang perjalanan, sampai tiba di pasar, banyak pemuda yang terpesona dengan kecantikan Darmi dan mencoba untuk berkenalan.
Setiap laki-laki tersebut juga tidak lupa menanyakan siapa wanita yang bersamanya itu. Tanpa disangka, Darmi memberi jawaban yang menyakitkan. Ia menyebut jika sang ibu adalah pembantunya.
ADVERTISEMENT
Ibu Darmi sangat sedih, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Semakin mendengar perkataan Darmi, semakin pula hatinya teriris sampai sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan putrinya.
Sang ibu lantas berdoa "Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia…."
Seketika, langit menjadi mendung disusul dengan turunnya hujan dan gemuruh petir yang saling bersautan. Kaki sampai setengah badan Darmi pun berubah menjadi kaku seperti batu.
Ia memohon sambil menangis pada sang ibu untuk memaafkannya, dan berjanji akan menjadi anak yang baik. Namun, itu semua sudah terlambat, tubuh Darmi pun perlahan mulai berubah menjadi batu dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, batu tersebut masih terus mengeluarkan air mata, hingga kemudian masyarakat menyebutnya sebagai batu menangis.
Itulah cerita rakyat, legenda Batu Menangis asal Kalimantan Barat yang baru saja kamu simak. Cerita ini mengandung pesan moral untuk selalu menghormati ibu kita bagaimanapun kondisinya.
(AFG)