Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Rakyat Mentiko Betuah, Kisah Putra Raja yang Kehilangan Mustikanya
16 Juni 2022 12:22 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 11 Maret 2023 17:30 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kerap kali, kisah -kisah tersebut mengandung pelajaran berharga, yang diteladani masyarakat sampai sekarang. Tak sedikit juga yang sangat populer sampai ke pelosok nusantara. Termasuk salah satunya, yaitu Mentiko Betuah, cerita rakyat yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam.
Ceritanya mengisahkan tentang seorang anak raja manja, yang kemudian diusir dari istana, karena gagal saat belajar di kota. Lantas, apa yang terjadi setelahnya? Kamu dapat mengikuti kisahnya dalam cerita rakyat Mentiko Betuah seperti di bawah ini.
Cerita Rakyat Mentiko Betuah
Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah negeri bernama Simeulue, yang berada di Aceh . Negeri tersebut dipimpin oleh seorang raja kaya raya yang arif dan bijaksana.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, sudah bertahun-tahun menikah, raja dan permaisuri belum juga mendapatkan keturunan. Berbagai cara telah dicoba, namun tanda-tanda kehamilan belum juga hadir di tengah rumah tangga mereka.
Hingga suatu ketika, keduanya memutuskan untuk berdoa dan menyucikan diri di hulu sungai yang sangat dingin. Untuk mencapai lokasi tersebut, mereka harus melalui perjalanan jauh, dengan melewati hutan belantara, gunung, dan sungai deras.
Sesampainya di sana, raja dan permaisuri langsung mandi dengan air sungai yang sangat dingin hingga membuat tubuh mereka menggigil. Setelahnya, tak lupa mereka berdoa dan bernazar, dilanjutkan dengan perjalanan kembali ke istana.
Beberapa waktu kemudian, doa tersebut akhirnya dikabulkan sang Maha Kuasa. Permaisuri akhirnya hamil, hingga melahirkan 9 bulan kemudian. Ia melahirkan seorang putra tampan berkulit putih bersih yang diberi nama Rohib.
Seiring waktu, Rohib tumbuh menjadi anak yang cerdas, namun juga manja. Semua keinginannya selalu dikabulkan oleh sang raja dan permaisuri. Hingga kemudian, sang raja mengirimnya untuk bersekolah di kota. Namun saat di kota, sifat pemalas Rohib membuatnya gagal menyelesaikan pendidikan. Rohib pun kembali ke istana, yang disambut dengan kemarahan sang ayah.
ADVERTISEMENT
"Hai Rohib, mana hasil belajarmu selama di kota? Dasar anak tak tahu diuntung! Pengawal, gantung saja anak ini sampai mati!" perintah raja penuh amarah dan rasa malu terhadap Rohib.
"Jangan, Kanda! Bagaimanapun juga, ia anak kita," ucap sang permaisuri terisak. Bagaimana kalau ia diberi hukuman saja dengan mengeluarkannya dari istana. Tetapi kita beri bekal sebagai modalnya untuk berdagang," usul sang Permaisuri.
"Baiklah, Dinda, aku akan menerima usulmu. Tapi ada syaratnya, setelah kembali ke istana, Rohib harus membawa hasil keuntungannya dari berdagang. Jika tidak, ia akan menerima hukumanku," ucap sang raja.
Rohib pun akhirnya keluar istana bermodalkan koin emas dari yang diberikan sang raja untuk berdagang. Di perjalanan, ia bertemu anak-anak yang sedang menembak burung dengan ketapel. Ia pun melarang mereka menganiaya burung yang tidak berdosa itu.
ADVERTISEMENT
"Hai kamu siapa? berani-beraninya melarang kami," kata seorang anak.
"Jika kalian berhenti menembaki burung itu, aku akan memberi kalian uang," kata Rohib menawar.
Anak-anak itu kemudian menerima uang pemberian Rohib dan berhenti menganiaya burung. Selama perjalanan, Rohib banyak menemui orang yang sedang menganiaya binatang liar.
Hal tersebut sebanding dengan banyaknya uang yang ia berikan agar orang-orang itu berhenti menganiaya binatang. Tanpa terasa, uang Rohib pun habis.
Ia pun mengeluh dan berpikir bagaimana nanti jika ia pulang ke istana. Terbayang sudah wajah sang ayah yang akan sangat murka terhadap dirinya. Ketika Rohib merenungi nasib dan menangis tersedu-sedu, tiba-tiba datang seekor ular besar menghampirinya.
“Hai anak muda mengapa engkau menangis?” kata ular itu.
ADVERTISEMENT
Sontak saja Rohib kaget dan hendak lari dari tempat tersebut.
“Jangan takut dan jangan lari, aku tidak akan membunuhmu,” kata ular itu menenangkan Rohib.
Mendengar ucapan ular itu, Rohib pun terdiam.
"Aku adalah raja ular yang menguasai hutan ini. Aku sudah mendengar cerita tentangmu yang menyelamatkan banyak warga hutan dari penganiayaan bangsa manusia. Mewakili mereka, aku akan memberikan hadiah kepadamu,"
"Di dalam mulutku ini ada Mentiko Betuah, ambillah untukmu. Mustika ini bisa mengabulkan semua permintaanmu," sambung ular tersebut.
Mendapat benda keramat itu, Rohib langsung memutuskan untuk pulang. Ia berharap Mentiko Betuah bisa menolongnya ketika berhadapan dengan sang raja, ayahnya.
Sebelum sampai di istana, Rohib telah meminta banyak uang dari mustika tersebut. Setibanya ia di hadapan sang ayah, Rohib segera memberikan koin-koin emas, yang diakuinya sebagai keuntungan berdagang. Hal tersebut membuat sang raja sangat bangga terhadap anaknya.
ADVERTISEMENT
Hingga kemudian, Rohib berpikir untuk mengikat batu mustika tersebut dalam bentuk cicncin emas. Namun, tukang emas yang mengetahui batu tersebut adalah barang ajaib, justru membawanya kabur.
Rohib akhirnya kembali ke hutan yang sama ketika ia mendapat Mentiko Betuah dan memanggil raja ular untuk menceritakan semuanya. Raja ular pun memerintahkan para hewan, khususnya kucing, anjing, dan tikus untuk mencari si tukang emas, dan mengembalikan Mentiko Betuah kepada Rohib.
Anjing yang berhasil menemukan persembunyian si tukang emas memberitahu kepada tikus dan kucing. Keduanya pun bekerja sama untuk mengambil Mentiko Betuah.
Setelah berhasil, tikus dan kucing kembali ke seberang sungai untuk bertemu anjing yang sudah menunggu mereka. Namun, tiba-tiba tikus memiliki rencana licik dengan menangis dan mengatakan, ia telah ceroboh karena mustika tersebut terjatuh di sungai.
ADVERTISEMENT
Mendengar perkataan tikus, kucing dan anjing pun sangat kesal, hingga memutuskan untuk mencari kembali mustika tersebut di sungai. Namun, si tikus justru melarikan diri, dengan membawa mustika tersebut kepada Rohib.
Hal itu dilakukan tikus agar ia dianggap sebagai satu-satunya pahlawan dan diberi banyak hadiah. Saat itu, barulah kucing dan anjing tersadar, jika tikus telah berbohong demi menguntungkan dirinya sendiri.
Itulah cerita rakyat Mentiko Betuah yang berasal dari Aceh. Konon, cerita ini menjadi awal mula, yang membuat kucing dan anjing sangat membenci tikus sampai sekarang.
(AFG)