Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Dulu Jadi PNS, Kini Pasangan Ini Jualan Mi Aceh dengan Omzet Rp 300 Juta
11 Mei 2020 21:34 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia memang menjadi salah satu negara yang memiliki kekayaan kuliner berlebih. Hampir setiap daerah memiliki kuliner khas yang enggak pernah tergantikan ketika kita berada di daerah lain. Namun, berbeda dengan kisah yang satu ini. Adalah Ratna Dwikora yang berhasil mendirikan bisnis kuliner masakan Aceh yang identik dengan rempah-rempahnya.
ADVERTISEMENT
Ia mendirikan bisnis kuliner mi Aceh sejak tahun 1996. Setelah lebih dari 20 tahun berdiri, kini ia mendapatkan omzet hingga Rp 300 juta setiap bulannya.
Seperti apa kisah perjuangannya hingga bisa membawa kuliner asal pulau Sumatera ini ke ibu kota?
Dengan modal Rp 6 juta di tahun 1996, Ratna Dwikora bersama sang suami, Heru mendirikan bisnis kuliner makanan Aceh di kantor Departemen Agama, Jakarta Selatan. Tepatnya di daerah Warung Buncit. Hal tersebut dilakukan karena mereka berdua ingin menyekolahkan keempat anaknya di sekolah terbaik di Jakarta.
Karena profesi sebagai PNS dirasa kurang bisa membantu, mereka akhirnya memutuskan untuk meminjam uang dengan kredit di bank. Dengan bantuan sang ibu, Fatimah, warung ini berhasil memiliki ahli masak yang memang berasal dari Aceh.
ADVERTISEMENT
Saat awal membuka warung ini, banyak pelanggan yang menyukai masakan sang ibu. Saat dua bulan pertama mereka berhasil mendapatkan banyak pelanggan. Namun seiring berjalannya waktu, mereka hampir bangkrut karena sudah tidak ada lagi yang datang membeli masakan mereka.
Hingga pada tahun 1998 mereka harus menutup warungnya ini karena kehadiran krisis moneter kala itu. Namun, saat itu Heru berhasil mendapat tawaran untuk membuka warungnya kembali di daerah Karet Tengsin.
Dengan niat dan kerja keras mereka, akhirnya Ratna dan Heru kembali berjualan dengan nama Rumah Makan Aceh Seulawah. Dengan tekad untuk membesarkan bisnis kulinernya, Heru mencoba beriklan melalui bantuan media online seperti website. Bahkan dirinya sempat belajar mengenai SEO untuk membantu meningkatkan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Berkat perjuangan pasangan ini, di tahun 2005 mereka bisa mendirikan cabang di Jalan Bendungan Hillir dan kini sudah memiliki 10 cabang yang tersebar di Jabodetabek. Dengan pendirian sebagian sistem restorannya berupa waralaba.
Kemudian mereka melakukan perubahan nama menjadi Mie Aceh Seulawah di tahun 2008 dan mendaftarkan merek ini sebagai suatu usaha di Kementerian Hukum dan HAM.
Selama ini, hal yang berhasil membuat mereka bertahan adalah bumbu rempah yang menjadi kunci setiap masakannya. Bahkan mereka menggunakan 24 bahan campuran rempah yang dibawa dari Aceh, seperti bunga lawang, kapulaga, kaskas, pala, peka, kayu manis, jintan, tak lupa bumbu dapur dasar yang lain.
Mereka memberikan menu andalan mulai dari mi, martabak, roti cane, dan olahan kari khas Aceh. Juga minuman yang berupa kopi Aceh, es timun serut, dan teh tarik. Teh yang ditawarkan juga memiliki daya pikat tersendiri karena diberi tambahan susu dan kayu manis.
ADVERTISEMENT
Untuk varian mi sendiri, mereka memberikan pelanggan 3 pilihan yakni cara goreng, tumis, dan rebus. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 20 – 80 ribu untuk setiap porsi makanannya.
Tak heran jika restoran ini berhasil mendapatkan omzet hingga Rp 300 juta setiap bulannya. Kualitas bahan dan rasa yang dipertahankan tentu tidak tergantikan dengan restoran yang lain bukan?
Kalau kamu bagaimana? Apakah ingin menjadi mitra waralaba atau berniat untuk mendirikan bisnis kuliner sendiri?