news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dulu Jualan Pakai Pikulan, Kini Gudeg Ini Jadi yang Legendaris di Yogyakarta

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
28 April 2020 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu menu Gudeg Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu menu Gudeg Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
ADVERTISEMENT
Rasanya belum lengkap ketika ke Yogyakarta kalau tidak makan gudeg. Makanan ini menjadi salah satu warisan kuliner Nusantara yang digemari seluruh masyarakatnya. Tak heran, banyak produsen yang menjajakan kuliner ini ketika kita menyambangi daerah istimewa itu.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang tidak boleh terlewatkan adalah Gudeg Yu Djum, yang menjadi salah satu gudeg ikonik di Kota Pelajar tersebut. Setelah 69 tahun berdiri, bisnis kuliner Gudeg Yu Djum dulunya berjualan dengan berkeliling kampung.
Situasi dapur Gudeg Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
Pada tahun 1950 silam, Djuwariyah menggendong keranjang pikul di saat usianya masih 17 tahun. Bersama dengan sang ayah, ia mencoba membantu perekonomian keluarga. Dulu ayahnya hanya menjadi seorang pencari kayu dan rumput untuk dijual kepada tetangga sebagai bahan kayu bakar dan pakan ternak.
Menyadari kehidupannya yang sulit, ayah Djuwariyah mencoba menaikkan taraf hidup keluarganya dengan menabung untuk membeli alat masak. Mereka mencoba menjualkan gudeg untuk menjadi menu pilihan khas Yogyakarta.
Setiap hari ia dan ayahnya berjalan kaki dari daerah Karangasem menuju kawasan Keraton Yogyakarta. Dengan punggung yang menggendong keranjang berisi gudeg, Djuwariyah harus melewati kampus UGM yang dulunya masih kawasan hutan belantara.
Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
Biasanya mereka berjualan di kawasan keraton, namun sayangnya seringkali tidak habis. Tapi, hal tersebut tak mematahkan semangat ayah dan anak itu, lantas mereka menitipkan gudeg tersebut ke pasar.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, gudeng buatan Djuwariyah ini semakin laku di pasaran. Setelah menikah dengan Suandi Dharmosuwarno, pasangan ini menjualkan gudeg bersama-sama. Djuwariyah lebih sering menjualkan, sedangkan suaminya yang juga mantan tentara bertugas membantu di dapur.
Dengan mempertahankan cita rasa gudeg tradisional yang dimasak menggunakan tungku, Gudeg Yu Djum semakin hari bisa melebarkan pasarnya. Berkat kegigihan dan kerja keras pasutri ini, gudeg yang berbahan dasar gori dari prembun ini bisa bertahan setelah 70 tahun bersaing dengan bisnis gudeg lainnya.
Pasokan telur dalam gudang Gudeg Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
Ciri khas dari gudeg ini adalah bahan baku yang digunakan berbeda. Bisnis kuliner Gudeg Yu Djum menggunakan ayam kampung dan telur bebek sebagai lauk yang ditawarkan. Cara penyajiannya pun berbeda, yakni menggunakan alas lembaran daun pisang sehingga lebih harum. Rasa gurih gudeg buatan Yu Djum berasal dari perpaduan santan dan gula merah.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, Gudeg Yu Djum menghabiskan 500–1.000 ekor ayam untuk memenuhi produksi pembuatannya. Di sisi lain, mereka juga membutuhkan 5–10 ribu telur bebek untuk berjualan.
Dalam setiap gerainya terdapat 8-10 tungku masak untuk memproduksi gudeg ini. Kamu sudah bisa menikmati makanan khas Yogyakarta yang satu ini dengan harga mulai dari Rp 20 ribu per porsi.
Tak hanya itu, kamu bisa membeli kemasan besek dengan harga Rp 45 ribu. Ada pula yang dikemas pakai kendil dengan harga mulai dari Rp 115 ribu.
Ilustrasi gudeg dalam besek milik Gudeg Yu Djum. Foto: Gudeg Yu Djum Pusat.
Tempat makan gudeg ini buka mulai pukul 6 pagi hingga 10 malam. Terdapat empat gerai di Yogyakarta; 2 gerai tersebar di Karangasem, dan 2 lagi terletak di Jalan Wijilan.
ADVERTISEMENT
Meskipun Yu Djum kini telah tiada, bisnis kuliner gudeg ini masih dikelola oleh 4 orang anak selaku penerus dari Yu Djum. Kalau kamu mau mencoba gudeg dengan cita rasa autentik, cobalah Gudeg Yu Djum ini.